Minggu, 08 April 2012

UPAYA GURU BIMBINGAN KONSELING DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII MTs YAKETUNIS A. Latar Belakang Masalah Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan cahaya ilmu pengetahuan kepada umat manusia, sehingga umat manusia dapat memberikan manfaat untuk sesama, untuk lingkungan alam di sekitarnya dan juga untuk membebaskan dirinya dari belenggu kebodohan dan kegelapan pemikiran. Setiap manusia tentunya membutuhkan ilmu pengetahuan yang memadai agar dapat mengatasi setiap permasalahan yang mungkin timbul dalam kesehariannya. Hal seperti ini adalah sebuah keniscayaan yang harus dihadapi oleh umat manusia yang masih memiliki harapan dan impian dalam kehidupannya. Untuk itu sebagai manusia yang diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang paling sempurna dibanding makhluk yang lain, maka dalam kehidupan ini tak bisa kita hindari bahwa kita membutuhkan berbagai macam pendidikan yang dapat mengantarkan dirinya pada kehidupan yang lebih baik, hal ini sangatlah wajar karena permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan manusia itu pun juga sangat beragam dan setiap permasalahan itu pastilah memiliki karakteristik yang berbeda pula, sehingga memerlukan cara penanganan secara lebih spesifik agar dapat terselesaikan dengan baik dan sempurna. Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 3 dinyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan merupakan sebuah modal dasar bagaimana bangsa bisa tumbuh dan berkembang dalam menghadapi berbagai macam perkembangan dunia dan perkembangan masa yang semakin menantang. Dalam pendidikan terkandung berbagai macam aspek, salah satu diantaranya adalah proses belajar mengajar yang menjadi ujung tombak dimana para peserta didik yakni generasi muda bangsa mendapatkan sebuah ilmu dan berbagai pemahaman tentang berbagai macam pengetahuan. Proses pembelajaran atau belajar mengajar ini mencakup beberapa aspek atau unsur utama, yakni guru dan murid (peserta didik). Guru atau pengajar merupakan individu-individu yang memiliki tugas dan peranan penting dalam memberikan dan mentransfer pengetahuan kepada para peserta didiknya, sedangkan murid atau peserta didik adalah individu-individu yang berusaha mempelajari segenap pengetahuan yang diajarkan, diberikan dan dijelaskan oleh para pengajar. Dengan kata lain, guru adalah seorang yang bertugas menyampaikan materi pelajaran sedangkan murid adalah individu yang berhak mendapatkan materi pelajaran dengan berbagai macam penjelasannya. Pada perkembangannya, tugas seorang guru kini semakin terlihat semakin kompleks. Guru yang hanya bisa menyampaikan materi pelajaran kepada murid-murinya hanya akan menjadi seorang guru yang terlalu kaku terhadap murid-muridnya, apalagi jika ditambah dengan tanpa adanya bimbingan terhadap murid-muridnya yang akan membuat hubungan guru-murid semakin kaku. Ini terasa cukup untuk menggambarkan, bahwa tugas guru bukanlah hanya untuk menyampaikan segudang materi dengan teori-teori konsep yang begitu rumit, tetapi seorang guru juga memiliki tugas dan tanggungjawab untuk memberikan bimbingan serta konseling kepada para peserta didiknya untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi oleh para murid sehingga pembelajaran yang diberikan tidak hanya terpancang pada materi pelajaran yang diberikan tetapi kini ditambah dengan bimbingan yang akan semakin membantu siswa dalam mengatasi persoalan baik dalam masalah pembelajaran materi maupun di luar pembelajaran sekolah. Dalam proses pendidikan, semua stakeholder yang terkait dengan proses tersebut mempunyai peran dan tanggungjawab sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Masing-masing peran tersebut harus berjalan secara sinergis saling melengkapi sehingga membentuk suatu sistem yang harmonis. Dari peran-peran yang ada, peran guru bimbingan dan konseling sangat diperlukan sehingga kegiatan belajar dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan apa yang diharapkan, dan dengan adanya Bimbingan konseling di dalam lembaga pendidikan tersebut siswa akan melakukan aktivitas belajar sesuai dengan apa yang telah ditentukan. Priyanto mengemukakan bahwa permasalahan yang dialami oleh para siswa di sekolah sering kali tidak dapat dihindari meski dengan pengajaran yang baik sekalipun. Hal tersebut juga disebabkan oleh karena sumber-sumber permasalahan siswa banyak yang disebabkan oleh hal-hal di luar sekolah. Dalam hal ini permasalahan siswa tidak boleh dibiarkan begitu saja, termasuk perilaku siswa yang tidak dapat mengatur waktu untuk melakukan aktivitas belajar sesuai apa yang dibutuhkan, diatur, atau diharapkan. Apabila para siswa tersebut belajar sesuai dengan kehendak sendiri dalam arti tanpa aturan yang jelas, maka upaya belajar siswa tersebut tidak dapat berjalan dengan efektif. Apalagi tantangan kehidupan sosial dewasa ini semakin kompleks, termasuk tantangan dalam mengalokasikan waktu. Dalam hal ini jika pengaturan waktu berdasarkan kesadaran sendiri maupun arahan pihak lain tidak dilakukan dengan disiplin maka semuanya akan menjadi kacau. Demikian pula dengan kedisiplinan siswa dalam melakukan aktivitas belajar dipadukan aktivitas lain dalam kehidupan sehari-hari, maka disinilah perlakuan guru bimbingan dan konseling di lembaga sekolah sangat diperlukan untuk mendampingi mereka. Seperti halnya MTs Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam (YAKETUNIS) yang merupakan salah satu lembaga pendidikan formal tingkat menengah yang mengasuh siswa berkebutuhan khusus (Tunanetra), maka keberadaan guru bimbingan konseling sangat mendukung dalam membantu siswa dalam mengatasi permasalahan siswa, maupun dalam meningkatkan motivasi guna mengembangkan potensi dan prestasi akademik maupun non akademik para siswa. MTs YAKETUNIS merupakan lembaga pendidikan formal yang berada di bawah naungan Departemen Agama dan dikelola oleh Yayasan Kesejahteraan tunanetra Islam (YAKETUNIS) sehingga disebut dengan MTs YAKETUNIS, yang terletak di kampung Danonegaran, Kelurahan Mantrijeron, Kecamatan Mantrijeron, Kota Madya Yogyakarta. Madrasah ini mendidik siswa tunanetra, dengan lebih menekankan pada ilmu-ilmu keagamaan secara komprehensif, namun tidak mengabaikan ilmu-ilmu umum lainnya. Guru Bimbingan konseling (BK), di MTs YAKETUNIS ini sangat membutuhkan perhatian yang lebih dari pada Madarasah-Madarasah yang lain karena di Madrasah ini siswa-siswinya berkebutuhan khusus pada bagian tuna netra, di samping itu guru bimbingan konseling di madrasah ini juga seorang tunanetra, namun meski demikian beliau mempunyai keinginan yang sama dengan guru-guru BK pada umumnya untuk mendidik siswa-siswi agar memiliki akhlak dan kepribadian yang baik dan dapat membawa nama harum madrasah pada bidang akademik, maupun non akademik. Walaupun Madarasah ini peserta didiknya berkebutuhan khusus, namun mereka mampu berprestasi secara akademik maupun non akademik. Adapun prestasi yang bersifat akademik diraih siswa MTs YAKETUNIS yang bernama Trismunandar dengan juara 2 Matematika tingkat nasional yang diadakan di Medan, sedangkan prestasi non akademik diraih oleh beberapa siswa dalam bidang olahraga tingkat nasional melalui KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) dalam pertandingan olahraga pelajar cacat nasional (popcanas), sehingga dengan perstasi-prestasi tersebut membuktikan bahwa siswa MTs YAKETUNIS mampu berkompetisi untuk berprestasi dan mengangkat nama Madarasah. Berdasarkan pengamatan penulis, akhir-akhir