Sabtu, 12 November 2011

SEJARAH DAN DEFINISI TEKNOLOGI



Proses evolusi ini tentunya tidak dapat dilepaskan dari latar sejarah yang mengiringi bidang keilmuan ini. Karenanya sebelum membahas evolusi definisi ini, menilik sekilas historical backgroundTP menjadi suatu kebutuhan tersediri. Pada bagian ini, penulis mengambil rujukan utama pada Seels & Richey (1994)
dalam Instructional Technology: The Definition and Domains of  the Field.Sedangkan pada bagian-bagian sesudahnya juga pada Januszewsky & Molenda (2008)
dalam Educational Technology: a Definition with Comentary,dan Reiser & Dempsey (2002) dalamTrend and Issues in Instructional Design and Technology.
Saettler (1990) mengakui bahwa ada kesulitan untuk mengidentifikasi sumber istilah ‘educational technology’. Tidak jelas, katanya, siapa yang pertama menggunakan term tersebut. Ia menemukan bukti kuat bahwa Franklin Bobbitt dan W.W. Charters memakai istilah ‘educational engineering’ pada tahun 1920an.
Saettler pertama kali mendengar istilah ‘educational technology’ digunakan oleh W.W. Charters ketika diwawancarai pada tahun 1948, dan terakhir James D. Finn menggunakan istilah ‘instructional technology’ dalam tulisannya untuk publikasi pertama National Education Association (NEA) dan disponsori oleh Technological Development Project (TDP) pada tahun 1963. Namun, fokus semua istilah itu baru sebatas komunikasi audio-visual.
Teknologi Pembelajaran, sebagai satu bidang keilmuan, memang tumbuh dari praktek pendidikan dan gerakan komunikasi audio visual. Terutama pasca Perang Dunia II, teknologi Pembelajaran semula dilihat sebagai teknologi yang berkaitan dengan penggunaan peralatan, media dan sarana untuk mencapai tujuan pendidikan.
Jadi istilah itu sinonim dengan konsep ‘mengajar berbantuan peralatan audio-visual’.
Bidang keilmuan ini merupakan hasil dari perkembangan tiga aliran yang saling berkepentingan, yaitu media dalam pendidikan, psikologi pembelajaran, dan pendekatan sistem dalam pendidikan.
Edgar Dale dan James Finn merupakan dua tokoh yang berjasa dalam pengembangan Teknologi Pembelajaran modern dan definisinya pada masa-masa awal. Edgar Dale mengemukakan tentang Kerucut Pengalaman (Cone of Experience).
Gambar tersebut menjelaskan analogi tingkat pengalaman  dari yang bersifat langsung hingga ke pengalaman melalui simbol-simbol komunikasi, yang merentang dari yang bersifat kongkrit ke abstrak, dan tentunya memberikan implikasi tertentu terhadap pemilihan metode dan bahan pembelajaran, khususnya dalam pengembangan teknologi pembelajaran.
Pemikiran Edgar Dale tentang Kerucut Pengalaman (Cone of Experience) ini merupakan upaya awal untuk memberikan alasan atau dasar tentang keterkaitan antara teori belajar dengan komunikasi audiovisual. Kerucut Pengalaman Dale telah menyatukan teori pendidikan John Dewey (salah satu tokoh aliran progresivisme) dengan gagasan–gagasan dalam bidang psikologi yang tengah populer pada masa itu.
Sedangkan, James Finn  seorang mahasiswa tingkat doktoral dari Edgar Dale berjasa dalam mengusulkan bidang komunikasi audio-visual menjadi Teknologi Pembelajaran yang kemudian berkembang hingga saat ini menjadi suatu profesi tersendiri. Gagasan Finn mengenai integrasi sistem dan proses mampu mencakup dan memperluas gagasan Edgar Dale tentang keterkaitan antara bahan dengan proses pembelajaran.
Sejalan dengan sejarah dan perkembangannya, rumusan pengertian TP telah mengalami  berbagai perubahan. Berikut ini dikemukakan beberapa definisi yang memiliki pengaruh terhadap perkembangan bidang keilmuan ini.


A.     Definisi Association for Educational Communications Technology(AECT)
1963
Definisi 1963 ini menyebutkan:
“Komunikasi audio-visual adalah cabang dari teori dan praktek pendidikan yang terutama berkepentingan dengan mendesain,dan menggunakan pesan guna  mengendalikan proses belajar yang meliputi kegiatan:
a)      mempelajari kelemahan dan kelebihan suatu pesan  dalam proses belajar.
b)      penstrukturan dan sistematisasi oleh orang maupun instrumen dalam lingkungan pendidikan yang meliputi: perencanaan, produksi, pemilihan, manajemen dan pemanfaatan dari komponen maupun keseluruhan sistem pembelajaran. Tujuan praktisnya adalah pemanfaatan tiap metode dan medium komunikasi secara efektif untuk membantu pengembangan potensi pembelajar secara maksimal.
Meski masih menggunakan istilah komunikasi audio-visual, definisi di atas telah menghasilkan kerangka dasar bagi pengembangan Teknologi Pembelajaran pada masa berikutnya serta  dapat mendorong terjadinya peningkatan pembelajaran.
Menurut Januszewski dan Persichitte, pada definisi ini terdapat tiga peralihan konseptual utama yang memberikan kontribusi pada formulasi perbagai pengertian TP sebagai suatu teori yaitu:
1)      Penggunaan konsep proses, daripada konsep produk.
2)      penggunaan istilah pesan dan instrumentasi media, daripada bahan, dan mesin.
3)      pengenalan pada bagian-bagian teori belajar dan teori komunikasi.
Memahami tiga gagasan tersebut maka antara satu dengan lainnya merupakan kunci penting untuk memahami gagasan TP tahun 1963.

B.     Definisi Commission on Instruction Technology(CIT) 1970
Upaya yang kedua untuk mendefinisikan bidang keilmuan ini juga dibuat oleh Commission on Instructional Technology (CIT) pada tahun 1970. Dalam laporannya, komisi ini menyatakan bahwa bidang ini juga bisa didefinisikan dalam dua cara:
1.      Dalam pengertian yang umum, teknologi pembelajaran diartikan sebagai media yang lahir sebagai akibat revolusi komunikasi yang dapat digunakan untuk keperluan pembelajaran di samping guru, buku teks, dan papan tulis. Bagian-bagian yang membentuk teknologi pembelajaran adalah televisi, film, OHP, computer dan bagian perangkat keras maupun lunak lainnya.
2.      Teknologi Pembelajaran merupakan usaha sistematik dalam merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi keseluruhan proses belajar dan pembelajaran untuk pelbagai tujuan khusus, yang didasarkan pada penelitiantentang proses belajar dan komunikasi manusia, dan menggunakan kombinasi sumber manusia dan non-manusia agar pembelajaran dapat berlangsung lebih efektif.
Ada beberapa aspek baru dalam definisi yang terakhir. Pertama, adanya gagasan bahwa TP mesti memuat tujuan khusus. Ini mungkin karena pengaruh pemikiran B.F. Skinner (1954) dan Robert Mager (1962) yang diadopsi oleh para praktisi bidang ini. Kedua, adanya gagasan bahwa metode dan teknik yang digunakan untuk mencapai tujuan khusus tersebut mesti didasarkan pada penelitian. Dan ketiga, adanya prase “pembelajaran yang lebih efektif, di mana efektifitas merupakan salah satu karakteristik teknologi terakhir. Gagasan terahir tentang TP sebagai upaya problem solving merupakan sumbang sih original Silber, dan itu merupakan inti dari definisi tersebut.

Pada definisi yang terbaru ini, gagasan tentang etika mulai dimasukkan. Sebagaimana kritik terhadap definisi 1994, mainstrem ilmuan, teknolog, dan praktisi TP begitu dibatasi dalam pendekatan sistem yang memang demikianlah salah satu karakteristik teknologi, sehingga menyebabkan TP demikian tidak luwes dan kehilangan sisi kemanusiaan dalam pelbagai domainnya. Karenanya, diharapkan landasan etika yang menjadi sumbangsih utama definisi terbaru ini bisa menanggulangi

Jika kita amati isi kandungan definisi-definisi teknologi pembelajaran di atas, tampaknya dari waktu ke waktu teknologi pembelajaran mengalami proses “metamorfosa” menuju penyempurnaan. Ada beberapa catatan terakhir yang dapat digariskan di bagian akhir ini:
1.      Pada definisi awal, fokus TP hanya sebagai media pembelajaran;
2.      Pada definisi 1960an dan 1970an, TP dipandang sebagai suatu proses;
3.      Pada definisi 1994, TP telah dipandang sebagai proses dan juga produk;
4.      Pada definisi terbaru (2004) landasan etika mulai dijadikan pedoman dalam kajian dan praktik TP.
Demikianlah, sekilas “napak tilas” sejarah perkembangan definisi TP. Semoga ada manfaatnya bagi pembacaan dan keterlibatan kita lebih jauh dalam bidang keilmuan (tentunya juga praktik) teknologi pembelajaran. Mari kita berdiskusi.


DAFTAR PUSTAKA
Januszewsky, Alan & Michael Molenda. 2008. Educational Technology: a Definition with Comentary. Lawrence Erlbaum Associates. New York.
Poespoprodjo, W. EK T Gilarso. 1999.Logika Ilmu Menalar : Dasar-dasar Berpikir Tertib, Logis, Kritis, Analitis, Dialektis, cet. 1. Pustaka Grafika. Bandung.
Reiser, Robert A. & Jhon V. Dempsey (ed.). 2002. Trends and Issues in Instructional Design and Technology. Pearson Education, Inc. New Jersey.
Rescher, Nicholas. 1964. Introduction to Logic, St. Martinis Press. New York.
Seels, Barbara B. & Rita C. Richey. 1994. Instructional Technology: The Definition and Domains of  the Field. Association for Educational Communication
and Technology. Washington, DC.
Solomon, Robert C.. 1985. Introducing Philosophy : A Text With Readings, 3rd ed.. Harcourt Brace Jovanovich, Inc. Florida.
Tim Penyusun-Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka-Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar