Sabtu, 22 Desember 2012

FATREAL MEMBER Kepada semua nasabah berbicara tentang tanggal pencairan dana yang akurat/tepatnya, sampai sekarang saya belum mendapatkan informasi. Saya sudah kontak berkali-kali dan hasilnya memang mereka juga tidak bisa memberikan tanggal berapa akan cair, yang jelas sekarang ini pengelola cabang dari magelang sedang ke jakarta untuk membahas maasalah ini. Anda komplain ke saya memang gak salah, akan tetapi kalau saya juga sudah menjelaskan yang sebenarnya apakah itu saya salah??????? Sebagai orang yang berpendidikan kita tahu aturan-aturan yang berlaku. Untuk itu para Nasabah semuanya yang bisa atau mau mengerti akan kondisi yang ada saya ucapkan terimakasih, akan tetapi bagi Nasabah yang tidak mau mengerti, maka silahkan datang ke Kantor cabang di Magelang atau telfon dulu ke nomor mas Haniv di 085647602742. Ini bukan berarti saya tidak bertangggungjawab, akan tetapi saya sudah berusaha penuh dan sudah semaksimal mungkin dalam melayani pengaduan dari para nasabah . disamping itu, diya juga orang yang lebih tahu dari pada saya karena diya juga terjun langsung di lapangan, serta diya sebagai atasan saya. Seperti halnya perusahaan saya hanya mempunyai hak untuk menerima kebijakan-kebijakan dan menyampaikan pengaduan-pengaduan dari nasabah. Untuk itu dalam tulisan ini akan saya lampirkan undang-undang yang ada, sebenarnya yang bertanggungjawab siapa dalam masalah ini. Silahkan cerna dan pahami sehingga para nasabah bukan hanya nuntut dan nuntut kepada saya. Sekali lagi jika saya yang bersalah, maka saya bersediya diadili. PT. FATTRIYAL MEMBER • Nama No. HP • No. Rek • Alamat • YOUR No. 1 //westig&ifttdifinz d JI. Parameswara Komp. Parameswara Regency A 8/9 Telp./Fax : (0711) 358900 Palembang PERJANJIAN KERJASAMA PENGELOLAAN DANA TRANSAKSI PASAR UANG DAN PASAR MODAL ANTARA DAN SUWARDI Dalam Pengelolaan Dana Transaksi Pasar Uang Dan selanjutnya disebut "Perjanjian") ini dibuat dan 1-; pada ha_ri Tanggal Bulan Tahun oleh beralam' at di Astir" aiarn hal ini atas nama sendiri dan selaku nasabah tersebut PIHAK PERTAMA) Wasiat di Tegalsari RT. 03 RW. 05 Kawunganten Lor, dalam jabatannya selaku pribadi dan pengelola - ya disebut PIHAK KEDUA) (PIHAK PERTAMA) dan Suwardi (PIHAK KEDUA), 1111i1,!iirmira ze--.1.=a-sama disebut "PARA PIHAK" dan secara sendiri-sendiri 111.iimet" "17 - - 411162..* Fr-7: T. bih dahulu menerangkan bahwa AMA adalah Pemilik Dana yang memiliki dana investasi dan it _ - kmenembangkan dana investasinya tersebut dengan carnsaksi di Pasar Uang dan Pasar Modal halaman 1 1. DUA adalah Pihak yang memiliki keahlian dalam transaksi di Pasar Uang dan Pasar Modal sepakat bahwa untuk mengembangkan dana investasi dari dan bekerjasama untuk mengelola dana tersebut digunakan jasa dan keahlian PIHAK KEDUA dalam transaksi di Pasar Uang dan Pasar Modal Maka, dengan demikian berdasarkan pertimbangan- pertimbangan tersebut di atas, PARA PIHAK telah menyetujui dan mengikatkan diri Perjanjian ini untuk melakukan perjanjian ini berdasarkan ketentuan-ketentuan dan persyaratan- persyaratan sebagai berikut: DEFINISI Pasal 1 1 Kecuali dinyatakan lain dalam Perjanjian ini, istilah-istilah yang dipergunakan dalam Perjanjian ini mempunyai arti sebagai berikut "Portofolio" Berarti kumpulan asset yang terdiri dari instrument di Pasar Uang dan Pasar Modal serta instrumen finacial lainnya yang merupakan kekayaan PIHAK PERTAMA, yang mana PIHAK PERTAMA bekerjasama dan menggunakan jasa serta keahlian PIHAK KEDUA, dalam bertransaksi dan pengelolaan transaksinya. "Dana" Berarti dana tunai dalam Valuta Rupiah atau Valuta Asing Dollar Amerika yang digunakan untuk transaksi oleh PIHAK PERTAMA, bekerjasama dengan PIHAK KEDUA dan diinvestasikan dalam bentuk Portofolio. "Imbal Hasil Berarti hasil/keuntungan bersih investasi setelah dikurangi biaya¬biaya lain yang timbul sehubungan dengan pelaksanaan investasi. "Hari Kerja Bank" Berarti hari kerja/hari operasional Bank sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. 2 Judul pasal hanya untuk kemudahan dan tidak dapat dipergunakan atau dipertimbangkan dalam menafsirkan isi pasal bersangkutan. h a I amain halaman 3 PRINSIP DASAR PERJANJIAN Pasal 2 2.1 PIHAK PERTAMA memberikan mandat penuh kepada PIHAK KEDUA untuk mengelola dana tersebut pada instrumen Pasar Uang dan Pasar Modal di counter party di luar negeri dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan; 2.2 Dalam pengelolaan dana PIHAK PERTAMA, PIHAK KEDUA harus menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen resiko sesuai dengan peraturan yang berlaku di Pasar Uang dan Pasar Modal; 2.3 PIHAK KEDUA bersedia menanggung resiko kerugian yang terjadi pengelolaan dana PIHAK PERTAMA, yang diakibatkan kelalaian PIHAK KEDUA; 2.4 PIHAK KEDUA memberikan final statement untuk account rupiah; 2.5 Dalam hal PIHAK KEDUA tidak dapat lagi mengelola dana PIHAK PERTAMA yang disebabkan oleh faktor-faktor eksternal dan internal, PIHAK KEDUA akan memberitahukan secara tertulis kepada PIHAK PERTAMA dan mengembalikan seluruh dana PIHAK PERTAMA yang dikelola berikut imbal hasil pengelolaan dana secara proporsional. JUMLAH DANA YANG DIPERJANJIKAN Pasal 3 PIHAK PERTAMA telah menyerahkan dana sebesar RP. ) kepada PIHAK KEDUA melalui Rekening BCA 8930177475 atas nama Suwardi pada tanggal JANGKA WAKTU PERJANJIAN Pasal 4 Perjanjian ini berlaku untuk jangka waktu ( terhitung mulai tanggal dan akan berakhir pada tanggal halaman 4 KEWAJIBAN PARA PIHAK Pasal 5 5.1 PIHAK PERTAMA berkewajiban menyediakan dana untuk dikelola oleh PIHAK KEDUA; 5.2 PIHAK KEDUA berkewajiban mengelola dana tersebut dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen resiko sesuai dengan peraturan yang berlaku di Pasar Uang dan Pasar Modal; 5.3 PIHAK KEDUA berkewajiban mengembalikan seluruh dana PIHAK PERTAMA pada saat perjanjian berakhir. HAK PARA PIHAK Pasal 6 PAPA PIHAK berhak menerima imbal hasil pengelolaan dana yang dilakukan oleh PIHAK KEDUA. PENYERAHAN IMBAL HASIL PENGELOLAAN Pasal 8 PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat tentang penyerahan imbal hasil Pengelolaan sebagai berikut : 7.1 PIHAK PERTAMA akan menerima imbal hasil pengelolaan yang dihitung sebesar 3,5 % dari nilai investasi yang dikelola PIHAK KEDUA secara efektif setiap bulan selama jangka waktu perjanjian; 7.2 PIHAK KEDUA akan menyerahkan imbal hasil pengelolaan dana tersebut kedalam rekening PIHAK PERTAMA melalui nomor rekening pada atas nama setiap tanggal setiap bulannya. Apabila tanggal jatuh pada hari libur, maka akan dilakukan pada hari kerja Bank berikutnya. PENARIKAN DANA OLEH PIHAK PERTAMA Pasal 8 Sebelum masa berlaku Perjanjian ini berakhir, PIHAK PERTAMA tidak dapat melakukan penarikan sebagian atau seluruh dana kelolaan. PENGEMBALIAN DANA OLEH PIHAK KEDUA Pasal 9 9.1 PIHAK KEDUA dapat sewaktu-waktu mengembalikan seluruh dana PIHAK PERTAMA, apabila PIHAK KEDUA menganggap kondisi eksternal dan internal tidak memungkinkan bagi PIHAK KEDUA untuk mengelola dan yang dikelola tidak dapat menghasilkan imbal hasil investasi sesuai dengan yang diperjanjikan; 9.2 PIHAK KEDUA akan mengirimkan pemberitahuan tertulis tentang kondisi eksternal dan internal yang dimaksud pada 7.1. sebelum melakukan pengembalian dana kelolaan; 9.3 PIHAK KEDUA akan wengembalikan seluruh dana kelolaan PIHAK PERTAMA berikut dengan imbal hasil investasi secara proporsional. BERAKHIRNYA PERJANJIAN Pasal 10 Perjanjian akan berakhir apabila Masa berlaku perjanjian berakhir sebagaimana yang diatur dalam pasal 4 perjanjian mi. KERAHASIAAN Pasal 11 PIHAK PERTAMA maupun PIHAK KEDUA termasuk afiliasi, anak perusahaan dan karyawannya, baik sebelum maupun sesudah berakhirnya Perjanjian ini, dilarang mengungkapkan setiap data informasi-informasi rahasia mengenai PIHAK PERTAMA dan/ atau PIHAK KEDUA yang diperoleh sehubungan dengan pelaksanaan pengelolaan Dana kepada pihak lain kecuali dengan persetujuan dari PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sebelumnya, atau bila diwajibkan Undang-Undang atau peraturan yang berlaku. FORCE MAJEURE Pasal 12 12.1 Setiap keadaan di luar kemampuan PIHAK KEDUA yang mengakibatkan PIHAK KEDUA tidak dapat melakukan tugas dan kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini maupun dokumen-dokumen turunannya, termasuk tetapi tidak terbatas pada : a. Perang permusuhan (baik diumumkan atau tidak) invasi, serbuan musuh negara asing, pemberontakan, revolusi, kerusuhan, konflik halaman 6 bersenjata atau tindakan dari militer, perang saudara, terorisrne, gangguan terhadap masyarakat sipil dan sabotase; b. Ionisasi, radiasi atau pencemaran radio aktif dari limbah nuklir, dari pembuangan bahan bakar nuklir, ledakan toksis radio aimf atau jenis ledakan yang membahayakan barang-barang milik lainnya; c. Bencana alam (gempa bumi, banjir, tanah longsor, angin atau gangguan cuaca yang sangat buruk); d. Kerusuhan dan ketidak tertiban yang tidak merupakan kelalaian, Para Pihak, bukan merupakan kelalaian- kelalaian, maka PIHAK KEDUA yang terkena keadaan tersebut berkewajiban untuk mengurangi akibat¬akibat dari keadaan tersebut; 12.2 PIHAK KEDUA harus segera memberitahukan secara tertulis kepada PIHAK PERTAMA dalam waktu 5 (lima) hari kerja terhitung sejak terjadinya Force Majeure; 12.3 Dalam hal terjadi keadaan sebagaimana disebutkan dalam pasal 12.1 diatas maka PARA PIHAK akan bertemu satu dengan lainnya untuk bermusyawarah serta mencari jalan keluar yang terbaik dan yang paling menguntungkan masing-masing PIHAK. PENGALIHAN Pasal 13 Perjanjian ini dan setiap kesepakatannya, syarat-syarat dan ketentuan dan padanya akan mengikat dan menjamin keuntungan dari PARA PIHAK. PARA PIHAK tidak dapat mengalihkan Perjanjian ini kepada afiliasinya dan/ atau PIHAK KETIGA lainnya tanpa persetujuan tertulis dari PIHAK yang kepada PIHAK yang lain. AMANDEMEN Pasal 14 Hal-hal lain yang belum diatur dalam Perjanjian ini, dapat dirundingkan dan disepakati oleh PARA PIHAK dan akan dituangkan secara tertulis dalam suatu Addendum. PELAKSANAAN Pasal 15 PAPA PIHAK menyanggupi untuk melaksanakan Perjanjian ini dengan itikad baik dan menghormati semangat dan pengertian dari ketentuan¬ketentuannya. halaman 7 PEMUTUSAN PERJANJIAN Pasal 16 7.:"Iest amjian ini sewaktu-waktu dapat diputuskan oleh masing-masing jika salah satu PIHAK lalai, tidak memenuhi sebagian atau ,arti13.kewajibannya; :fa Apabila Perjanjian ini diputuskan karena suatu sebab, PARA PIHAK akan melakukan perhitungan biaya-biaya yang telah dikeluarkan aL am pengelolaan dana investasi. RESIKO BISNIS Pasal 17 apabila terjadi kerugian dalam pengelolaan dana PIHAK PERTAMA yang diakibatkan kelalaian PIHAK KEDUA dalam melakukan transaksi bisnis, maka PIHAK KEDUA berkewajiban mengganti kerugian tersebut. RETENSI Pasal 18 apabila Perjanjian berakhir dan PIHAK KEDUA tidak bisa mengembalikan dana investasi karena sesuatu dan lain hal, maka PIHAK KEDUA berkewajiban menjaminkan harta bergerak maupun tidak bergerak kepada PIHAK PERTAMA senilai dana investasi yang belum dikembalikan. HUKUM YANG BERLAKU Pasal 19 Hak dan kewajiban PARA PIHAK yang berlaku menurut Perjanjian ini dan ketentuan-ketentuan yang akan ditetapkan, akan dilaksanakan menurut hukum Negara Republik Indonesia. PENYELESAIAN SENGKETA Pasal 20 20.1 Setiap perselisihan dan pertentangan yang timbul sehubungan dengan pelaksanaan Perjanjian ini diselesaikan secara musyawarah untuk mencapai kesepakatan di antara PARA PIHAK; 20.2 Apabila menurut salah satu PIHAK, perselisihan atau pertentangan tersebut dalam Pasal 18.1 di atas tidak dapat diselesaikan oleh Para Pihak secara musyawarah, maka perselisihan tersebut akan diselesaikan melalui arbitrase berdasarkan peraturan dari Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) dan akan dilakukan di Jakarta; PIHAK PERTAMA Suwar di PIHAK KEDUA halaman anggota Dewan Arbitrase adalah 3 (tiga) orang yang masing¬inasing PIHAK mengangkat seorang anggota dan seorang Ketua Dewan arbitrase yang dipilih oleh ketua anggota dewan Arbitrase tersebut: 20.4 Putusan Dei,van Arbitrase merupakan putusan final dan mengikat PAPA PIHAK. LAIN-LAIN Pasal 21 Perjanjian ini menggantikan semua pernyata.an, pengertian atau perjanjian sebelumnya baik lisan maupun tertulis di antara PAPA PIHAK sehubungan dengan pokok-pokok masalah dalam Perjanjian ini maupun dokumen sebagaimana dimaksud Perjanjian ini merupakan keseluruhan kesepakatan dari PAPA PIHAK atas syarat-syarat dan ketentuan dari hubungan mereka. Dan segala yang diuraikan tersebut diatas, Perjanjian ini ditandatangani oleh PAPA PIHAK di Cilacap , dibuat dalam 2 (dua) rangkap, bermaterai cukup yang kesemuanya merupakan dokuman ash dan mempunyai kekuatan hukum yang sama, dimana masing-masing PIHAK memperoleh 1 (saw) rangkap Perjanjian serta mulai berlaku sejak tanggal sebagaimana disebutkan dalam awal Perjanjian. Cilacap,

Jumat, 16 November 2012

MASALAH-MASALAH YANG TERJADI DI FATREYAL MEMBER 1. pada bulan april terjadi penarikan dari para nasabah besar-besaran sehingga ditemukan ketidak sesuaian data. Hal itu terjadi karena: - tanpa diketahui sebelumnya bahwa ternyata rekening Faisol pad pertengahan tahun 2011 telah terjadi pemblokiran yang dilakukan oleh pihak perbangan yang tidak bertanggungjawab. - Akibat itu semua transaksi di FM diberhentikan secara total hingga bulan Juni. - Akibat dari itu muncul surat yang memberi tahukan bahwa bagi hasil akan dapat berjalan kembali pada bulan juli 2012. 2. pembagian hasil bulan juli sampai sekarang tidak dapat dilaksanakan karena: -Pada bulan pertengahan juli Pak Faisol sebagai pimpinan FM diculik oleh kakaknya yang berasal dari ibu tirinya dan disekap hingga pertengahan bulan Ramadhan. -dalam sekapanya pimpinan disuruh mentrasfer ke nomor rekening suami kakak tersebut dengan ancaman jika tidak mau maka pestol akan menembus badanya. -ahirnya sekitar 1,5 milyar dikirimkan ke nomor tersebut. - pengurusan pembukaan blogkiran rekening Faisol terus diupayakan tapi pihak bank mempersulitnya hal itu karena memang perbankan serta BPK/badan pemriksa keuangan saling bekerja sama untuk membuat money londry. - pimpinan disuruh diyam saja oleh BPK, dengan alasan jika sering bersuara maka kekayaanya yang sejumlah trilyunan akan hilang. -sekitar bulan agustus BNI dapat mencairkan sekitar 5 milyar yang akan dibagikan tapi sangat disayangkan, dari petugas BNI yang termasuk nasabah memasukan uang tersebut ke nomor rekening mereka dan sisa 600 juta yang dikembalikan ke pimpinan. Begitulah hal-hal yang terjadi di FM. Saat ini pimpinan sedang di jakarta yang tempatnya sangat tersebunyi dengan dijaga oleh dua pihak tentara untuk mengembangkan aktifitasnya. 3. kenapa diya beraktifitas dengan diyam-diyam? -. Karena dirinya diburu oleh banyak nasabah yang anarkis. -banyak para nasabah yang sudah melapor tetapi dari kepulisan tidak memprosesnya karena pimpinan tidak terbukti kalau diya menipu para nasabah. Disamping itu banyak dari anggota kepulisan yang menjadi nasabah maka tentu saja mereka mengharabkan dananya masih dapat kembali. Lagian jika diya dipenjara hanya sekitar 1-3 tahun saja. Demikianlah saat ini yang terjadi di FM untuk itu para nasabah sekalian mohon kesabaranya dan tolong doanya agar semua yang kita harabkan dapat terkabul sehingga dana yang kita harapkan dapat kembali lagi dan FM dapat berjalan lancar kembali. Ada pertanyaan silahkan tanyakan ke kami? Kami akan menjawab dengan sesuai yang ada. Anda tidak percaya atau kurang percaya? Silahkan datang ke Cilacap yang mana disana sekarang banyak lembaga-lembaga perlindungan nasabah. Menurut informasi yang ada jika tidak ada halangan ataupun masalah, maka pertengahan bulan januari pimpinan akan dipanggil oleh badan pemriksa keuangan dan perbangan untuk menindak lanjuti pemblokiran rekening pimpinan. Untuk itu sekali lagi mohon doanya para nasabah semuanya agar masalah tersebut dapata segera terpecahkan dan pencairan danapun dapat dilakukan lagi, amiin.

Minggu, 08 April 2012

UPAYA GURU BIMBINGAN KONSELING DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII MTs YAKETUNIS A. Latar Belakang Masalah Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan cahaya ilmu pengetahuan kepada umat manusia, sehingga umat manusia dapat memberikan manfaat untuk sesama, untuk lingkungan alam di sekitarnya dan juga untuk membebaskan dirinya dari belenggu kebodohan dan kegelapan pemikiran. Setiap manusia tentunya membutuhkan ilmu pengetahuan yang memadai agar dapat mengatasi setiap permasalahan yang mungkin timbul dalam kesehariannya. Hal seperti ini adalah sebuah keniscayaan yang harus dihadapi oleh umat manusia yang masih memiliki harapan dan impian dalam kehidupannya. Untuk itu sebagai manusia yang diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang paling sempurna dibanding makhluk yang lain, maka dalam kehidupan ini tak bisa kita hindari bahwa kita membutuhkan berbagai macam pendidikan yang dapat mengantarkan dirinya pada kehidupan yang lebih baik, hal ini sangatlah wajar karena permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan manusia itu pun juga sangat beragam dan setiap permasalahan itu pastilah memiliki karakteristik yang berbeda pula, sehingga memerlukan cara penanganan secara lebih spesifik agar dapat terselesaikan dengan baik dan sempurna. Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 3 dinyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan merupakan sebuah modal dasar bagaimana bangsa bisa tumbuh dan berkembang dalam menghadapi berbagai macam perkembangan dunia dan perkembangan masa yang semakin menantang. Dalam pendidikan terkandung berbagai macam aspek, salah satu diantaranya adalah proses belajar mengajar yang menjadi ujung tombak dimana para peserta didik yakni generasi muda bangsa mendapatkan sebuah ilmu dan berbagai pemahaman tentang berbagai macam pengetahuan. Proses pembelajaran atau belajar mengajar ini mencakup beberapa aspek atau unsur utama, yakni guru dan murid (peserta didik). Guru atau pengajar merupakan individu-individu yang memiliki tugas dan peranan penting dalam memberikan dan mentransfer pengetahuan kepada para peserta didiknya, sedangkan murid atau peserta didik adalah individu-individu yang berusaha mempelajari segenap pengetahuan yang diajarkan, diberikan dan dijelaskan oleh para pengajar. Dengan kata lain, guru adalah seorang yang bertugas menyampaikan materi pelajaran sedangkan murid adalah individu yang berhak mendapatkan materi pelajaran dengan berbagai macam penjelasannya. Pada perkembangannya, tugas seorang guru kini semakin terlihat semakin kompleks. Guru yang hanya bisa menyampaikan materi pelajaran kepada murid-murinya hanya akan menjadi seorang guru yang terlalu kaku terhadap murid-muridnya, apalagi jika ditambah dengan tanpa adanya bimbingan terhadap murid-muridnya yang akan membuat hubungan guru-murid semakin kaku. Ini terasa cukup untuk menggambarkan, bahwa tugas guru bukanlah hanya untuk menyampaikan segudang materi dengan teori-teori konsep yang begitu rumit, tetapi seorang guru juga memiliki tugas dan tanggungjawab untuk memberikan bimbingan serta konseling kepada para peserta didiknya untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi oleh para murid sehingga pembelajaran yang diberikan tidak hanya terpancang pada materi pelajaran yang diberikan tetapi kini ditambah dengan bimbingan yang akan semakin membantu siswa dalam mengatasi persoalan baik dalam masalah pembelajaran materi maupun di luar pembelajaran sekolah. Dalam proses pendidikan, semua stakeholder yang terkait dengan proses tersebut mempunyai peran dan tanggungjawab sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Masing-masing peran tersebut harus berjalan secara sinergis saling melengkapi sehingga membentuk suatu sistem yang harmonis. Dari peran-peran yang ada, peran guru bimbingan dan konseling sangat diperlukan sehingga kegiatan belajar dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan apa yang diharapkan, dan dengan adanya Bimbingan konseling di dalam lembaga pendidikan tersebut siswa akan melakukan aktivitas belajar sesuai dengan apa yang telah ditentukan. Priyanto mengemukakan bahwa permasalahan yang dialami oleh para siswa di sekolah sering kali tidak dapat dihindari meski dengan pengajaran yang baik sekalipun. Hal tersebut juga disebabkan oleh karena sumber-sumber permasalahan siswa banyak yang disebabkan oleh hal-hal di luar sekolah. Dalam hal ini permasalahan siswa tidak boleh dibiarkan begitu saja, termasuk perilaku siswa yang tidak dapat mengatur waktu untuk melakukan aktivitas belajar sesuai apa yang dibutuhkan, diatur, atau diharapkan. Apabila para siswa tersebut belajar sesuai dengan kehendak sendiri dalam arti tanpa aturan yang jelas, maka upaya belajar siswa tersebut tidak dapat berjalan dengan efektif. Apalagi tantangan kehidupan sosial dewasa ini semakin kompleks, termasuk tantangan dalam mengalokasikan waktu. Dalam hal ini jika pengaturan waktu berdasarkan kesadaran sendiri maupun arahan pihak lain tidak dilakukan dengan disiplin maka semuanya akan menjadi kacau. Demikian pula dengan kedisiplinan siswa dalam melakukan aktivitas belajar dipadukan aktivitas lain dalam kehidupan sehari-hari, maka disinilah perlakuan guru bimbingan dan konseling di lembaga sekolah sangat diperlukan untuk mendampingi mereka. Seperti halnya MTs Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam (YAKETUNIS) yang merupakan salah satu lembaga pendidikan formal tingkat menengah yang mengasuh siswa berkebutuhan khusus (Tunanetra), maka keberadaan guru bimbingan konseling sangat mendukung dalam membantu siswa dalam mengatasi permasalahan siswa, maupun dalam meningkatkan motivasi guna mengembangkan potensi dan prestasi akademik maupun non akademik para siswa. MTs YAKETUNIS merupakan lembaga pendidikan formal yang berada di bawah naungan Departemen Agama dan dikelola oleh Yayasan Kesejahteraan tunanetra Islam (YAKETUNIS) sehingga disebut dengan MTs YAKETUNIS, yang terletak di kampung Danonegaran, Kelurahan Mantrijeron, Kecamatan Mantrijeron, Kota Madya Yogyakarta. Madrasah ini mendidik siswa tunanetra, dengan lebih menekankan pada ilmu-ilmu keagamaan secara komprehensif, namun tidak mengabaikan ilmu-ilmu umum lainnya. Guru Bimbingan konseling (BK), di MTs YAKETUNIS ini sangat membutuhkan perhatian yang lebih dari pada Madarasah-Madarasah yang lain karena di Madrasah ini siswa-siswinya berkebutuhan khusus pada bagian tuna netra, di samping itu guru bimbingan konseling di madrasah ini juga seorang tunanetra, namun meski demikian beliau mempunyai keinginan yang sama dengan guru-guru BK pada umumnya untuk mendidik siswa-siswi agar memiliki akhlak dan kepribadian yang baik dan dapat membawa nama harum madrasah pada bidang akademik, maupun non akademik. Walaupun Madarasah ini peserta didiknya berkebutuhan khusus, namun mereka mampu berprestasi secara akademik maupun non akademik. Adapun prestasi yang bersifat akademik diraih siswa MTs YAKETUNIS yang bernama Trismunandar dengan juara 2 Matematika tingkat nasional yang diadakan di Medan, sedangkan prestasi non akademik diraih oleh beberapa siswa dalam bidang olahraga tingkat nasional melalui KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) dalam pertandingan olahraga pelajar cacat nasional (popcanas), sehingga dengan perstasi-prestasi tersebut membuktikan bahwa siswa MTs YAKETUNIS mampu berkompetisi untuk berprestasi dan mengangkat nama Madarasah. Berdasarkan pengamatan penulis, akhir-akhir ini siswa kelas VII MTs YAKETUNIS mengalami penurunan minat belajar yang disampaikan oleh bapak/ibu guru sehingga menimbulkan prestasi belajar siswa cenderung menurun drastis. Hal ini dapat penulis amati ketika proses kegiatan belajar mengajar ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan materi dan justru bermain-main atau bahkan ada pula yang meninggalkan ruang kelas. Motivasi merupakan salah satu faktor penunjang dalam menentukan intensitas usaha untuk belajar dan juga dapat dipandang sebagai suatu usaha yang membawa anak didik ke arah pengalaman belajar sehingga dapat menimbulkan tenaga dan aktivitas siswa serta memusatkan perhatian siswa pada suatu waktu tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi bukan saja menggerakkan tingkah laku tetapi juga dapat mengarahkan dan memperkuat tingkah laku. Siswa yang mempunyai motivasi dalam pembelajarannya akan menunjukkan minat, semangat dan ketekunan yang tinggi dalam belajarnya, tanpa banyak bergantung kepada guru. Seorang yang belajar dengan motivasi yang kuat dapat melaksanakan semua kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh dan penuh gairah. Sebaliknya seseorang yang belajar dengan motivasi yang lemah, akan malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pelajaran. Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi keberhasilanya. Oleh karena itu, motivasi belajar perlu diusahakan terutama yang berasal dari dalam diri dengan cara senantiasa memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan harus dihadapi untuk mencapai cita-cita dan senantiasa memasang tekad bulat, selalu optimis bahwa cita-cita dapat dicapai dengan belajar. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, dapat dirumuskan beberapa rumusan permasalahan yaitu: 1. Bagaimanakah motivasi dan prestasi belajar siswa kelas VII MTs YAKETUNIS Kota Yogyakarta? 2. Bagaimanakah upaya guru bimbingan konseling dalam meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas VII di MTs YAKETUNIS Kota Yogyakarta? 3. Apasajakah faktor-faktor penghambat dan pendukung motivasi dan prestasi belajar siswa kelas VII MTs YAKETUNIS Kota Yogyakarta? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Mendeskripsikan motivasi belajar siswa di MTs YAKETUNIS Kota Yogyakarta. b. Mendeskripsikan upaya yang telah dilakukan guru bimbingan konseling dalam meningkatkan motivasi belajar pada siswa di MTs YAKETUNIS Kota Yogyakarta. c. Mengungkapkan keberhasilan yang dicapai oleh guru bimbingan konseling dalam upayanya meningkatkan motivasi belajar pada siswa di MTs YAKETUNIS Kota Yogyakarta. 2. Kegunaan Penelitian a. Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran untuk menjaga motivasi belajar siswa MTs YAKETUNIS Kota Yogyakarta. b. Sebagai acuan bagi guru bimbingan konseling dalam usaha meningkatkan motivasi belajar pada siswa di MTS YAKETUNIS Kota Yogyakarta. D. Telaah Pustaka Setelah meneliti dan mengkaji terhadap skripsi dan pustaka terdahulu, penulis tidak menemukan penelitian yang membahas tentang guru bimbingan konseling dalam meningkatkan motivasi dan prestasi belajar. Hanya saja penulis menemukan penelitian yang relevan dengan penelitian yang penulis teliti, baik itu penelitian maupun yang lainnya, diantaranya adalah: 1. Skripsi yang ditulis oleh Zulaiha Sri Hardanik, jurusan PAI tahun 2005 dengan judul “Usaha-usaha guru Aqidah-akhlaq dalam menumbuhkan motivasi belajar bidang studi Aqidah-akhlaq pada siswa MTsN Borobudur Magelang.” Skripsi ini membahas tentang proses belajaar mengajar PAI, usaha-usaha yang ditempuh guru Aqidah-akhlaq dalam menumbuhkan motivasi belajar aqidah-akhlaq dan membahas faktor penghambat dan pendukung yang dihadapi dalam menumbuhkan motivasi belajar aqidah-akhlaq di MtsN Borobudur Magelang. 2. Skripsi yang ditulis oleh Dedah Hidayati, jurusan PAI Fakultas Tarbiyah Tahun 2008 dengan judul “Upaya Guru PAI Dalam Menumbuhkan Motivasi Belajar Agama Islam Siswa Tunanetra Kelas VIII MTs LB A Yaketunis Yogyakarta. ” Dalam tulisan ini, penulis berusaha mengkaji lebih dalam mengenai proses belajar mengajar PAI kelas VIII MTs LB A Yaketunis, upaya-upaya yang dilakukan oleh guru PAI dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa kelas VIII, dan hasil yang dicapai oleh guru dalam upayanya menumbuhkan motivasi belajar siswa kelas VIII MTs LB A Yaketunis Yogyakarta. 3. Skripsi Nur`aini Fak. Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 1999 dengan judul “Motivasi Siswa dalam Belajar di Ponpes Bahrul Ulum Krakasan Probolinggo”. Penelitian ini menekankan pada motivasi siswa belajar di Ponpes Bahrul Ulum Probolinggo, baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik, serta usaha-usaha guru dalam menumbuhkan motivasi belajar pada siswa. Dari ketiga penelitian di atas, berbeda dengan penelitian yang akan penulis lakukan. Penelitian ini membahas tentang upaya guru bimbingan konseling dalam meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa MTs YAKETUNIS, dan apa sajakah faktor penghambat dan pendukung yang dihadapi guru bimbingan konseling dalam meningkatkan motivasi belajar bagi siswa MTs YAKETUNIS Kota Yogyakarta. Jadi lebih membahas tentang bagaimana motivasi siswa MTs YAKETUNIS, dan apa upaya guru bimbingan konseling dalam meningkatkan motivasi dan prestasi siswa MTs YAKETUNIS tahun ajaran 2011-2012. E. Landasan Teori 1. Tinjauan tentang Motivasi Belajar Sebelum membahas lebih jauh tentang motivasi belajar terlebih dulu penulis uraikan pengertian apa pengertian motivasi itu sendiri. a. Pengertian Motivasi Motivasi merupakan salah satu aspek untuk memahami tingkah laku manusia karena motivasi merupakan tenaga penggerak pada jiwa untuk melakukan kegiatan. Untuk lebih jelas mengenai pengertian motivasi berikut dikutip pendapat para ahli yang membahas tentang pengertian motivasi itu. Banyak para ahli psikologi menempatkan motivasi pada posisi determint atau penentu bagi kehidupan individual dalam rangka mencapai cita-cita. Diantaranya Hubart Bonner dalam bukunya Ali Usman menyatakan bahwa: Motivasi adalah secara fundamental bersifat dinamis yang melukiskan ciri-ciri tingkah laku manusia yang terarah kepada tujuan. Maksudnya dalam motivasi terkadang suatu dinamis yang mendorong segala tingkah laku manusia. Bilamana terhadap rintangan-rintangan yang menghalangi pencapaian tujun yang diinginkan, dengan motivasi itu seseorang melipat gandakan usahanya untuk mengatasinya dan berusaha mencapai tujuan itu. Menurut Mc Donald dalam bukunya Sardiman, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Menurut Nico Syukur Dister, motivasi ialah penyebab psikologi yang merupakan sumber serta tujuan dari tindakan dan perbuatan yang dilakukan manusia. Menurut Sardiman Am, motivasi adalah daya penggerak (daya) yang telah menjadi aktif dimana ini akan menjadi aktif apabila kebutuhan untuk mencapai tujuan dirasakan sangat mendesak. Menurut Singgih Dirgagunarsa, Motif adalah dorongan atau kehendak menjadi yang menyebabkan timbulnya semacam kekuatan agar seseorang berbuat atau bertindak, dengan perkataan lain bertingkah laku karena tingkah laku tersebut dilatar belakangi oleh adanya motif, maka disebut: tingkah laku bermotivasi”. Menurut WS. Winkel. S.J. MSc ss, Motif adalah daya penggerak dari dalam dan dalam subyek untuk melakukan akvitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Motif merupakan suatu kondisi intern / disposisi (kesiapsiagaan).” Dalam psikologi Islam pembahasan motivasi hidup tidak terlepas dari tahapan kehidupan manusia. Secara garis besar kehidupan manusia terbagi menjadi tiga tahap: 1) Tahapan prakehidupan dunia yang disebut alam perjanjian atau alam alasty. 2) Tahapan kehidupan dunia untuk aktualisasi dan realisasi diri terhadap amanah yang telah diberikan. 3) Tahapan alam paska kehidupan dunia yanbg disebut hari penghabisan atau pembalasan. Dengan demikian tampak jelas bahwa motivasi hidup manusia hanyalah realisasi atau aktualisasi amanah Allah SWT semata. Sedangkan yang dimaksud dengan motivasi menurut penulis adalah dorongan yang muncul dari dalam diri seseorang dan adanya stimulus dari orang lain untuk melakukan sesuatu. Berawal dari kata “motif” itu, maka “motivasi” dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif, motif menjadi aktif pada saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan mendesak. b. Macam – Macam Motivasi 1) Menurut Isi Menurut isinya ada tiga jenis yaitu : a) Motif Jasmani, yaitu motif untuk memenuhi kebutuhan biologis demi kelangsungan hidup individu misal untuk bergerak dan sebagainya. b) Motif Ruhani, yaitu motif untuk memenuhi kebutuhan batin, misal kemauan. Tahap-tahap kemauan : (1) Timbulnya alasan automotif, misal belajar jika akan ada ujian. (2) Langkah memilih atau timbulnya alternatif, memilih beberapa alternatif dengan pertimbangan untung ruginya. (3) Mengambil keputusaan dari pertautan beberapa alternatif hasil keputusan. (4) Terbentuknya kemauan atau dorongan untuk bertindak melaksanakan keputusan yang diambil pada langkah ketiga. c) Motif Sosial, yaitu motif yang timbul setelah kita berhubungan dengan manusia, motif untuk menolong. 2) Berdasarkan atas terbentuknya Motif ini dibedakan menjadi dua yaitu motif bawaan dan motif yang dipelajari. a) Motif bawaan, yaitu motif-motif yang dibawa sejak lahir jadi tanpa dipelajari, seperti misalnya dorongan untuk makan, untuk minum, dorongan seksual. Motif-motif ini sering disebut motif yang disyaratkan secara biologis artinya ada dalam warisan biologis manusia. b) Motif yang dipelajari, yaitu motif yang timbulnya karena dipelajari, misal dorongan untuk belajar sesuatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengejar kedudukkan dalam masyarakat, dan sebagainya. Motif ini sering disebut motif yang diisyaratkan secara sosial, karena motif ini terbentuk adanya hubungan manusia dalam lingkungan sosial. Menurut Jenis, Motif dibedakan menjadi tiga, menurut B. Burton 1) Organic Motive, yaitu motif yang didasarkan atas sesuatu dan kebutuhan manusia. 2) Emergency Motive, yaitu motif yang didasarkan karena dorongan darurat, ini tergantung lingkungan ini sudah ada sejak lahir, tetapi bentuknya disesuaikan dengan perangsang yang ada ini dapat dipelajari, misalnya melarikan diri dari bahaya yang mengancam. 3) Objektive Motif, yaitu motif yang diarahkan untuk berhubungan secara efektif dengan keadaan lingkungan atau orang dalam suatu lingkungan ini dapat berupa tingkah laku dalam menghadapi sesuatu yang menarik perhatian, misal kebutuhan untuk mendapatkan rangking tinggi. c. Kendala yang Menghambat Motif Pertarungan antara motif-motif dapat terjadi pada diri anak untuk diri seseorang apabila ada beberapa motif yang muncul secara serempak dan ini bisa membawa seseorang kedalam suatu situasi konflik. Situasi konflik adalah situasi dimana seseorang merasa bimbang atau bingung karena harus antara dua motif yang muncul pada saat bersamaan. Kebimbangan itu ditandai pula adanya ketegangan dalam mengambil suatu keputusan untuk pilihan. Konflik ada tiga macam bentuk yaitu: 1) Approach- apporoach conflict (konflik-konflik mendekat), konflik ini timbul apabila pada saat sama terdapat dua motif yang semua positif, sehingga timbul kebimbangan mana yang akan dipilih, memilih satu motif berarti mengorbankan atau mengecewakan motif yang lain. Contoh seseorang ibu memiliki uang pas disatu sisi akan dibelanjakan untuk keperluan sehari-hari, disisi lain anaknya minta keperluan sekolah, sehingga ia menjadi bimbang mana yang akan dipilih. 2) Apporoach-avoidance conflict (konflik mendekat-menjauh), konflik ini timbul bilamana pada suatu saat yang sama timbul dua motif yang berlawanan mengenai satu obyek, motif yang satu positif, motif yang lain negatif, karena itu ada kebimbangan apakah akan menjauhi atau mendekati. Contoh seorang siswa diberi uang untuk membayar SPP oleh orang tuanya, satu sisi ia membayarkan, disisi lain ada dorongan untuk digunakan bersenang-senang, sehinggaa timbul kebimbangan pada anak. 3) Avoidance-avaoidance conflict (konflik menjauh- menjauh), konflik ini terjadi bila pada satu saat yang bersamaan timbul dua motif yang negatif, timbul dua motif dan timbul kebimbangan karena menjauhi motif yang satu berarti harus memenuhi motif yang lain yang juga negatif. Contoh seorang siswa menghadapi ujian kebetulan tidak siap, ingin mencontek takut ketahuan, tidak mencontek takut ketahuan, tidak mencontek takut tidak ujian. d. Pengertian Motivasi Belajar Keberhasilan suatu proses kegiatan belajar mengajar bukan hanya ditentukan oleh faktor intelektual, tetapi juga faktor-faktor yang non-intelektual, termasuk salah satunya ialah motivasi. Dalam Islam kata motivasi lebih dikenal dengan istilah niat yaitu dorongan yang tumbuh dalam hati manusia yang menggerakkan untuk melakukan suatu aktivitas tertentu dalam niat ada ketergantungan antara niat dengan perbuatan, dalam arti jika niat baik maka imbasnya juga baik dan sebaliknya. Menurut W. S. Winkel motivasi belajar dapat diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar demi mencapai satu tujuan. Crow dan Crow memperjelas pentingnya motivasi dalam belajar sebagai berikut: “Belajar harus diberi motivasi dengan berbagai cara sehingga minat yang dipentingkan dalam belajar itu dibangun dari minat yang telah ada pada diri anak.” Menurut A. Tabrani, pada garis besarnya motivasi mengandung nilai-nilai sebagai berikut: 1) Motivasi menentukan tingkat keberhasilan atau kegagalan perbuatan belajar siswa. Belajar tanpa adanya motivasi sulit untuk berhasil. 2) Pengajaran yang bermotivasi pada hakekatnya adalah pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan, motif dan minat yang ada pada siswa. Pengajaran yang demikian sesuai dengan tuntutan demokrasi dalam pendidikan. 3) Pengajaran yang bermotivasi menurut kreatifitas dan imajinitas pada guru untuk berusaha secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang relevan dan serasi guna membangkitkan dan memelihara motivasi belajar pada siswa. Guru senantiasa berusaha agar siswa pada akhirnya mempunyai motivasi yang baik. 4) Berhasil atau tidaknya dalam menumbuhkan dan menggunakan motivasi dalam pengajaran erat kaitannya dengan pengaturan dalam kelas. 5) Asas motivasi menjadi salah satu bagian yang integral dari asas-asas mengajar. Penggunaan motivasi dalam mengajar tidak saja melengkapi prosedur mengajar, tetapi juga menjadi faktor yang menentukan pengajaran yang efektif. Dengan demikian, penggunaan asas motivasi sangat esensial dalam proses belajar mengajar. Dalam hal ini penulis dapat meyimpulkan bahwa motivasi belajar dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik akan menunjukkkan hasil yang baik. Dengan kata lain bahwa dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seorang yang belajar itu akan mendapat prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya. Motivasi belajar di sekolah dibedakan menjadi 2 bentuk yaitu: 1) Motivasi Intrinsik, yaitu kegiatan belajar dimulai dan diteruskan, berdasarkan penghayatan suatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktifitas belajar siswa. Motivasi ini tumbuh dari dalam diri anak sendiri oleh karena itu motivasi ini sering disebut motivasi murni atau motivasi yang sebenarnya. Misal: siswa yang tekun belajar karena ingin memperoleh ilmu pengetahuan. Meskipun dalam motivasi instrinsik ini siswa mempunyai kemandirian dalam belajar, tetapi guru tetap harus berusaha menjaga kondisi ini, terutama untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. 2) Motivasi Ekstrinsik, yaitu aktivitas belajar dan diteruskan berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar sendiri. Misal: siswa rajin belajar untuk memperoleh hadiah yang telah dijanjikan kalau berhasil baik. Namun demikan, motivasi belajar yang bersifat eksternal ini tidak selamanya tidak baik bagi siswa, tetapi tetap penting dan dibutuhkan oleh siswa karena keadaan siswa yang dinamis dan tidak selalu stabil. Di sini peranan guru sangat menentukan untuk memberi motivasi sehingga timbul dorongan belajarnya atau bahkan meningkat dengan adanya usaha guru tersebut. Dalam buku Pengalaman Motivasi Beragama dikutipkan bahwa setiap tingkah laku seseorang dipengaruhi 3 faktor yaitu : a) Faktor gerak atau dorongan secara spontan dan alamiah terjadi pada diri manusia. b) Faktor kekuatan manusia sebagai inti pusat kepribadian. c) Faktor situasi manusia atau lingkungan hidup. Dalam buku tersebut ditegaskan bahwa teori tingkah laku yang dimaksut masih sangat umum, dan monistis sebab tidak ada tempat untuk konfrontasi dengan dunia luar. Disamping hal diatas beberapa pendapat ahli psikologi dan pendidikan yang mengemukakan: 1) Menurut Arden N. Fandsen menyebutkan bahwa yang mendorong belajar itu ialah: (a) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang luas (b) Adanya sifat yang kreatif pada manusia yang selalu maju dan berkembang. (c) Keinginan untuk mendapat simpati orang tua, guru dan teman-temannya. (d) Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetisi. (e) Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman jika menguasai pelajaran . (f) Adanya ganjaran dan hukuman sebagai akhir dari belajar. 2) Thorndike melihat hubungan motivasi dan law of effect, dalam hukum belajar tersebut pembuatan belajar diulangi karena: (a) Interest, motivasi belajar karena tertarik akan pelajaran bagi diri. (b) Significance, pelajaran itu berguna bagi diri. (c) Improvement, tertarik pada usaha memperbaiki diri. (d) Problem attitude, karena mengalami problem dalam diri lalu ingin memperbaiki dengan jalan belajar. (e) Attentiveness, ingin ikut serta dalam hal yang dipelajari. e. Cara Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Mengupayakan agar motivasi belajar siswa lebih meningkat sangat penting artinya karena akan mempengaruhi kelangsungan kegiatan belajar mengajar. Tugas guru adalah memotivasi siswa untuk belajar, demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Kegiatan belajar akan tercipta apabila motivasi belajar yang ada di dalam diri siswa itu akan memperkuat ke arah tingkah laku tertentu (belajar). Adapun motivasi dapat ditumbuhkan dengan cara: 1) Membangkitkan suatu kebutuhan, yaitu kebutuhan untuk menghargai suatu keindahan, untuk mendapat penghargaan dan sebagainya. 2) Menghubungkannya dengan pengalaman-pengalaman yang lampau. 3) Memberikan kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik, knowing success like success atau mengetahui sukses yang diperoleh individu itu, sebab sukses akan menimbulkan rasa puas. Guru juga dapat menggunakan bermacam-macam motivasi agar siswa dapat belajar dengan baik. Adapun cara yang digunakan guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa antara lain: 1) Memberi angka Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa yang belajar untuk mencapai angka/nilai baik dan untuk itu berusaha segenap tenaga. Angka yang baik itu bagi mereka merupakan motivasi yang kuat. 2) Memberi hadiah / reward Hadiah memang dapat membangkitkan motivasi bila setiap orang mempunyai harapan untuk memperolehnya. 3) Menciptakan kompetisi Kompetisi atau saingan baik kompetensi yang bersifat individual maupun kelompok dapat digunakan sebagai alat untuk mendorong belajar siswa. 4) Menunjukkan pentingnya tugas Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras adalah sebagai salah satu bentuk motivasi belajar yang cukup penting. 5) Memberikan ulangan Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan, oleh karena itu memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. 6) Memberitahukan hasil yang telah dicapai Pekerjaan yang segera diketahui hasilnya akan membawa pengaruh yang besar bagi siswa untuk lebih giat lagi dalam belajar, apalagi kalau terjadi kemajuan, siswa akan bersemangat untuk belajar dengan harapan hasil dari belajarnya akan terus meningkat dan berhasil dengan baik. 7) Memberi pujian dan hukuman Siswa yang sukses dan berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, perlu di beri pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus motivasi yang baik. Dengan adanya pujian yang diberikan secara tepat akan memupuk suasana belajar yang menyenangkan dan menumbuhkan gairah belajar pada siswa. 8) Hukuman Hukuman sebagai reinforcement yang negatif kalau diberikan secara tepat dan bijak dapat menjadi alat motivasi. Oleh karena itu, guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman. 9) Menumbuhkan hasrat untuk belajar Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga akan menjadikan hasil yang lebih baik. 10) Minat Motivasi sangat erat kaitannya dengan unsur minat. Motivasi muncul karena ada kebutuhan dan minat adalah merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar akan berjalan lancar kalau disertai minat. Guru juga dapat mengembangkan motivasi belajar pada siswa di dalam kelas yaitu dengan cara: a) Motivasi tugas Motivasi tugas adalah motivasi yang ditimbulkan oleh tugas-tugas yang ditetapkan baik oleh guru maupun oleh siswa. Siswa yang memiliki motivasi tugas menunjukkan keterlibatan dan ketekunan yang tinggi dalam menyelesaikan tugas-tugas belajarnya. b) Motivasi aspirasi Motivasi aspirasi yang tinggi tumbuh dengan subur kalau siswa memiliki perasaan sukses. Perasaan gagal dapat meghancurkan aspirasi siswa dalam belajar. Oleh karena itu, konsep yang harus ditanamkan oleh guru kepada siswa adalah bahwa kesuksesan atau kegagalan itu ditentukan oleh sebuah usaha bukan oleh kemampuan atau kecerdasan. c) Motivasi afiliasi Motivasi afiliasi adalah dorongan untuk melaksanakan kegiatan belajar dengan sebaik-baiknya, karena ingin diterima dan diakui oleh orang lain. Dalam hal ini, guru di tuntut untuk memberikan perhatian penuh terhadap peningkatan usaha dan hasil belajar yang ditampilkan oleh siswa. d) Motivasi penguatan Motivasi ini dapat ditimbulkan melalui diagram kemajuan belajar siswa, memberikan komentar setiap kertas ulangan dan pemberian penghargaan. Guru hendaknya menjauhi pemahaman bahwa pemberian angka/nilai sebagai sumber utama dalam meningkatkan motivasi penguatan, karena menitikberatkan pada pemberian angka dalam memotivasi belajar siswa akan menimbulkan persaingan yang tidak sehat di dalam kelas. e) Motivasi yang diarahkan oleh diri sendiri Motivasi yang diarahkan oleh diri sendiri sangat berkesan dalam meningkatkan belajar siswa, karena siswa akan menunjukkan tingkah laku yang mandiri dalam belajar. Dengan demikian, guru hanya perlu memberikan pelayanan yang sesuai dengan tuntutan aktivitas belajar siswa. 2. Tinjauan Prestasi Dalam suatu teori motivasi yang dikemukakan oleh McCelland terpusat pada suatu kebutuhan yakni kebutuhan berprestasi. McCelland mengatakan bahwa manusia pada hakikatnya mempunyai kemampuan untuk berprestasi di atas kemampuan orang lain. Selanjutnya McCelland mengatakan bahwa setiap orang mempunyai keinginan untuk melakukan karya yang berprestasi atau yang lebih baik dari karya orang lain. Dalam pada itu McCelland mengatakan ada tiga kebutuhan manusia, yakni 1) kebutuhan untuk berprestasi, 2) kebutuhan untuk berafiliasi, 3) kebutuhan kekuasaan. Ketiga kebutuhan ini terbukti merupakan unsur-unsur yang amat penting dalam menentukan prestasi seseorang pekerja. Pendapat lain mengatakan bahwa suatu alasan karakteristik kepribadian anak yang bisa dan banyak dipengaruhi kemunculannya adalah dorongan prestasi pada anak, sebagaimana dikemukakan juga oleh Singgih D Gunarsa dalam bukunya yang berjudul (Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan keluarga), menyatakan: jadi dalam batas-batas tertentu dorongan berprestasi adalah suatu yang ada yang menjadi ciri-ciri kepribadian seorang anak, sesuatu mengenai apa yang ada dan dibawa dari lahir. Kemudian lanjutnya: sesuatu yang ditumbuhkan, dikembangkan, hasil dari mempelajari melalui interaksi dengan lingkungan. Beberapa pendekatan yang dapat membangkitkan aspirasi dan ambisi berprestasi pada anak, antara lain: a. Menanamkan cara bernalar aktif sedini mungkin pada anak. b. Biasakan anak belajar mandiri. c. Menciptakan lingkungan yang kondusif. d. Mengembangkan jiwa kompetitif pada anak. e. Mengembangkan rasa percaya diri anak. f. Mengembangkan mutu pergaulan pada anak. Selain pendekatan di atas ada juga faktor yang mempengaruhi belajar siswa: a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa (kecerdasan/inteligensi, sikap, bakat, minat dan motivasi). b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa. Dengan demikian, jelaslah bahwa banyak sekali cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Hanya yang penting bagi guru adanya bermacam-macam motivasi itu dapat dikembangkan dan diarahkan untuk dapat melahirkan hasil belajar yang bermakna. c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Faktor-faktor di atas sering berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain, sehingga karena pengaruh faktor-faktor di atas muncul siswa-siswa yang high-achievers (berprestasi tinggi) dan under-achievers (berprestasi rendah) atau gagal sama sekali. Untuk memperoleh hasil belajar anak yang optimal dan prestasi yang membanggakan, serta mendapatkan kecakapan yang benar-benar di butuhkan anak setelah melalui proses mengikuti sekolah dalam kehidupan nyata dalam masyarakat, sejak dini harus dikembangkan dan dibiasakan berpikir logis dan sistematis pada anak setiap melakukan kegiatan belajarnya. Metode berpikir logis dan sistematis juga dapat diartikan sebagai usaha penyusunan jalan pikiran yang terarah berdasarkan kaidah-kaidah pembenaran secara obyektif untuk mencari hakikat pengertian dari obyek yang dipelajari dalam suatu rangkaian pembentukan kecakapan. 3. Tinjauan tentang Bimbingan Konseling a. Pengertian Bimbingan Konseling Secara etimologis BK terdiri atas dua kata yaitu: bimbingan (guidance) dan konsling dari kata (counseling). Makna bimbingan guidance berarti bimbingan atau tuntunan atau pertolongan. Konseling merupakan prooses pertemuan tatap muka atau hubungan atau relasi timbal balik antara pembimbing (konselor) dengan klien siswa. Dalam proses pertemuan atau hubungan timbal balik tersebut terjadi dialog atau pembicaran yang disebut dengan wawancara konseling. b. Tujuan Bimbingan Konseling Menurut M. Hamdan Bakran Adz Dzaky merinci tujuan bimbingan dan konseling dalam Islam sebagai berikut: 1) Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan, dan kebersihan jiwa dan mental. 2) Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan kesopanan tingkah laku yang dapat memberikan manfaat baik pada diri sendiri, lingkungan keluarga, sekolah, atau madarasah, lingkungan kerja, maupun lingkungan sosial dan alam sekitarnya. 3) Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi (tasammukh), kesetiakawanan, tolong menolong dan kasih sayang. 4) Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga muncul dan berkembang keinginan berbuat taat kepada-Nya, ketulusan mematuhi perintah-Nya, serta ketabahan menerima ujian-Nya. 5) Untuk menghasilkan potensi Illahiyah, sehingga dengan potensi itu individu dapat melakukan tugas-tugasnya sebagai kholifah dengan baik dan benar, dapat dengan baik menanggulangi berbagai persoalan hidup, dan dapat memberikan kemanfaatan dan keselamatan bagi lingkunganya pada berbagai aspek kehidupan. Sedangkan menurut Cribbin tujuan BK adalah: 1) Pengembangan diri secara maksimal yaitu memberikan arahan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal. 2) Arah diri yang sepenuhnya yaitu siswa dirahkan pada sikap mental dan kehidupan yang lebih baik. 3) Memahami diri siswa diarahkan untuk bisa memahami kelebihan dan kekurangannya. 4) Membuat keputusan dan jabatan. 5) Penyesuaian yaitu siswa diarahkan untuk mampu menyesuaikan diri dengan lingkunganya. 6) Belajar yang optimum di sekolah. c. Fungsi BK 1) Fungsi Pencegahan Untuk mencegah timbulnya masalah pada diri siswa sehingga mereka terhindar dari berbagai masalah yang dapat menghambat perkembanganya. 2) Fungsi Pemahaman Dalam memberikan pemahaman tentang diri klien atau siswa beserta permasalahanya dan juga lingkunganya oleh klien itu sendiri dan oleh pihak-pihak yang membantunya (pembimbing). 3) Fungsi Penentasan Upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan melalui pelayanan bimbinghan dan konseling, pada hakekatnya meerupakan upaya pengentasan. 4) Fungsi Pemeliharaan. Menurut Prayitno dan Erman Amti (1999) fungsi pemeliharaan berarti memelihara segala sesuatu yang baik (positif) yang ada pada diri individu (siswa), baik hal itu merupakan pembawaan maupun hasil-hasil perkembangan yang telah dicapai. 5) Fungsi Penyaluran. Melalui fungsi ini pelayanan bimbingan dan konseling berupaya mengenali masing-masing siswa secara perorangan, selanjutnya memberikan bantuan menyalurkan ke arah kegiatan atau program yang dapat menunjang tercapainya perkembangan yang optimal. 6) Fungsi Penyesuaian. Membantu terciptanya penyesuaian antara siswa dengan lingkunganya. 7) Fungsi Pengembangan Dalam fungsi ini hal-hal yang sudah baik (positif) pada diri siswa dijaga agar tetap baik, dimantapkan dan dikembangkan. 8) Fungsi Perbaikan Fungsi ini siswa yang memiliki masalah yang mendapat prioritas untuk diberikan bantuan, sehingga diharapkan masalah yang dialami oleh siswa tidak terjadi lagi pada masa yang akan datang. 9) Fungsi Advokasi Fungsi ini adalah membantu peserta didik untuk memperoleh pembelaan atas hak dan atau kepentingan yang kurang mendapat perhatian . d. Asas-Asas Bimbingan Konseling 1) Rahasia yaitu menuntut dirahasiakan segenap data dan keterangan tentang peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketehui oleh orang lain. 2) Sukarela, yaitu menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan peserta didik (klien) dalam mengikuti layanan berupa kegiatan yang diperlukan baginya 3) Terbuka, yaitu menghendaki agar peserta didik yang menjadi sasaran layanan yang bersifat terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembagan dirinya. 4) Kegiatan, yaitu menghendaki agar peserta didik yang nenjadi sasaran layanan berpartisifasi secara aktif di dalam penyelenggaran layanan/kegiatan bimbingan. 5) Mandiri, yaitu menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling. 6) Kini, yaitu menghendaki agar obyek sasaran layanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan peserta didik klien dalam kondisinya sekarang. 7) Dinamis, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran layanan klien yang sama kehendaknya selalu bergerak maju, tidak menoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangan dari waktu ke waktu. 8) Terpadu, yaitu asas bimbingan yang konseling menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis dan terpadu. 9) Harmonis, yaitu menghendaki agar segenap layanan kegiatan bimbingan dan konseling berdasarkan pada nilai norma yang ada. 10) Ahli, yaitu menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. 11) Alih tangan kasus, yaitu menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. 12) Tut Wuri Handayani, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana yang mengayomi, mengembangan keteladanan, memberikan rangsangan dan dorongan serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada perserta didik (klien) untuk maju. F. Metode Penelitian Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Jenis Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di MTs YAKETUNIS KOTA YOGYAKARTA, oleh karena itu penelitian ini digolongkan dalam penelitian lapangan dimana yang menjadi obyeknya adalah tentang motivasi siswa MTs YAKETUNIS KOYA YOGYAKARTA terhadap prestasi belajar siswa. 2. Metode Penentuan Subyek Metode penentuan subyek sering disebut sebagai metode penentuan sumber data. Maksud dari sumber data penelitian adalah subyek dari mana data itu diperoleh. Subyek penelitian ini adalah guru BK dan siswa MTs YAKETUNIS KOTA YOGYAKARTA, yang menekankan obyek penelitian tentang motivasi belajar siswa, maka secara operasional penelitian ini membutuhkan metode penentuan subyek yaitu penelitian dengan purposive sampling, yaitu untuk menjaring sebanyak mungkin informasi yang dijadikan dasar bagi rancangan dan teori yang muncul. Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah : a. Kepala MTs YAKETUNIS KOTA YOGYAKARTA b. Satu Guru BK MTs YAKETUNIS KOTA YOGYAKARTA c. Delapan Siswa kelas VIII MTs YAKETUNIS KOTA YOGYAKARTA 3. Pendekatan Penelitian Adapun pendekatan penelitian yang digunakan peneliti adalah pendekatan psikologi pendidikan karena motivasi merupakan salah satu dari faktor psikologis yang dapat memberi landasan dan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan belajar. Motivasi juga sangat erat kaitannya dengan minat yang ada dalam keadaan psikis anak didik. Peneliti akan membahas tentang motivasi belajar pada siswa di MTs YAKETUNIS. 4. Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang cukup dan jelas sesuai dengan permasalahan penelitian, peneliti menggunakan metode pengumpulan data yaitu meliputi : a. Metode Observasi Metode observasi dalam pengumpulan data dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang ada dalam objek yang akan diteliti (diselidiki). Penulis melakukan pengamatan secara langsung untuk mendapatkan data yang diperlukan. Dalam penelitian ini metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data antara lain : 1) Mengamati kegiatan guru dan siswa, baik di dalam proses belajar mengajar maupun di luar kegiatan pembelajaran. 2) Mengamati lokasi penelitian dan lingkungan yang sekitar MTs YAKETUNIS untuk mendapat data tentang gambaran umum lokasi penelitian. 3) Mengamati sarana prasarana yang menunjang pada proses pembelajaran serta hal-hal lain yang relevan dengan penelitian ini. b. Metode Interview / Wawancara Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan data dan informasi yang dilakukan dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan dibandingkan dengan tujuan penelitian. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang latar belakang sejarah berdirinya dan perkembangan sekolah serta untuk mendapatkan informasi tentang usaha-usaha guru BK dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Dalam hal ini yang menjadi responden adalah pengurus yayasan, kepala sekolah, dan guru BK MTs YAKETUNIS KOTA YOKYAKARTA. c. Metode Dokumentasi Metode ini merupakan pengambilan data berdasarkan dokumentasi yang dalam arti sempit berarti kumpulan data verbal dalam bentuk tulisan. Penulis mengunakan metode dokumentasi untuk mendapatkan data tentang letak geografis, jumlah guru dan karyawan, keadaan siswa dan keadaan sarana prasarana. 5. Metode Analisis Data Setelah data terkumpul, untuk selanjutnya data tersebut diklasifikasikan dan dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif analitik, yaitu metode yang digunakan untuk suatu data yang terkumpul, kemudian disusun, dijelaskan dan dianalisa. a. Deskriptif analitik non statistik, analisis ini menggunakan data yang bersifat kualitatif yaitu data dianalisis dengan menggunakan metode pembahasan : 1) Induktif : yaitu cara berpikir dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa yang konkrit, kemudian ditarik generalisasi yang mempunyai sifat umum. Metode ini dipakai untuk menganalisa data khusus yang mempunyai persamaan sehingga menjadi suatu kesimpulan. 2) Deduktif : yaitu cara-cara berpikir untuk mengambil kesimpulan dengan berangkat dari hal atau peristiwa yang umum menuju pada hal yang khusus. Di samping itu analisis data juga disebut proses pengorganisasian dan mengurutkan data kedalam pola, kategori dan satuan dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Dalam rangka menganalisis data-data yang diperoleh dari hasil penelitian, maka di sini diterapkan metode analisis data kualitatif. Dalam analisis data tersebut digunakan teknik analisis deskriptif kualitatif yaitu analisis data yang memberikan predikat pada variable yang diteliti sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Sedangkan analisis data dari hasil penelitian ini, dilakukan berdasar analisis deskriptif, sebagaimana yang dikembangkan oleh Mile dan Huberman. Analisis tersebut terdiri dari tiga alur analisis yang berinteraksi yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. a. Reduksi Data Reduksi data yaitu proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data kasar, yang muncul dari catatan-catatan tertulis dari lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menggolongkan, mengarahkan dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga dapat ditarik kesimpulan data verifikasi. b. Penyajian Data Penyajian data disini dibatasi sebagai sekumpulan informasi yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data dalam skripsi ini merupakan penggambaran seluruh informasi tentang bagaimana upaya yang dilekukan guru BK untuk menumbuhkan motivasi belajar siswanya. c. Penarikan Kesimpulan Dari kumpulan makna setiap kategori, penulis berusaha mencari esensi dari setiap tema yang disajikan dalam teks naratif yang berupa fokus penelitian. Setelah analisis dilakukan, maka penulis dapat menyimpulkan hasil penelitian yang menjawab rumusan masalah yang telah ditetapkan oleh penulis. Dari hasil pengolahan dan penganalisisan data ini kemudian diberi interpretasi terhadap masalah yang pada akhirnya digunakan penulis sebagai dasar untuk menarik kesimpulan. G. Sistematika Pembahasan Sistematika penyusunan skripsi ini diuraikan dalam bentuk bab yang berdiri sendiri namun saling berhubungan antara bab satu dengan bab lainnya dan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Dari masing-masing bab tersebut terbagi menjadi beberapa sub bab yang saling berhubungan. Dengan cara demikian diharapkan akan terbentuk suatu sistem penulisan yang mana akan terlihat suatu sistem yang runtut. Untuk lebih memudahkan pemahaman tentang masalah yang ada dalam skripsi ini maka penulis membuat sistematikanya sebagai berikut : Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian D. Telaah Pustaka. E. Landasan Teori F. Metode Penelitian G. Sistematika Pembahasan Bab II Gambaran Umum MTs YAKETUNIS Danonetaran Mantrijeron Yogyakarta A. Letak Geografis B. Sejarah Singkat Berdirinya C. Struktur Organisasi D. Kurikulum E. Keadaan Guru dan Siswa F. Sarana dan Prasarana. Bab III UPAYA GURU BK DALAM MENINGKATKAN MOTIFASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI MTS YAKETUNIS, YOGYAKARTA. Dalam bab ketiga ini berisi tentang kegiatan guru BK dalam meningkatkan motivasi belajar pada siswa di MTs YAKETUNIS Yogyakarta, yang terdiri atas : a. pembahasan tentang pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada bidang studi bimbingan konsling. b. motivasi belajar siswa pada bidang studi belajar. c. peningkatan motivasi belajar siswa pada bidang studi oleh guru BK. d. hasil upaya guru bimbingan konsling dalam meningkatkan motivasi belajar siswa MTS YAKETUNIS Yogyakarta. Bab IV Penutup A. Kesimpulan B. Saran-saran C. Kata Penutup Daftar Pustaka Daftar Riwayat Hidup Lampiran-Lampiran DAFTAR PUSTAKA A.M Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Ali Usman M. 1989. Hadits Qudsi Pola Pengembangan Akhlah Muslim. Bandung : CV Diponegoro Arikunto Suharsimi. 1990. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Arikunto Suharsimi. 1991. Prosedur Penelitian Menurut Pendekatan Praktis. Jakarta : Rineka Cipta Barnadib Imam. 1988. Dasar-Dasar Pendidikan Perbandingan. Yogyakarta : Institut Press Dirganuarsa Singgih. 1978. Pengantar Psikologi. Jakarta : Mutiara Internet, situs.www.google.com Kuntjaraningrat. 1997. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia, Pustaka Utama. Meles Metew B. Dkk. 1993. dkk., Analisa Data Kualitatif. Jakarta : UI-Press Mulyasa E. 2003. Manejemen Berbasis Sekolah. Bandung : Remaja Rosdakarya Nasution,S. 1986. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Bandung : Jemmars Partanto Pius A. dan M. Dahlan Al Barry. 1994. Kamus Ilmiah Populer . Surabaya : Arloka Pasal 1 Undang Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) Dan Penjelasannya Pasaribu I.L. dan B. Simanjuntak. 1989. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Tarsito. Poerwodarminto W.J.S.1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Rahman Abror Abd. 1993. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Tiara Wacana Rahman Hibana S. Bimbingan dan Konseling Pola 17, Sudjana, Nana. CBSA dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Surya Hendra. 2003. Kiat Anak Belajar dan Berprestasi. Jakarta : Elex Media Komputindo Suryabrata Sumardi. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rajawali Syakur Nico. 1988. Pengalaman dan Motivasi Beragama. Yogyakarta : Kanisius Syukur Dister Nico. 1982. Pengalaman dan Motivasi Beragama. Jakarta : Leppanas Tabrani R A. 1994. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Rosdakarya. Tauhied H. Abu dan Drs. H. Mangun Budiyanto. 1990. Beberapa Aspek Pendidikan Islam. Yogyakarta : Sekretariat Ketua Jurusan Fakultas Tarbiyah Tim Penyusun Pusat dan Pengembangan Bahasa. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia . Jakarta : Balai Pustaka. Tohirin. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan di Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta : PT Raja Grapindo Persada. Winkel WS. 1978. Psikologi pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta : PT Gramedia Winkel,W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Gramedia Yusuf Syamsu & A. Juntika Nurihsan. 2006. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Inilah salah satu pujian yang pantas diberikan untuk sang Khaliq yaitu Allah SWT, betapa Maha besarnya Allah yang telah menciptakan seluruh alam beserta isinya termasuk makhluk hidup di dalamnya. Allah telah menciptakan makhluk-Nya tentu saja tidak ada yang sia-sia, pasti semua mempunyai manfaat sendiri-sendiri. Begitu juga dengan manusia yang telah diciptakan oleh Allah paling sempurna diantara makhluk yang lain. Tentu saja manfaatnya lebih besar karena manusia telah dikaruniai akal pikiran sehinga manusia dapat mengelola segala sesuatu yang sedang dilakukan maupun yang akan dilakukan. Allah dalam menciptakan makhluk-Nya tentu saja tidak ada yang sia-sia, pasti semua mempunyai manfaat sendiri-sendiri . Hal tersebut terlihat kecil akan tetapi besar manfaatnya. Begitu juga dengan manusia yang telah diciptakan oleh Allah paling sempurna di antara makhluk yang lain. Tentu saja manfaatnya lebih besar karena manusia telah dikaruniai akal pikiran sehingga manusia dapat mengelola segala sesuatu yang sedang dilakukan maupun yang akan dilakukan. Allah SWT menciptakan manusia dari setetes air mani yang bertemu dengan sel telur dan kemudian berproses selama 9 bulan 10 hari kemudian lahirlah seorang anak. Anak adalah dambaan setiap orang tua. Setiap orang tua pasti menginginkan seorang anak untuk menjadi generasi penerus mereka. Orang tua juga berharap kelak anaknya lahir dengan sempurna tanpa ada kekurangan sedikitpun. Akan tetapi manusia hanya bisa berikhtiar karena semua yang akan terjadi sudah ditentukan oleh Allah SWT. Pada kenyataanya, cukup banyak dijumpai di sekitar kita bahwa tidak semua anak dilahirkan dalam keadaan normal dan sempurna (lengkap jasmani dan rohani). Selain karena bawaan sejak lahir atau karena sebab lain yang terjadi saat proses perkembangan, maka tidak sedikit anak yang mengalami cacat fisik ataupun mental. Dan salah satunya mereka yang menderita tunanetra yaitu orang yang mampunyai gangguan dalam hal penglihatan. Akan tetapi ini semua tidak lepas dari perhatian orang tua tunanetra yang mempunyai anak kandung tunanetra. Orang tua harus memberikan hak mereka yaitu hak untuk mendapatkan pendidikan. Setiap manusia pada dasarnya berhak mendapatkan pendidikan, khususnya pendidikan agama. Hal ini disebabkan karena manusia dikaruniai potensi fitrah yang harus dijaga, dirawat, dan dikembangkan secara optimal. Demikian juga bagi anak yang kurang sempurna, seperti penyandang tunanetra. Mereka mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk mendapatkan pendidikan sebab yang membedakan manusia satu dengan yang lain adalah tingkat ketaqwaan dan keimanannya. Negara sesungguhnya sudah menjamin bahwa setiap warga negaranya baik dalam keadaan normal maupun cacat (fisik dan atau psikis) berhak mendapatkan pengajaran dan pendidikan yang sama. Hal ini jelas tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 yang berbunyi : Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan dan hak yang sama. Bahkan dalam UU no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab IV pasal 5 ayat 2 dijelaskan bahwa warga Negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan sosial berhak mendapatkan pendidikan yang khusus. Sebagai wujud kepedulian dan persamaan hak tersebut, pemerintah telah menyediakan berbagai sarana pendidikan. Termasuk di dalamnya SLB dan tempat rehabilitasi bagi penyandang cacat. Hal ini sebagaimana tercantum dalam UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Namun kita sering menemukan dan mengalami kondisi dan keadaan yang bertolak belakang dari seharusnya. Sering kali orang tua yang memiliki anak cacat khususnya cacat tunanetra beranggapan bahwa apa yang dialami oleh anaknya itu sebagai bentuk kutukan dari Tuhan, anaknya tersebut sebagai titisan dari syetan, bahkan ada orang tua yang beranggapan bahwa apa yang dialami anaknya tersebut sebagai akibat adanya dosa warisan dari orang tua dan dari nenek moyangnya, sehingga orang tua yang memiliki anggapan semacam itu akan memiliki kecenderungan untuk membiarkan anaknya tersebut. Padahal banyak anak yang secara fisik tidak sempurna atau mengalami kecacatan dapat berkembang dengan baik, bahkan dapat mengikuti pendidikan hingga ke perguruan tinggi. Orang tua yang penulis teliti ini mengalami tunanetra dan mempunyai anak kandung tunanetra. Sebenarnya orang tua ini pasti menginginkan keturunan yang normal agar bisa membantu dan meringankan beban orang tua pada masa yang akan datang. Akan tetapi pada kenyataanya, Allah berkehendak lain dalam memberikan keturunan yang senasib dengan orang tuanya. Dalam hati kecil orang tua mengalami penyesalan karena melihat keadaan anaknya yang demikian, namun orang tua yang penulis teliti ini bisa menerima keadaan yang diberikan kepada Allah, Tetapi sebaliknya anak-anaknya yang tunanetra tidak percaya diri terhadap keadaan dan kenyataan yang diterimanya. Anak-anak yang penulis teliti ini mengalami ketunanetraan sejak lahir dan kedua orang tuanya pun juga tunanetra, bahkan dalam satu keluarga terdapat tiga anak yang semuanya mengalami ketunanetraan dan orang tuanya pun juga tunanetra. Hal ini memberikan bukti pada Manusia bahwa Allah menciptakan hamba-Nya disesuaikan dengan kemampuan yang dimilikinya untuk bisa menerima dan tetap tegar dalam menjalani kehidupan. Lembaga Sosial Al-Hikmah Yogyakarta merupakan salah satu lembaga sosial yang memberikan layanan pendidikan non-formal khususnya bagi anak-anak tunanetra dan seluruh orang tua yang menyandang tunanetra. Lembaga ini berada di bawah naungan Departemen Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Untuk itu, melalui lembaga sosial Al-Hikmah mereka dihimpun untuk mendapatkan wawasan agar mereka terketuk hatinya untuk mengizinkan anaknya mengenyam penidikan formal seperti halnya anak yang sempurna. Lembaga ini berada di bawah naungan Departemen Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dan merupakan salah satu lembaga sosial yang memberikan layanan pendidikan non-formal pada anak-anak, dan orang tuanya yang menyandang tunanetra. Salah satu tujuan dari lembaga ini adalah membentuk manusia yang bermental religi dan mempunyai akhlak yang baik. Maka dari itu lembaga ini lebih menekankan pada pendidikan karena dengan pendidikan seseorang akan mendapatkan kemudahan-kemudahan dalam melakukan segala sesuatu dan pada akhirnya akan bermanfaat bagi diri sendiri dan umumnya orang lain selama hidupnya. Oleh karena itu lembaga ini mempunyai tujuan untuk memberikan pelayanan kepada seluruh anggota tanpa membeda-bedakan antara angota satu dengan yang lainya. Sehingga dengan upaya ini diharapkan orang tua mulai mengubah sudut pandangnya terhadap anaknya yang cacat tunanetra untuk ikut andil dalam mengembangkan anaknya dalam ilmu pengetahuan. Salah satu pendidikan yang diberikan oleh lembaga adalah setiap satu bulan sekali pada minggu ke empat diadakan pengajian rutin yang bertujuan untuk memberikan siraman secara rohani dan dapat memberikan motivasi bagi orang tua yang mempunyai anak tunanetra agar selalu sabar dalam membimbing dan mengasuh anaknya seperti ketentuan-ketentuan yang telah dicantumkan dalam Al-qur’an. Di samping itu Lembaga ini juga memperhatikan kondisi kehidupan anggotanya bukan hanya jangka pendek, tetapi jangka panjang pula. Salah satu tujuan dari lembaga ini adalah membentuk manusia yang bermental religi dan mempunyai akhlak yang baik. Dengan langkah-langkah tersebut diharapkan melalui lembaga Al-Hikmah dapat menghantarkan anak tunanetra yang masih berusia dini untuk belajar di dalam lembaga pendidikan sekolah, dan dapat memberikan motivasi yang tinggi untuk belajar sehingga mereka dapat mengubah kehidupan yang lebih baik dan lebih mapan dari sebelumnya. Tentu saja hal itu dapat terealisasi jika adanya peran serta dari bimbingan dan arahan orang tuanya. Tidak bisa dipungkiri bahwa motivasi untuk belajar itu sangat penting dan dibutuhkan. Karena belajar itu dapat membuka cakrawala pengetahuan dan mendapatkan kemudahan dari hasil belajar. Walau menanamkan motivasi belajar bagi anak kandung yang mengalami tunanetra lebih berat daripada memberikan motivasi kepada anak kandung yang tidak mengalami berkebutuhan khusus seperti tunanetra ini, namun sebagai orang tua harus tetap memberikan motivasi belajar pada anak tunanetra dengan sabar dan penuh dengan kasih sayang. Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satunya yang harus ditingkatkan adalah dalam hal proses belajar. Proses belajar ini tidak lepas dari motivasi belajar yang dimiliki oleh anak itu sendiri. Jadi, proses belajar akan berjalan dengan baik apabila semua anak mempunyai motivasi untuk belajar. Dari hasil pra-riset yang penulis lakukan dengan cara melakukan wawancara pada ketua Al-Hikmah bapak Widodo Sulistiyanto S.Pd, didapatkan keterangan bahwa dalam keluarga yang memiliki anak tunanetra, mereka masih ada yang diperlakukan secara tidak wajar oleh keluarga atau orang tuanya, hal ini dapat kita ketahui melalui beberapa keterangan yang diperoleh dari mereka yang menyatakan bahwa ketika mereka berada di tengah-tengah keluarganya sering kali mereka tidak dipedulikan dan tidak diajak berkomunikasi oleh orang tuanya atau bahkan mengizinkan mereka untuk mengenyam pendidikan formal. Sebagai orang tua mempunyai peran yang sangat besar bagi anak tunanetra terutama masalah motivasi belajarnya. Motivasi merupakan masalah yang sangat penting dan syarat mutlak yang harus ada dalam belajar. Di sekolah banyak anak yang malas, ramai sendiri di kelas ketika guru sedang memberikan penjelasan dan lain-lain. Hal ini berarti guru tidak berhasil dalam memotivasi siswa. Banyak anak yang tidak berkembang karena tidak memperoleh motivasi yang tepat, sehingga anak malas untuk belajar. Anak yang mempunyai motivasi belajar akan dapat berkembang dari pada mereka yang kurang atau sama sekali tidak mempunyai motivasi. Dalam pendidikan, motivasi merupakan salah satu faktor penunjang dalam menentukan intensitas untuk belajar dan dapat juga dipandang sebagai suatu usaha yang membawa anak didik ke arah pengalaman belajar sehingga dapat menimbulkan tenaga dan aktifitas anak serta memusatkan perhatian anak pada waktu tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Masalah memotivasi anak dalam belajar merupakan masalah yang kompleks. Dalam usaha memotivasi anak tersebut, tidak ada aturan-aturan yang sederhana. Penyelidikan tentang motivasi sekiranya menjadikan orang tua hendaknya mengetahui prinsip-prinsip yang dapat dilaksanakan sebagai tugas membimbingnya, meskipun tidak ada pedoman khusus yang pasti. Orang tua tunanetra ini juga berperan untuk meningkatkan kebutuhan dan motivasi anak-anak tunanetra berdasarkan tingkah laku mereka yang nampak. Masalah bagi orang tua adalah bagaimana menggunakan motivasi anak-anak untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam mencapai tujuan itu, perubahan tingkah laku diharapkan terjadi. Oleh karena itu, tugas orang tua adalah memotivasi anak-anak untuk belajar demi tercapainya tujuan yang diharapkan serta di dalam proses memperoleh tingkah laku. Seorang yang belajar dengan motivasi dapat melaksanakan semua kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh dan penuh gairah. Sebaliknya seseorang yang belajar dengan motivasi yang lemah, akan malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pelajaran. Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi keberhasilanya. Oleh karena itu, motivasi belajar perlu diusahakan terutama yang berasal dari dalam diri dengan cara senantiasa memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan harus dihadapi untuk mencapai cita-cita dan senantiasa memasang tekad bulat, selalu optimis bahwa cita-cita dapat dicapai dengan belajar. Anak tunanetra membutuhkan bimbingan khusus di dalam belajar. Hal ini disebabkan karena mereka memiliki keterbatasan fisik. Untuk itu, peran orang tua sangatlah penting dalam menumbuhkan motivasi yang menjadi dasar dalam pelaksanaan pembelajaran. Selain itu orang tua juga harus melakukan pendekatan-pendekatan khusus dalam rangka mencapai tujuan. Anak tuna netra cenderung mempunyai masalah-masalah yang dihadapi baik yang berupa masalah pendidikan, sosial, emosi, kesehatan, pengisian waktu luang, dan pekerjaan. Masalah motivasi yang kurang, kemauan belajar dan prestasi belajar menurun. Semua masalah tersebut perlu diantisipasi dengan memberikan layanan pendidikan, arahan, bimbingan, latihan, dan kesempatan yang luas bagi anak tunanetra, sehingga permasalahan-permasalahan yang timbul dalam aspek tersebut dapat ditanggulangi sedini mungkin. Artinya perlu adanya upaya-upaya yang dilakukan khusus secara terpadu dan multi disipliner untuk mencegah jangan sampai permasalahan tersebut muncul meluas dan mendalam yang akhirnya merugikan perkembangan anak tunanetra tersebut. Anak tunanetra yang dimaksud dalam penelitian ini adalah orang tuanya mengalami tunanetra dan mempunyai anak tunanetra. Orang tua yang memiliki keturunan senasib ini, secara psikoligis orang tuanya mengalami penyesalan bahkan depresi dikarenakan memiliki anak keturunan yang sangat didamba-dambakan ternyata mengalami kekurangan yang sama dengan orang tuanya. Orang tua ini walaupun tidak pernah menempuh pendidikan formal, tetapi orang tua yang yang penulis teliti ini menginginkan untuk menyekolahkan anak kandungnya yang tunanetra untuk menempuh pendidikan formal agar menjadi anak yang dapat bermanfaat khususnya bagi dirinya, dan umumnya bagi orang lain. Tetapi anak-anak tunanetra yang mengalami permasalahan di atas, sangat berpengaruh dengan keadaan psikologis mereka. Dikarenakan anak-anak tunanetra ini mempunyai kedua orng tua yang sama-sama mengalami tunaetra. Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satunya yang harus ditingkatkan adalah dalam hal proses belajar. Proses belajar ini tidak lepas dari motivasi belajar yang dimiliki oleh anak. Jadi, proses belajar akan berjalan dengan baik apabila semua anak mempunyai motivasi untuk belajar. Hal inilah yang melatarbelakangi keinginan peneliti untuk mengkaji lebih dalam tentang judul tersebut di atas. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah motivasi belajar anak tunanetra di Lembaga Sosial Al-Hikmah Yogyakarta? 2. Apa sajakah upaya yang dilakukan oleh orang tua dalam meningkatkan motivasi belajar anak tunanetra di Lembaga Sosial Al-Hikmah Yogyakarta? C. Tujuan dan manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui adakah motivasi belajar yang dimiliki oleh anak tunanetra. b. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh orang tua dalam meningkatkan motivasi belajar anak tunanetra. 2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan teoritis 1. Menambah dan memperkaya khasanah keilmuan dalam dunia pendidikan. 2. Untuk mengembangkan wawasan peneliti. 3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran di dunia pendidikan pada anak tunanetra Al-Hikmah. b. Kegunaan praktis 1. Memberikan informasi kepada pendidikan terutama kepada orang tua tunanetra khususnya di Lembaga Sosial Al-Hikmah untuk lebih sabar dan lebih baik lagi dalam membimbing belajar. 2. Memberikan informasi yang dapat dijadikan pertimbangan bagi orang tua yaitu tentang upaya orang tua dalam meningkatkan motivasi belajar anak tunanetra. D. Telaah Pustaka Penelitian yang penulis lakukan ini merujuk pada beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, yang tentunya bisa menjadi bahan kepustakaan yang relevan. Adapun telaah pustaka itu adalah sebagai berikut: 1. Skripsi yang ditulis oleh Trianto jurusan PAI Fakultas Tarbiyah Tahun 2011 dengan judul “Peran Orang tua Dalam melaksanakan Pendidikan Agama Islam pada anak Tunanetra di Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul”. Dalam skripsi ini, penulis berusaha mengkaji lebih dalam mengenai upaya-upaya yang dilakukan oleh orang tua dalam meningkatkan motivasi belajar anak tunanetra , dan hasil yang dicapai oleh orang tua dalam meningkatkan motivasi belajar anak tunanetra di Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul. 2. Skripsi yang ditulis oleh Irawati jurusan Kependidikan Islam (KI) Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2005 yang berjudul “Peranan Keluarga dalam Pengembangan Sikap Sosial Pada Awal Masa Kanak-kanak (Perspektif Pendidikan Islam)”, dalam skripsi ini penulis membahas bagaimana peranan keluarga dalam pengembangan sikap sosial pada awal masa kanak-kanak (Perspektif Pendidikan Islam), dan metode apa saja yang dapat digunakan dalam pengembangan sikap sosial pada awal masa kanak-kanak. 3. Skripsi yang ditulis oleh Tri Purwanti jurusan PAI Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2009 yang berjudul “Upaya Guru dalam Menumbuhkan Motivasi Belajar PAI Siswa yang Mengalami Tunanetra dan Tunaganda di SLBA YAKETUNIS Yogyakarta. Skripsi ini membahas tentang bagaimana upaya guru dalam menumbuhkan motivasi belajar PAI kepada siswa yang mengalami tunanetra dan tunaganda di SLBA YAKETUNIS Yogyakarta. Dari beberapa penelitian diatas maka terdapat perbedaan dengan penelitian yang akan penulis lakukan. Meskipun judul penelitian yang dilakukan sama, yaitu tentang motivasi belajar tetapi letak perbedaannya dengan skripsi yang akan diteliti adalah meningkatkan motivasi belajar anak tunanetra di lembaga Sosial Al-Hikmah. E. Kerangka Teori 1. Lingkungan pendidikan Dilihat dari segi anak didik, tampak bahwa anak didik secara tetap hidup di dalam lingkungan masyarakat tertentu tempat ia mengalami pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara lingkungan tersebut meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat, yang disebut tripusat pendidikan. 1) Keluarga a. Pengertian Keluarga Keluarga adalah suatu unit masyarakat terkecil dari suatu masyarakat, yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Soerjono Sukanto mengatakan keluarga terdiri dari satu pasang suami istri dan anak yang biasanya tinggal satu rumah secara resmi terbentuk oleh adanya hubungan perkawinan dan sebagai wadah dan proses pertama pergaulan hidup. Keluarga seperti ini disebut keluarga inti atau batih atau nuclear family dan disebut juga rumah tangga yang merupakan inti terkecil dalam masyarakat. Keluarga juga berfungsi sebagai wadah dan proses pertama pergaulan hidup. Sedangkan menurut pandangan sosiologi keluarga adalah Batih, Batih ini di mana-mana menjadi sendi masyarakat yang terutama. Batih adalah tempat lahir, tempat pendidikan, tempat perkembangan budi pekerti si anak. Batih juga lambang tempat dan tujuan hidup bersama istri. Sehingga ahli sosiologi, ahli pedagogik sosial, ahli negara dan sebagainya sama berpendapat bahwa sendi masyarakat yang sehat dan kuat adalah Batih yang kukuh sentosa. Dari beberapa pengertian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari pasangan suami istri dan anaknya dalam satu rumah dengan norma dan kaidah tersendiri. b. Peran orang tua/keluarga dalam mendidik anak a) Peran Ibu Menjadi Ibu Rumah Tangga atau Ibu untuk anak-anaknya sering dianggap sebagai profesi yang remeh oleh kebanyakan orang, anggapan ibu rumah tangga yang hanya bergelut dengan “dapur” dan “kasur” terkadang membuat sebagian Ibu rumah tangga ini seringkali merasa minder jika ditanya mengenai pekerjaan dengan mengatakan “akh saya cuma Ibu rumah tangga”. Tentu ungkapan diatas bukan berarti menafikan atau merendahkan wanita yang berkarier yang sekaligus sebagai Ibu Rumah tangga, kedua pilihan itu tidak salah karena yang terpenting dalam berkarier atau berumah tangga intinya adalah bagaimana kemudian berperan menjadi seorang istri dan Ibu yang baik bagi anak-anak. Bukankah ada ungkapan bahwa dibalik kesuksesan seorang laki-laki adalah tergantung siapa wanita dibelakangnya, ya wanita itu, bisa jadi Ibu bagi seorang anak atau istri bagi seorang suami. Dalam pembicaraan ini yang ditekankan adalah bagaimana pentingnya peran seorang Ibu dalam keluarga. Tidak diragukan bahwa peran ibu dalam keluarga adalah sangat penting. Bahkan, dapat dikatakan bahwa kesuksesan dan kebahagiaan keluarga sangat ditentukan oleh peran seorang ibu. Jika ibu adalah seorang wanita yang baik, akan baiklah kondisi keluarga. Sebaliknya, apabila ibu adalah wanita yang bersikap buruk, hancurlah keluarga. Ibu adalah madrasah pertama untuk anak-anaknya, tempat dimana anak mendapat asuhan dan diberi pendidikan pertama bahkan mungkin sejak dalam kandungan. Seorang Ibu secara sadar atau tidak sadar telah memberi pendidikan kepada sang janin, karena menurut penelitian bahwa bayi dalam kandungan sudah bisa mendengar bahkan ikut merasakan suasana hati sang Ibunya, maka tidak heran jika ikatan emosional seorang Ibu dan anak tampak lebih dibanding dengan seorang ayah. Jika seorang Ibu dapat memahami dan mau melaksanakan tugas serta tanggung jawabnya dalam mendidik dan mengarahkan anak dengan baik, dengan segala tuntunan dan teladan pada anak. Insya Allah akan terlahirlah generasi yang salih, unggul dan mumpuni, mampu bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan kehidupannya kelak. Jadi hal pertama yang harus diciptakan oleh keluarga terutama oleh seorang Ibu adalah menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif sehingga kendala dalam mendidik anak, menciptakan kepribadian yang shalih akan lebih mudah, karena ada saling percaya dan ikatan kasih sayang yang kuat antara Ibu dan anak, serta dengan adanya peran dari seluruh pihak keluarga. b. Peran Ayah Anak-anak yang tumbuh dengan kehadiran sang ayah dibandingkan dengan anak-anak yang tumbuh tanpa kehadiran sang ayah, tentulah berbeda. Disadari atau tidak, ada peran-peran sang ayah yang tidak dapat digantikan oleh pihak lain. Tentu yang dimaksud kehadiran sang ayah disini adalah kehadiran ayah secara fisik dan emosional. Banyak hasil riset dan pendapat para ahli psikologi yang menyatakan bahwa keterlibatan seorang ayah dalam mengasuh anaknya adalah penting. Peran ayah yang tidak dapat digantikan oleh sang ibu ini, dapat membentuk kecerdasan emosional anak dalam kehidupan sosialnya, bergaul dengan teman-teman dan kesuksesan di sekolah. Kehadiran ayah dapat mengoptimalkan potensi yang ada pada diri anak. Pengaruh sosok ayah ini juga dikatakan memiliki kekuatan yang tetap. Bukan hanya ketika anak itu sudah menginjak remaja, semasa kecil masa balita, interaksi ayah dan anak ini akan semakin menguatkan. Pada banyak kasus dimana ayahnya hadir dan merawat ketika mereka balita, anak tumbuh dewasa menjadi sosok pribadi yang lebih simpatik, empati, hangat dan cenderung memiliki hubungan sosial yang baik dan rasa percaya diri yang tinggi. Ayah akan menjadi “pelatih emosi” yang berbeda dengan ibu, dengan dua pelatih emosi yang berbeda inilah diharapkan hasil didikan ibu dan ayah akan mencapai keseimbangan dalam pribadi seorang anak. Orang tua memegang peranan yang amat dominan dalam perkembangan anaknya, walaupun tidak menafikan banyak sekali faktor yang mempengaruhi pertumbuhan anak. Kedua orang tua memiliki “warna” untuk mewarnai dunia anak-anaknya. Menyadari pentingnya peran ayah tersebut, sangat disayangkan sekali bila masih banyak ayah-ayah yang “bertebangan” diluar yang melewati masa-masa pertumbuhan anaknya, yang tidak berinteraksi dalam merawat dan membentuk ikatan dengan anak-anaknya. Anak-anak dapat berbuat buruk dan kejahatan pada ayah jika pendidikan serta berbegai urusan mereka diabaikan. Untuk mempermudah pemahaman, sekilas penulis berikan tamsil tugas para ayah misalnya Pengasuhan anak-anak, persamaan, kehangatan cinta kasih, menghindari pemakaian bahasa kotor, mengawasi perilaku anak-anak, pendisiplinan dan menjauhkan anak-anak dari makanan yang haram Berdasarkan uraian di atas tentang pentingnya peran orang tua dalam mendidik anak, maka keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama dialami oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati. Orang tua bertanggung jawab untuk memelihara, merawat, melindungi dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang dengan baik. Pendidikan keluarga berfungsi sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak, menjamin kehidupan emosional anak, menanamkan dasar pendidikan moral, memberikan dasar pendidikan sosial dan meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT. Qur’an Surat Luqman ayat 13 yang berbunyi: وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ 13. dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". 2) Sekolah Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam keterampilan. Oleh karena itu, anak dititipkan di sekolah. Sekolah bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak selama mereka diserahkan kepadanya. Karena itu sebagai sumbangan sekolah sebagai lembaga terhadap pendidikan, di antaranya sebagai berikut: a) Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik serta menanamkan budi pekerti yang baik. b) Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat yang sukar atau tidak dapat diberikan di rumah. c) Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan seperti membaca, menulis, berhitung, menggambar dan ilmu-ilmu lain yang sifatnya mengembangkan kecerdasan serta pengetahuan. d) Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika, membenarkan benar atau salah dan sebagainya. 3) Masyarakat Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan keluarga dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini, telah mulai ketika anak-anak untuk beberapa waktu setelah lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar dari pendidikan sekolah. Dengan demikian, berarti pengaruh pendidikan tersebut tampaknya lebih luas. Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat banyak sekali, ini meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengertian-pengertian (pengetahuan), sikap dan minat maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan. Dari tripusat pendidikan yang penulis jelaskan diatas, maka penulsi menyimpulkan bahwa upaya orang tuanetra ini dalam memberikan motivasi belajar kepada anak yang mengalami tunanetra juga memerlukan waktu yang lama untuk memberikan pengarahan dan bimbingan yang dilakukannya, itu ssemua berbeda dengan memberikan motivasi kepada anak yang normal. Tentu saja membutuhkan waktu yang lama, dan penuh dengan kesabaran bahkan orang tua ini memiliki tantangan yang sangat berat dalam mendidik anak kandungnya sendiri. Dari masyarakat awam juga menganggap bahwa mata itu sumber yang paling utama untuk melakukan segala sesuatu, dengan menggunakan mata tentu saja dalam melakukan segala aktivitas mengalami kemudahan. Untuk itu penulis berharap agar masyarakat tidak mempunyai anggapan sebelah mata kepada orang tua dan anak-anak yang mengalami tunanetrra. 2. Tinjauan Tentang Motivasi a. Pengertian Motivasi Motivasi adalah daya penggerak atau pendorong untuk melakukan suatu pekerjaan. Motivasi adalah pendorong suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Motivasi dapat didefinisikan sebagai kekuatan-kekuatan yang kompleks, dorongan-dorongan, kebutuhan-kebutuhan, pernyataan-pernyataan, ketegangan, atau mekanisme-mekanisme lainya yang memulai dan menjaga kegiatan-kegiatan yang diinginkan ke arah pencapaian tujuan-tujuan personal. Dalam psikologi islam pembahasan motivasi hidup tidak terlepas dari tahapan kehidupan manusia. Secara garis besar kehidupan manusia terbagi menjadi tiga tahap : 1. Tahapan pra-kehidupan dunia yang disebut alam perjanjian atau alam alastu. 2. Tahapan kehidupan dunia untuk aktualisasi dan realisasi diri terhadap amanah yang telah diberikan. 3. Tahapan alam paska kehidupan dunia yang disebut hari penghabisan atau pembalasan. Dengan demikian tampak jelas bahwa motivasi hidup manusia hanyalah realisasi atau aktualisasi amanah Allah SWT semata. Sedangkan yang dimaksud motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku dengan beberapa indikator meliputi: 1. Adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil. 2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. 3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan. 4. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar. 5. Adanya penghargaan dalam belajar. 6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik. b. Macam-macam Motivasi Motivasi dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu: 1. Motivasi intrinsik Motivasi intrinsik adalah motivasi internal yang timbul dari dalam diri pribadi seseorang itu sendiri seperti: sistem nilai yang dianut, harapan, minat, cita-cita, dan aspek lain yang secara internal melekat pada seseorang. 2. Motivasi ekstrinsik Motivasi ekstrinsik yaitu motifasi eksternal yang muncul dari luar diri pribadi seseorang, seperti: kondisi lingkungan kelas-sekolah, adanya ganjaran berupa hadiah (reward) bahkan karena merasa takut oleh hukuman (punishment) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi. c. Teori Motivasi 1) Teori Hedonisme Yaitu suatu aliran di dalam filsafat yang memandang bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia adalah mencari kesenangan (hedone) yang bersifat duniawi. Menurut pandangan hedonisme, manusia pada hakekatnya adalah makhluk yang mementingkan kehidupan yang penuh kesenangan dan kenikmatan. 2) Teori Naluri Pada dasarnya manusia ini mempunyai 3 dorongan nafsu pokok yang dalam hal ini disebut juga naluri yaitu: 1) Dorongan nafsu (naluri) mempertahankan diri. Naluri ini terwujud secara biologis. Dalam wujud dorongan untuk mencari makan jika lapar, menghindarkan diri dari bahaya yang tersirat dalam QS Toha ayat 118-119. •               118. Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang, 119. dan Sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di dalamnya". 2) Dorongan nafsu (naluri) mengembangkan diri. Dorongan ini merupakan sebuah potensi dasar manusia sebagai bentukan unsur ruhiy dan jism. Dinamika diri ini, terwujud dalam bentuk pencapaian diri dalam aspek pengetahuan bahakan pada aktualitas diri. 3) Dorongan nafsu (naluri) mengembangkan atau mempertahankan jenis. Yaitu selalu menjaga agar jenisnya ataupun keturunannya tetap berkembang dan hidup. Oleh karena itu, menurut teori ini untuk bermotivasi seseorang harus berdasarkan naluri mana yang akan dituju dan perlu dikembangkan. 3) Teori kebutuhan. Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakekatnya adalah untuk memenuhi kebutuhanya baik kebutuhan fisik maupun psikis. d. Peranan motivasi dalam belajar Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu termasuk individu yang sedang belajar. Ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran antara lain dalam: 1) Menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar. Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlikan pemecahan dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya. 2) Memperjelas tujuan belajar. Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitanya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik belajar sesuatu jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak. 3) Menentukan ketekunan belajar. Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal itu tampaklah motivasi belajar sehingga menyebabkan seseorang tekun belajar. Sebaliknya apabila seseorang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar, maka dia tidak tahan lama belajar. e. Prinsip-prinsip motivasi dalam belajar: 1) Motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar. 2) Motivasi instrinsik lebih baik dari pada motivasi ekstrinsik dalam belajar, karena motivasi instrinsik lebih kekal dan secara sadar dilakukan, sedangkan motivasi ekstrinsik yang digunakan orang tua untuk lebih memotivasi anak tunanetra. 3) Motivasi berupa pujian lebih baik dari pada hukuman. 4) Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam belajar, melalui motivasi belajar akan terkait erat dengan kebutuhan yaitu keinginan-keinginan untuk dapat menguasai sejumlah ilmu pengetahuan, apabila seseorang memiliki motivasi, maka keinginan untuk belajar merupakan kebutuhan bagi dirinya. 5) Motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar akan memiliki rasa percaya diri dan kemauan untuk menyelesaikan setiap pekerjaan. 6) Motivasi melahirkan prestasi dalam belajaar dapat mempengaruhi prestasi belajar dan tinggi rendahnya motivasi selalu dijadikan indikator baik buruk prestasi belajar anak tunanetra. 3. Tinjauan tentang belajar a. Pengertian belajar Pengertian secara umum belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika berada di sekolah, maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Disamping itu belajar juga dapat berarti suatu aktivitas mental / psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan - perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan sikap-sikap. Menurut pendapat para ahli pendidikan modern belajar dirumuskan sebagai berikut: 1) Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang diniatkan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. 2) Gagne dalam buku the condition of learning (1977) menyatakan bahwa: belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama-sama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu kewaktu sesudah ia mengalami situasi tadi. 3) Morgan, dalam buku introduction of psikology mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkahlaku yang terjadi sebagai hasil dari latihan atau pengalaman. Sementara itu menurut pendapat traditional adalah menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan, disini yang dipentingkan adalah pendidikan intelektual. b. Teori-Teori Belajar Berikut ini dikemukakan beberapa teori belajar yang merupakan hasil penyelidikan para ahli psikologi sesuai dengan aliran psikologinya masing-masing: 1) Teori classical conditioning (Ivan Petrovich Pavlov) Teori ini bermula dari percobaan seorang ahli faal Rusia yang bernama Ivan Petrovich Pavlov ( 1849-1936), Dari hasil percobaan Pavlov mendapat simpulan bahwa gerakan-gerakan reflek itu dipelajari, dapat berubah karena latihan. Sehingga dengan demikian dapat dibedakan menjadi dua macam reflek yaitu reflek wajar, dan reflek bersyarat/reflek yang dipelajari. 2) Teori instrumental conditioning (Burhus Frederic Skinner) Operant Conditioning beranggapan bahwa organisme mampu melakukan tindakan-tindakan atas inisiatif sendiri dalam lingkungannya, tidak seperti pada classical conditioning dimana organisme menjadi obyek, relative pasif. Dalam operant Conditioning , conditioned response tidak harus selalu sama dengan yang dihasilkan oleh unconditioned stimulus. Menurut Skinner, tingkah laku bukanlah sekedar respon terhadap stimulus, tetapi merupakan suatu tindakan yang disengaja atau operan ini dipengaruhi oleh apa yang terjadi sesudahnya.. Jadi, operan conditioning atau biasa disebut instrument conditioning melibatkan pengendalian konsekwensi. 3) Teori kognitif learning (Walter Mischel): Satu teori sosial kognitif, satu pendekatan unik dasar studi yang bergeser dari individu kepada kegiatan kognitif dan tingkah laku dalam hubungannya dengan situasi tertentu. 4) Teori belajar sosial (Albert Bandura) Menurut teori ini yang terpenting ialah kemampuan seseorang untuk mengapstraksikan informasi dari perilaku orang lain, mengambil keputusan menganai perilaku mana yang akan ditiru dan kemudian melakukan perilaku-perilaku yang dipilih. Asumsi dasar teori ini ada tiga macam: a) Hakekat proses belajar. b) Hubungan antar individu dengan lingkungan. c) Hasil belajar. 5) Teori ahli belajar Bila suatu pengetahuan akan keterampilan yang diperoleh dari suatu proses belajar pada waktu tertentu mempengaruhi proses belajar selanjutnya, maka telah terjadi alih belajar atau transfer of learning. Bila pengaruhnya tersebut mempermudah mempelajari suatu pengetahuan atau keterampilan yang baru, maka dikatakan terjadi alih belajar positif. Tetapi, bila pengaruhnya menghambat, disebut sebagai alih belajar negatif. 6) Teori perkembangan Jean Piaget Menurut Jean Piaget seorang maju melalui empat tahap perkembangan kognitif, antara lahir dan dewasa yaitu tahap sensori motor, pra operasional, operasi kongkrit, dan operasi formal. Tahahp-tahap perkembangan kognitif tersebut, dijabarkan di dalam tabel : Tahap Perkiraan usia Kemampuan-kemampuan utama Sensorimotor Lahir sampai 2 tahun Terbentuknya konsep “Kepermanenan obyek” dan kemajuan gradual dari perilaku reflesif ke perilaku yang mengarah kepada tujuan. Pra oprerasional 2 sampai 7 tahun Perkembangan menggunakan symbol-simbol untuk menyatakan obyek-obyek dunia. Pemikiran masih egosentris dan sentrasi. Operasi kongkrit 7 sampai 11 tahun Perbaikan dalam kemampuan untuk berpikir secara logis. Kemamupan-kemampuan baru termasuk penggunaan operasi-operasi yang dapat balik. Pemikiran tidak lagi sentrasi tetapi desentrasi, dan pemecahan masalah tidak begitu dibatasi oleh ke egosentrisan. Operasi formal 11 tahun sampai dewasa. Pemikiran abstrak dan murni simbolis mungkin dilakukan. Masalah-masalah dapat dipecahkan melalui penggunaan eksperimentasi sistematis. c. Tujuan belajar diantaranya : 1) Mengadakan perubahan di dalam tingkah laku. 2) Memperoleh hasil yang bersifat positif. 3) Mengubah kebiasaan dari yang buruk menjadi baik. 4) Mengubah sikap dari yang negative menjadi positif, dari yang tidak hormat menjadi hormat. 5) Mengubah ketrampilan, misalnya olahraga, kesenian, jasa, teknik, pertanian, dan sebagainya. 6) Menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu. d. Prinsip-prinsip belajar antara lain: 1) Kematangan jasmani dan rohani 2) Memiliki kesiapan 3) Memahami tujuan 4) Memiliki kesungguhan 5) Ulangan dan latihan e. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu: 1) Faktor internal diantaranya: a) Kesehatan: kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. b) Inteligensi dan bakat: Seseorang yang memiliki inteligensi tingggi umumnya mudah dalam belajar dan hasilnya pun cenderung baik, sedangkan orang yang inteligensinya rendah cenderung mengalami kesukaran belajar dan lambat dalam berpikir. c) Minat dan motivasi: memiliki minat dan motivasi yang besar merupakan modal untuk mencapai tujuan yang diinginkan. d) Cara belajar: Cara belajar seseorang juga mempengaruhi hasil belajar. Belajar harus memperhatikan teknik dan faktor fisiologis, psikologis untuk mencapai hasil yang memuaskan. 2) Faktor eksternal diantaranya: a) Keluarga: keluarga mempunyai pengaruh besar terutama orang tua. Orang tua yang berpendidikan tinggi, berkecukupan, dan rukun akan memicu keberhasilan belajar anak. b) Sekolah: Keadaan sekolah juga mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Kualitas guru, metode mengajar, kesesuaian kurikulum, keadaan lingkungan sekolah, akan mempengaruhi keberhasilan belajar. c) Masyarakat: Keadaan masyarakat juga menentukan prestasi belajar. Bila sesorang tinggal di masyarakat dengan lingkungan orang-orang yang berpendidikan akan memicu seorang anak lebih giat dalam belajar. d) Lingkungan sekitar: Keadaan lingkungan seperti bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas, iklim, sangat berpengaruh terhadap konsentrasi belajar. 3. Tinjauan tentang Anak. Anak adalah manusia yang hidup di lingkungan masyarakat, ia belum mendapatkan pengakuan di sekitar lingkungan keluarga dan masyarakat dalam mengambil keputusan, mereka masih membutuhkan arahan dan binaan orang,hal ini menurut Siti Rahayu Haditono, posisi mereka dalam masa transisi atau marginal. Menurut batasan usia istilah anak dapat dikatagorikan usia remaja yaitu pada masa ini anak sedang mengalami proses perubahan, mencakup perubahan dalam hal kehidupan rohani dan jasmani, pikiran, perasaan dan sosial anak.. 1( Periodesasi Perkembangan Anak. Sebelum kita membahas masalah periodesasi perkembangan anak terlebih dahulu akan kami jelaskan mengenai apa yang dimaksud dengan perkembangan itu. Perkembangan adalah suatu perubahan-perubahan dari tingkat rendah ketingkat yang lebih maju perubahan dari kanak – kanak menjadi kedewasaan. Dalam perkembangan anak, berikut ini beberapa pendapat para ahli yang mengemukakan tentang perkembangan manusia. Menurut Zakiyah Drajat, perkembangan manusia dari kandungan sampai tua dapatlah dibagi menjadi beberapa macam, salah satu pembagian umur pertumbuhan manusia dibagi atas tiga kelompok besar, yaitu: masa kanak-kanak ( 0-12 tahun), masa remaja (13-21 tahun) dan masa dewasa (21 tahun keatas). Perinciannya sebagai berikut, kanak-kanak pada tahun pertama (0-6 tahun), anak-anak masa sekolah (6-12 tahun), masa remaja pertama (13-16 tahun) dan masa remaja akhir (17- 21 tahun ) Menurut Aristoteles membagi masa muda dalam tiga masa yaitu: a) Masa anak kecil atau masa bermain, berumur 0:0 sampai berumur 7:0 tahun. b) Masa anak atau masa belajar atau masa sekolah, berumur 7:0 sampai dengan 14:0 tahun. c) Masa remaja atau masa pubertas, berumur 14:0 sampai dengan 21:0 tahun. Menurut Johan Amor Comenius, dalam bukunya Didactica Magna atau Didaktik besar membagi masa muda dalam empat masa: a) Masa sekolah ibu atau scola materna (0: 0 – 6-0) ialah masa kanak-kanak mengembangkan panca inderanya dibawah asuhan ibu, diselenggarakan dalam rumah masing-masing. b) Masa sekolah bahasa ibu atau scala vernakula yaitu ( 6-12) ialah masa anak-anak mengembangkan ingatan dan perasaannya disekolah yang berbahasa ibu ( berbahasa daerah) didirikan tiap desa-desa. c) Masa sekolah latin atau scola latina yaitu mengembangkan fikirannya di sekolah yang telah diajarkan bahasa latin ialah sekolah menegah atau gymnasium, didirikan ditiap-tiap daerah. d) Masa sekolah tinggi atau academesia (6-24 tahun) ialah masa anak-anak mengembangkan kemauanya dan memilih suatu lapangan hidup. Dilakukan di perguruan tinggi yang didirikan di tiap-tiap propinsi atau kerajaan (kingdom). Sedangkan menurut pendapat Drs. Sophian Waluyo perkembangan manusia terdiri dari tiga macam pokok ialah masa muda sejak lahir sampai dewasa ( 0:0-21:0) masa dewasa (21:0-30:0) daan masa tua (30:0 – 70:0). 2.( Karakteristik Perkembangan Anak) a) Perkembangan Aspek Motorik Pada usia ini anak mengalami perkembangan jasmani atau fisik yang pesat, dan perkembangan motoriknya sudah terkoordinasikan dengan baik sehingga berlaku sesuai dengan kebutuhannya. Masa ini di tandai dengan kelebihan gerak atau aktifitas motor yang lincah ini merupakaan masa yang ideal keterampilan yang bersifat motorik. Anak pada masa ini selalu giat dan penuh semangat, dan permainan bebas memberikan kepuasan baginya. Kematangan perkembangan motor anak jadi sempurna berkaitan dengan perkembangan mental anak. Di samping mengandalkan kekuatan otot, perkembangan fungsi kognitif juga menentukan kemampuan motoris. Oleh karena itu gerakan-gerakan yang dilakukan anak tidak lagi sekedar latihan organ-organ tubuhnya tetapi telah mengandung arti dan maksud yang memang diinginnya. b) Perkembangan Aspek Intelektual. Pada usia ini kemampuan intelektual berkembang pesat oleh karenanya disebut pula masa intelektual atau masa belajar. Usia ini merupakan masa penuh semangat untuk belajar dan memperoleh pengalaman – pengalaman yang baru. Dengan kemampuan intelektual demikian, anak pada usia ini sudah dapat diajarkan dasar-dasar keilmuan seperti membaca, menulis dan berhitung. c) Perkembangan Aspek Sosial Perkembangan sosial anak pada usia anak ini telah mencapai kematangan, hal ini ditandai dengan adanya perluasan hubungan dan proses belajar menyesuaikan diri dengan norma keluarga. Pada tingkat ini anak mulai dapat menghargai kenyataan dan memahami dasar-dasar pergaulan sosial, kerjasama dan kesenangan bersaing tampak sekali pada masa ini juga, merupakan imitasi sosial terbesar anak akan berusaha untuk dapat berlaku sama dengan orang lain agar bisa diterima oleh lingkungan. d) Perkembangan Kecerdasan Emosional Menurut Daniel Goleman mengklasifikasikan kecerdasan emosional atas lima komponen penting yaitu: 1) Mengenali emosi: yaitu mengetahui apa yang dirasakan seseorang pada suatu saat dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri.; memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat. 2) Mengelola emosi: yaitu menangani emosi sendiri agar berdampak positif bagi pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu tujuan, serta mampu menetralisir tekanan emosi. 