ini siswa kelas VII MTs YAKETUNIS mengalami penurunan minat belajar yang disampaikan oleh bapak/ibu guru sehingga menimbulkan prestasi belajar siswa cenderung menurun drastis. Hal ini dapat penulis amati ketika proses kegiatan belajar mengajar ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan materi dan justru bermain-main atau bahkan ada pula yang meninggalkan ruang kelas. Motivasi merupakan salah satu faktor penunjang dalam menentukan intensitas usaha untuk belajar dan juga dapat dipandang sebagai suatu usaha yang membawa anak didik ke arah pengalaman belajar sehingga dapat menimbulkan tenaga dan aktivitas siswa serta memusatkan perhatian siswa pada suatu waktu tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi bukan saja menggerakkan tingkah laku tetapi juga dapat mengarahkan dan memperkuat tingkah laku. Siswa yang mempunyai motivasi dalam pembelajarannya akan menunjukkan minat, semangat dan ketekunan yang tinggi dalam belajarnya, tanpa banyak bergantung kepada guru. Seorang yang belajar dengan motivasi yang kuat dapat melaksanakan semua kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh dan penuh gairah. Sebaliknya seseorang yang belajar dengan motivasi yang lemah, akan malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pelajaran. Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi keberhasilanya. Oleh karena itu, motivasi belajar perlu diusahakan terutama yang berasal dari dalam diri dengan cara senantiasa memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan harus dihadapi untuk mencapai cita-cita dan senantiasa memasang tekad bulat, selalu optimis bahwa cita-cita dapat dicapai dengan belajar. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, dapat dirumuskan beberapa rumusan permasalahan yaitu: 1. Bagaimanakah motivasi dan prestasi belajar siswa kelas VII MTs YAKETUNIS Kota Yogyakarta? 2. Bagaimanakah upaya guru bimbingan konseling dalam meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas VII di MTs YAKETUNIS Kota Yogyakarta? 3. Apasajakah faktor-faktor penghambat dan pendukung motivasi dan prestasi belajar siswa kelas VII MTs YAKETUNIS Kota Yogyakarta? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Mendeskripsikan motivasi belajar siswa di MTs YAKETUNIS Kota Yogyakarta. b. Mendeskripsikan upaya yang telah dilakukan guru bimbingan konseling dalam meningkatkan motivasi belajar pada siswa di MTs YAKETUNIS Kota Yogyakarta. c. Mengungkapkan keberhasilan yang dicapai oleh guru bimbingan konseling dalam upayanya meningkatkan motivasi belajar pada siswa di MTs YAKETUNIS Kota Yogyakarta. 2. Kegunaan Penelitian a. Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran untuk menjaga motivasi belajar siswa MTs YAKETUNIS Kota Yogyakarta. b. Sebagai acuan bagi guru bimbingan konseling dalam usaha meningkatkan motivasi belajar pada siswa di MTS YAKETUNIS Kota Yogyakarta. D. Telaah Pustaka Setelah meneliti dan mengkaji terhadap skripsi dan pustaka terdahulu, penulis tidak menemukan penelitian yang membahas tentang guru bimbingan konseling dalam meningkatkan motivasi dan prestasi belajar. Hanya saja penulis menemukan penelitian yang relevan dengan penelitian yang penulis teliti, baik itu penelitian maupun yang lainnya, diantaranya adalah: 1. Skripsi yang ditulis oleh Zulaiha Sri Hardanik, jurusan PAI tahun 2005 dengan judul “Usaha-usaha guru Aqidah-akhlaq dalam menumbuhkan motivasi belajar bidang studi Aqidah-akhlaq pada siswa MTsN Borobudur Magelang.” Skripsi ini membahas tentang proses belajaar mengajar PAI, usaha-usaha yang ditempuh guru Aqidah-akhlaq dalam menumbuhkan motivasi belajar aqidah-akhlaq dan membahas faktor penghambat dan pendukung yang dihadapi dalam menumbuhkan motivasi belajar aqidah-akhlaq di MtsN Borobudur Magelang. 2. Skripsi yang ditulis oleh Dedah Hidayati, jurusan PAI Fakultas Tarbiyah Tahun 2008 dengan judul “Upaya Guru PAI Dalam Menumbuhkan Motivasi Belajar Agama Islam Siswa Tunanetra Kelas VIII MTs LB A Yaketunis Yogyakarta. ” Dalam tulisan ini, penulis berusaha mengkaji lebih dalam mengenai proses belajar mengajar PAI kelas VIII MTs LB A Yaketunis, upaya-upaya yang dilakukan oleh guru PAI dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa kelas VIII, dan hasil yang dicapai oleh guru dalam upayanya menumbuhkan motivasi belajar siswa kelas VIII MTs LB A Yaketunis Yogyakarta. 3. Skripsi Nur`aini Fak. Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 1999 dengan judul “Motivasi Siswa dalam Belajar di Ponpes Bahrul Ulum Krakasan Probolinggo”. Penelitian ini menekankan pada motivasi siswa belajar di Ponpes Bahrul Ulum Probolinggo, baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik, serta usaha-usaha guru dalam menumbuhkan motivasi belajar pada siswa. Dari ketiga penelitian di atas, berbeda dengan penelitian yang akan penulis lakukan. Penelitian ini membahas tentang upaya guru bimbingan konseling dalam meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa MTs YAKETUNIS, dan apa sajakah faktor penghambat dan pendukung yang dihadapi guru bimbingan konseling dalam meningkatkan motivasi belajar bagi siswa MTs YAKETUNIS Kota Yogyakarta. Jadi lebih membahas tentang bagaimana motivasi siswa MTs YAKETUNIS, dan apa upaya guru bimbingan konseling dalam meningkatkan motivasi dan prestasi siswa MTs YAKETUNIS tahun ajaran 2011-2012. E. Landasan Teori 1. Tinjauan tentang Motivasi Belajar Sebelum membahas lebih jauh tentang motivasi belajar terlebih dulu penulis uraikan pengertian apa pengertian motivasi itu sendiri. a. Pengertian Motivasi Motivasi merupakan salah satu aspek untuk memahami tingkah laku manusia karena motivasi merupakan tenaga penggerak pada jiwa untuk melakukan kegiatan. Untuk lebih jelas mengenai pengertian motivasi berikut dikutip pendapat para ahli yang membahas tentang pengertian motivasi itu. Banyak para ahli psikologi menempatkan motivasi pada posisi determint atau penentu bagi kehidupan individual dalam rangka mencapai cita-cita. Diantaranya Hubart Bonner dalam bukunya Ali Usman menyatakan bahwa: Motivasi adalah secara fundamental bersifat dinamis yang melukiskan ciri-ciri tingkah laku manusia yang terarah kepada tujuan. Maksudnya dalam motivasi terkadang suatu dinamis yang mendorong segala tingkah laku manusia. Bilamana terhadap rintangan-rintangan yang menghalangi pencapaian tujun yang diinginkan, dengan motivasi itu seseorang melipat gandakan usahanya untuk mengatasinya dan berusaha mencapai tujuan itu. Menurut Mc Donald dalam bukunya Sardiman, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Menurut Nico Syukur Dister, motivasi ialah penyebab psikologi yang merupakan sumber serta tujuan dari tindakan dan perbuatan yang dilakukan manusia. Menurut Sardiman Am, motivasi adalah daya penggerak (daya) yang telah menjadi aktif dimana ini akan menjadi aktif apabila kebutuhan untuk mencapai tujuan dirasakan sangat mendesak. Menurut Singgih Dirgagunarsa, Motif adalah dorongan atau kehendak menjadi yang menyebabkan timbulnya semacam kekuatan agar seseorang berbuat atau bertindak, dengan perkataan lain bertingkah laku karena tingkah laku tersebut dilatar belakangi oleh adanya motif, maka disebut: tingkah laku bermotivasi”. Menurut WS. Winkel. S.J. MSc ss, Motif adalah daya penggerak dari dalam dan dalam subyek untuk melakukan akvitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Motif merupakan suatu kondisi intern / disposisi (kesiapsiagaan).” Dalam psikologi Islam pembahasan motivasi hidup tidak terlepas dari tahapan kehidupan manusia. Secara garis besar kehidupan manusia terbagi menjadi tiga tahap: 1) Tahapan prakehidupan dunia yang disebut alam perjanjian atau alam alasty. 2) Tahapan kehidupan dunia untuk aktualisasi dan realisasi diri terhadap amanah yang telah diberikan. 3) Tahapan alam paska kehidupan dunia yanbg disebut hari penghabisan atau pembalasan. Dengan demikian tampak jelas bahwa motivasi hidup manusia hanyalah realisasi atau aktualisasi amanah Allah SWT semata. Sedangkan yang dimaksud dengan motivasi menurut penulis adalah dorongan yang muncul dari dalam diri seseorang dan adanya stimulus dari orang lain untuk melakukan sesuatu. Berawal dari kata “motif” itu, maka “motivasi” dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif, motif menjadi aktif pada saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan mendesak. b. Macam – Macam Motivasi 1) Menurut Isi Menurut isinya ada tiga jenis yaitu : a) Motif Jasmani, yaitu motif untuk memenuhi kebutuhan biologis demi kelangsungan hidup individu misal untuk bergerak dan sebagainya. b) Motif Ruhani, yaitu motif untuk memenuhi kebutuhan batin, misal kemauan. Tahap-tahap kemauan : (1) Timbulnya alasan automotif, misal belajar jika akan ada ujian. (2) Langkah memilih atau timbulnya alternatif, memilih beberapa alternatif dengan pertimbangan untung ruginya. (3) Mengambil keputusaan dari pertautan beberapa alternatif hasil keputusan. (4) Terbentuknya kemauan atau dorongan untuk bertindak melaksanakan keputusan yang diambil pada langkah ketiga. c) Motif Sosial, yaitu motif yang timbul setelah kita berhubungan dengan manusia, motif untuk menolong. 2) Berdasarkan atas terbentuknya Motif ini dibedakan menjadi dua yaitu motif bawaan dan motif yang dipelajari. a) Motif bawaan, yaitu motif-motif yang dibawa sejak lahir jadi tanpa dipelajari, seperti misalnya dorongan untuk makan, untuk minum, dorongan seksual. Motif-motif ini sering disebut motif yang disyaratkan secara biologis artinya ada dalam warisan biologis manusia. b) Motif yang dipelajari, yaitu motif yang timbulnya karena dipelajari, misal dorongan untuk belajar sesuatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengejar kedudukkan dalam masyarakat, dan sebagainya. Motif ini sering disebut motif yang diisyaratkan secara sosial, karena motif ini terbentuk adanya hubungan manusia dalam lingkungan sosial. Menurut Jenis, Motif dibedakan menjadi tiga, menurut B. Burton 1) Organic Motive, yaitu motif yang didasarkan atas sesuatu dan kebutuhan manusia. 2) Emergency Motive, yaitu motif yang didasarkan karena dorongan darurat, ini tergantung lingkungan ini sudah ada sejak lahir, tetapi bentuknya disesuaikan dengan perangsang yang ada ini dapat dipelajari, misalnya melarikan diri dari bahaya yang mengancam. 3) Objektive Motif, yaitu motif yang diarahkan untuk berhubungan secara efektif dengan keadaan lingkungan atau orang dalam suatu lingkungan ini dapat berupa tingkah laku dalam menghadapi sesuatu yang menarik perhatian, misal kebutuhan untuk mendapatkan rangking tinggi. c. Kendala yang Menghambat Motif Pertarungan antara motif-motif dapat terjadi pada diri anak untuk diri seseorang apabila ada beberapa motif yang muncul secara serempak dan ini bisa membawa seseorang kedalam suatu situasi konflik. Situasi konflik adalah situasi dimana seseorang merasa bimbang atau bingung karena harus antara dua motif yang muncul pada saat bersamaan. Kebimbangan itu ditandai pula adanya ketegangan dalam mengambil suatu keputusan untuk pilihan. Konflik ada tiga macam bentuk yaitu: 1) Approach- apporoach conflict (konflik-konflik mendekat), konflik ini timbul apabila pada saat sama terdapat dua motif yang semua positif, sehingga timbul kebimbangan mana yang akan dipilih, memilih satu motif berarti mengorbankan atau mengecewakan motif yang lain. Contoh seseorang ibu memiliki uang pas disatu sisi akan dibelanjakan untuk keperluan sehari-hari, disisi lain anaknya minta keperluan sekolah, sehingga ia menjadi bimbang mana yang akan dipilih. 2) Apporoach-avoidance conflict (konflik mendekat-menjauh), konflik ini timbul bilamana pada suatu saat yang sama timbul dua motif yang berlawanan mengenai satu obyek, motif yang satu positif, motif yang lain negatif, karena itu ada kebimbangan apakah akan menjauhi atau mendekati. Contoh seorang siswa diberi uang untuk membayar SPP oleh orang tuanya, satu sisi ia membayarkan, disisi lain ada dorongan untuk digunakan bersenang-senang, sehinggaa timbul kebimbangan pada anak. 3) Avoidance-avaoidance conflict (konflik menjauh- menjauh), konflik ini terjadi bila pada satu saat yang bersamaan timbul dua motif yang negatif, timbul dua motif dan timbul kebimbangan karena menjauhi motif yang satu berarti harus memenuhi motif yang lain yang juga negatif. Contoh seorang siswa menghadapi ujian kebetulan tidak siap, ingin mencontek takut ketahuan, tidak mencontek takut ketahuan, tidak mencontek takut tidak ujian. d. Pengertian Motivasi Belajar Keberhasilan suatu proses kegiatan belajar mengajar bukan hanya ditentukan oleh faktor intelektual, tetapi juga faktor-faktor yang non-intelektual, termasuk salah satunya ialah motivasi. Dalam Islam kata motivasi lebih dikenal dengan istilah niat yaitu dorongan yang tumbuh dalam hati manusia yang menggerakkan untuk melakukan suatu aktivitas tertentu dalam niat ada ketergantungan antara niat dengan perbuatan, dalam arti jika niat baik maka imbasnya juga baik dan sebaliknya. Menurut W. S. Winkel motivasi belajar dapat diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar demi mencapai satu tujuan. Crow dan Crow memperjelas pentingnya motivasi dalam belajar sebagai berikut: “Belajar harus diberi motivasi dengan berbagai cara sehingga minat yang dipentingkan dalam belajar itu dibangun dari minat yang telah ada pada diri anak.” Menurut A. Tabrani, pada garis besarnya motivasi mengandung nilai-nilai sebagai berikut: 1) Motivasi menentukan tingkat keberhasilan atau kegagalan perbuatan belajar siswa. Belajar tanpa adanya motivasi sulit untuk berhasil. 2) Pengajaran yang bermotivasi pada hakekatnya adalah pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan, motif dan minat yang ada pada siswa. Pengajaran yang demikian sesuai dengan tuntutan demokrasi dalam pendidikan. 3) Pengajaran yang bermotivasi menurut kreatifitas dan imajinitas pada guru untuk berusaha secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang relevan dan serasi guna membangkitkan dan memelihara motivasi belajar pada siswa. Guru senantiasa berusaha agar siswa pada akhirnya mempunyai motivasi yang baik. 4) Berhasil atau tidaknya dalam menumbuhkan dan menggunakan motivasi dalam pengajaran erat kaitannya dengan pengaturan dalam kelas. 5) Asas motivasi menjadi salah satu bagian yang integral dari asas-asas mengajar. Penggunaan motivasi dalam mengajar tidak saja melengkapi prosedur mengajar, tetapi juga menjadi faktor yang menentukan pengajaran yang efektif. Dengan demikian, penggunaan asas motivasi sangat esensial dalam proses belajar mengajar. Dalam hal ini penulis dapat meyimpulkan bahwa motivasi belajar dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik akan menunjukkkan hasil yang baik. Dengan kata lain bahwa dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seorang yang belajar itu akan mendapat prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya. Motivasi belajar di sekolah dibedakan menjadi 2 bentuk yaitu: 1) Motivasi Intrinsik, yaitu kegiatan belajar dimulai dan diteruskan, berdasarkan penghayatan suatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktifitas belajar siswa. Motivasi ini tumbuh dari dalam diri anak sendiri oleh karena itu motivasi ini sering disebut motivasi murni atau motivasi yang sebenarnya. Misal: siswa yang tekun belajar karena ingin memperoleh ilmu pengetahuan. Meskipun dalam motivasi instrinsik ini siswa mempunyai kemandirian dalam belajar, tetapi guru tetap harus berusaha menjaga kondisi ini, terutama untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. 2) Motivasi Ekstrinsik, yaitu aktivitas belajar dan diteruskan berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar sendiri. Misal: siswa rajin belajar untuk memperoleh hadiah yang telah dijanjikan kalau berhasil baik. Namun demikan, motivasi belajar yang bersifat eksternal ini tidak selamanya tidak baik bagi siswa, tetapi tetap penting dan dibutuhkan oleh siswa karena keadaan siswa yang dinamis dan tidak selalu stabil. Di sini peranan guru sangat menentukan untuk memberi motivasi sehingga timbul dorongan belajarnya atau bahkan meningkat dengan adanya usaha guru tersebut. Dalam buku Pengalaman Motivasi Beragama dikutipkan bahwa setiap tingkah laku seseorang dipengaruhi 3 faktor yaitu : a) Faktor gerak atau dorongan secara spontan dan alamiah terjadi pada diri manusia. b) Faktor kekuatan manusia sebagai inti pusat kepribadian. c) Faktor situasi manusia atau lingkungan hidup. Dalam buku tersebut ditegaskan bahwa teori tingkah laku yang dimaksut masih sangat umum, dan monistis sebab tidak ada tempat untuk konfrontasi dengan dunia luar. Disamping hal diatas beberapa pendapat ahli psikologi dan pendidikan yang mengemukakan: 1) Menurut Arden N. Fandsen menyebutkan bahwa yang mendorong belajar itu ialah: (a) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang luas (b) Adanya sifat yang kreatif pada manusia yang selalu maju dan berkembang. (c) Keinginan untuk mendapat simpati orang tua, guru dan teman-temannya. (d) Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetisi. (e) Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman jika menguasai pelajaran . (f) Adanya ganjaran dan hukuman sebagai akhir dari belajar. 2) Thorndike melihat hubungan motivasi dan law of effect, dalam hukum belajar tersebut pembuatan belajar diulangi karena: (a) Interest, motivasi belajar karena tertarik akan pelajaran bagi diri. (b) Significance, pelajaran itu berguna bagi diri. (c) Improvement, tertarik pada usaha memperbaiki diri. (d) Problem attitude, karena mengalami problem dalam diri lalu ingin memperbaiki dengan jalan belajar. (e) Attentiveness, ingin ikut serta dalam hal yang dipelajari. e. Cara Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Mengupayakan agar motivasi belajar siswa lebih meningkat sangat penting artinya karena akan mempengaruhi kelangsungan kegiatan belajar mengajar. Tugas guru adalah memotivasi siswa untuk belajar, demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Kegiatan belajar akan tercipta apabila motivasi belajar yang ada di dalam diri siswa itu akan memperkuat ke arah tingkah laku tertentu (belajar). Adapun motivasi dapat ditumbuhkan dengan cara: 1) Membangkitkan suatu kebutuhan, yaitu kebutuhan untuk menghargai suatu keindahan, untuk mendapat penghargaan dan sebagainya. 2) Menghubungkannya dengan pengalaman-pengalaman yang lampau. 3) Memberikan kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik, knowing success like success atau mengetahui sukses yang diperoleh individu itu, sebab sukses akan menimbulkan rasa puas. Guru juga dapat menggunakan bermacam-macam motivasi agar siswa dapat belajar dengan baik. Adapun cara yang digunakan guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa antara lain: 1) Memberi angka Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa yang belajar untuk