3) Motivasi diri sendiri: yaitu menggunakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun manusia menuju sasaran, membantu mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif serta bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi. 4) Mengenali emosi orang lain: yaitu kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, mampu memahami prespektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percya, dan menyeleraskan diri dengan orang banyak atau masyarakat. 5) Membina hubungan: kemampuan mengendalikan dan menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain, cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar, memahami dan bertindak kerja sama dalam hubungan antar manusia.. 4. Tinjauan tentang Tunanetra 1.( Pengertian Tunanetra) Tunanetra adalah individu yang indra penglihatannya atau kedua-keduanya tidak berfungsi sebagai saluran menerima informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti halnya orang awas. Tunanetra terdiri dari 2 kata yaitu tuna dan netra. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, tuna berarti rusak, luka, kurang, tiada memiliki sedangkan netra berarti mata sehingga tunanetra dapat diartikan rusak matanya, luka matamya, atau tidak memiliki mata yang berarti buta atau kurang dalam penglihatannya. Untuk selanjutnya pengertian tunanetra yang digunakan ialah kemampuan visual dalam menggunakan penglihatannya dan bergantung pada indra lain seperti: pendengaran, perabaan, penciuman dengan sedikit perbedaan istilah yaitu tunanetra total untuk menyebut buta dan tunanetra kurang lihat untuk tunanetra yang masih mempunyai sisa penglihatan. Anak dengan gangguan penglihatan dapat diketahui dalam kondisi sebagai berikut : a) Ketajaman penglihatannya kurang dari ketajaman yang dimiliki orang awas. b) Terjadi kekeruhan pada lensa mata karena ada cairan tertentu. c) Posisi mata sulit dikendalikan oleh syaraf otak. d) Terjadi keretakan susunan syaraf otak yang berhubungan dengan penglihatan. Dari kondisi-kondisi di atas, pada umumnya yang digunakan sebagai patokan apakah seorang anak tersebut tunanetra atau tidak ialah pada tingkat ketajaman penglihatannya. Untuk mengetahui ketunanetraan, dapat digunakan suatu tes yang dikenal sebagai tes snelen card. Perlu ditegaskan bahwa anak dikatakan tunanetra bila ketajaman penglihatannya atau vursusnya kurang dari 6/21. Artinya berdasarkan tes, anak yang mampu membaca huruf pada jarak 6 meter yang oleh orang awas dapat dibaca pada jarak 21 meter. Berdasarkan acuhan tersebut, anak tunanetra dapat dikelompokan menjadi dua (2) macam yaitu: a) Buta Dikatakan buta jika anak sama sekali tidak mampu menerima rangsang cahaya dari luar atau virsusnya sama dengan nol. b) Law vision Yaitu bila anak masih mampu menerima rangsang cahaya dari luar dan ketajamanya lebih dari 6/21 atau jika anak hanya mampu membaca headline surat kabar. Anak tunanetra memiliki karakteristik kognitif, sosial, emosi, motorik, dan kepribadian yang sangat bervariasi. Hal ini bergantung pada sejak kapan anak mengalami ketunaan, Bagaimana tingkat ketajaman penglihatannya, berapa usianya, serta bagaimana tingkat pendidikannya. Adapun bermacam-macam jenis kelainan tingkah laku anak disabilitas itu sebenarnya merupakan mekanisme pertahanan diri anak disabilitas untuk sosial ajasment. Atas hasil penelitian para ahli dalam bidang psikologi bahwa anak disabilitas netra memiliki intelegensi yang normal bahkan ada yang di atas normal atau di atas 90-110, maka dengan kemampuan ini mereka akan: a) Berpikir lancar. b) Daya ingatnya kuat, luas, setia. c) Dasar orientasi bicaranya baik, lancar, logis, sistematis. d) Perabaanya tajam. e) Daya konsentrasinya tinggi. Adapun kelainan-kelainan tingkat tingkah laku anak disabilitas netra dalam kehidupan sosial antara lain sebagai berikut: a) Sikap ragu-ragu terhadap obyek-obyek baru. b) Sikap kurang percaya diri. c) Sikap takut pada situasi kacau, ramai, tempat yang tidak teratur, benda besar bulat, luas, sempit, turun, naik, licin, dan tajam. d) Sikap konsentrasi anak disabilitas netra. e) Sombong, kemampuanya kuat. f) Suara yang lantang, keras, dan jelas. g) Mudah tersinggung. Aspek-aspek psikologi dari anak disabilitas netra tersebut juga dipengaruhi oleh tingkat jenis kedisabilitasannya. 1. Faktor-faktor penyebab ketunanetraan. Adapun faktor-faktor penyebab ketunanetraan antara lain: a) Internal (dalam diri anak). Contohnya gen atau sifat pembawa keturunan, kondisi psikis ibu, kekurangan gizi, keracunan obat, dan sebagainya. b) Eksternal (di luar diri anak). Contohnya kecelakaan, terkena penyakit sipilis yang mengenai matanya saat dilahirkan, pengaruh alat bantu medis atau saat melahirkan sehingga sistem persyarafanya rusak, kurang gizi atau vitamin, terkena racun, virus trakoma, panas badanya terlalu tinggi, peradangan mata karena penyakit bakteri atau virus. 2. Karakteristik Tunanetra. a) Ciri khas tunanetra total Karakteristik tunanetra total adalah sebagai berikut: 1) Rasa curiga pada orang lain. 2) Perasaan mudah tersinggung. 3) Ketergantungan yang brlebihan. 4) Blindism atau gerakan-gerakan yang dilakukan tanpa mereka sadari. 5) Rasa rendah diri. 6) Tangan ke depan dan badan agak membungkuk. 7) Suka melamun. 8) Fantasi yang kuat untuk mengingat suatu obyek. 9) Kritis. 10) Pemberani. 11) Perhatian terpusat (terkonsentrasi). b) Karakteristik tunanetra kurang lihat Karakteristik tunanetra kurang lihat adalah: 1) Selalu mencoba mengadakan fixition atau melihat suatu benda dengan memfokuskan pada titik-titik benda. 2) Menanggapi rangsang cahaya yang datang padanya, terutama pada benda yang kena sinar, disebut visually function. 3) Bergerak dengan penuh percaya diri baik di rumah maupun di sekolah. 4) Merespon warna. 5) Mereka dapat menghindari rintangan-rintangan yang berbentuk besar dengan sisa penglihatanya. 6) Memiringkan kepala bila akan memulai dan melakukan sesuatu pekerjaan. 7) Mampu mengikuti gerak benda dengan sisa penglihatanya. 8) Tertarik pada benda yang bergerak. 9) Mencari benda jatuh selalu menggunakan penglihatanya. 10) Mereka akan selalu menjadi penuntun bagi temanya yang buta. 11) Jika berjalan sering membentur atau menginjak-injak benda tanpa disengaja. 12) Berjalan dengan menyeretkan atau menggeserkan kaki atau salah langkah. 13) Kesulitan dalam menunjuk benda atau mencari benda kecuali warnanya kontras. 14) Kesulitan melakukan gerakan-gerakan yang halus dan lembut. 15) Selalu melihat benda dengan global atau menyeluruh. 16) Koordinasi atau kerjasama antara mata dan anggota badan yang lemah. F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Berdasarkan sumber data, jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian lapangan atau kancah (field Research) berupa penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dan digunakan untuk berupaya memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan, klasifikasi, dan analisis atau pengolahan data, membuat simpulan dan laporan dengan tujuan utama untuk membuat penggambaran tentang sesuatu keadaan secara obyektif dalam suatu diskripsi situasi. Penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala saat penelitian dilakukan. Penelitian ini diarahkan untuk menetapkan sifat suatu situasi pada waktu penyelidikan itu dilakukan. Dalam penelitian diskriptif, tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan seperti yang dapat ditemui dalam penelitian eksperimen. Dalam penelitian kualitatif pada hakikatnya suatu fenomena atau peristiwa bagi penganut metode kulitatif adalah totalitas atau gestalt. Ketepatan interpretasi bergantung kepada ketajaman analisis, objektivitas, sistematik dan sistemik, bukan kepada statistika dengan menghitung berapa besar probabilitasnya bahwa peneliti benar dalam interpretasinya. Yang menurut Bogdan dan Tylor didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan tentang orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. 2. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan psikologis yaitu mengkaji masalah dengan mempelajari jiwa seseorang melalui gejala perilaku yang dapat diamati.. 3. Subyek Penelitian Pemilihan subjek penelitian dilaksanakan dengan purposive sampling, yaitu untuk menjaring sebanyak mungkin informasi yang dijadikan dasar bagi rancangan dan teori yang muncul. Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah: a. Ketua Lembaga Sosial Al-Hikmah, bapak Widodo Sulistianto, S.Pd. b. Lima orang tua yang mengalami tunanetra sekaligus mempunyai anak kandung tunanetra. c. Lima anak tunanetra di lembaga sosial Al-Hikmah Yogyakarta. 4. Metode Pengumpulan Data Adapun metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Metode Wawancara (interview) Metode wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan antara dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan. Pengumpulan data melalui wawancara ini penulis lakukan kepada ketua Al-khikmah, dan orang tua Lembaga Sosial Al-khikmah Yogyakarta, untuk mendapatkan data-data dari Subyek penelitian, tentang kondisi lembaga sosial secara umum, motivasi belajar , serta bagaimana upaya orang tua dalam meningkatkan motivasi belajar bagi anak tunanetra. b. Metode Observasi Observasi yang dilakukan di sini adalah observasi langsung yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap obyektif yang diteliti, untuk kemudian mengadakan pencatatan seperlunya yang relevan dengan penelitian. Observasi ini dilakukan untuk melihat bagaimana sistem belajar di Lembaga Sosial Al-khikmah, bagaimana upaya orang tua dalam meningkatkan motivasi belajar anak tunanetra. c. Metode dokumentasi Metode dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen baik dokumen tertulis, gambar, maupun elektronik. Metode ini digunakan sebagai pelengkap atau sekunder. Dari data ini dapat diperoleh data tertulis seperti tentang letak geografis, keadaan belajar, struktur pemerintahan, fasilitas-fasilitas pendukung sebagainya di daerah yang menjadi lokasi penelitian. 5. Metode Analisis Data Analisis data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data kedalam pola, kategori dan satuan dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Dalam rangka menganalisis data-data yang diperoleh dari hasil penelitian, maka di sini diterapkan metode analisis data kualitatif. Dalam analisis data tersebut digunakan teknik analisis deskriptif kualitatif yaitu analisis data yang memberikan predikat pada variable yang diteliti sesuai dengan kondisi yang sebenarnya . Sedangkan analisis data dari hasil penelitian ini, dilakukan berdasar analisis deskriptif, sebagaimana yang dikembangkan oleh Mile dan Huberman. Analisis tersebut terdiri dari tiga alur analisis yang berinteraksi yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. a. Reduksi Data Reduksi data yaitu proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data kasar, yang muncul dari catatan-catatan tertulis dari lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menggolongkan, mengarahkan dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga dapat ditarik kesimpulan data verifikasi. b. Penyajian Data Penyajian data disini dibatasi sebagai sekumpulan informasi yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data dalam skripsi ini merupakan penggambaran seluruh informasi tentang bagaimana upaya yang dilakukan orang tua untuk menumbuhkan motivasi belajar pada anaknya. c. Penarikan Simpulan Dari kumpulan makna setiap kategori, penulis berusaha mencari esensi dari setiap tema yang disajikan dalam teks naratif yang berupa fokus penelitian. Setelah analisis dilakukan, maka penulis dapat menyimpulkan hasil penelitian yang menjawab rumusan masalah yang telah ditetapkan oleh penulis. Dari hasil pengolahan dan penganalisisan data ini kemudian diberi interpretasi terhadap masalah yang pada akhirnya digunakan penulis sebagai dasar untuk menarik kesimpulan. 1. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan merupakan suatu susunan atau urut-urutan dari pembahasan dalam penulisan skripsi ini, untuk memudahkan pembahasan persoalan di dalamnya. Skripsi ini terdiri dari empat bagian, yaitu: Bab pertama atau pendahuluan merupakan bagian terdepan yang membicarakan kerangka dasar yang dijadikan landasan dalam penulisan dan pembahasan skripsi, yang terdiri dari: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, telaah pustaka, landasan teori, metodologi penelitian, dan diakhiri dengan sistematika pembahasan. Bab kedua mengenai gambaran umum lembaga Al-hikmah Yogyakarta yang meliputi letak geografis, sejarah berdirinya, struktur organisasi, sarana dan prasarana, serta diakhiri dengan keadaan anggotanya. Bab ketiga membahas tentang upaya yang dilakukan oleh orang tua dalam meningkatkan motivasi belajar anak tunanetra. Bab keempat yaitu penutup, bab ini merupakan bab akhir yang berisi tentang kesimpulan sebagai intisari dari keseluruhan isi skripsi, saran-saran dan kata penutup. DAFTAR PUSTAKA Al-Qur’aanul Kariim dalam Huruf Braille. Bandung: Percetakkan Braille Yayasan Penyantun Wyata Guna, 2010. Abdullah. 1999. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Rafa Grafindo Persada. Ahmadi, Abu & Widodo Supriyono. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 1990. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Dalyono, M.. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Dinata, Nana Syaudih Sukma. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Meles, Mattew B.. dkk.. 1993. Analisa Data Kualitatif. Jakarta : UI-Press.. Moleong Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Mumpuniarti. 2000. Penanganan Anak Tunagrahita kajian dari segi pendidikan. sosial-psikologis dan tuindak lanjut usia dewasa: Skripsi. Jurusan Pendidikan Luar Biasa Universitas Negeri Yogyakarta . Purwanto, Ngalim. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Sumantri, Sujihati. 2007. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung:Refika Adittama. Uno, Hamzah B.. 2007. Teori Motuivasi dan Pengukuranya. Jakarta: Bumi Aksara. Widawati, Diana. 2004. Motifasi Belajar Siswa Dalam Proses Pembelajaran PAI di SLTP PIRI Banguntapan Bantul: Skripsi. Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Widdjajantin, Anastasia & Imanuel Hitipeuw. 1996. Ortopedagogik Tunanetra. Jakarta: Depdiknas. Zufaidah, Ekawati. 2004. Efektifitas Metode Demonstrasi Experimen Dalam Pembelajaran PAI di SLTP LB B Bakti Putra Gunung Kidul: Skripsi. Fakultas Tarbiyah . UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta. Zufaidah, Ekawati. 2004. Efektifitas Metode Demonstrasi Experimen Dalam Pembelajaran PAI di SLTP LB B Bakti Putra Gunung Kidul: Skripsi. Fakultas Tarbiyah . UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta.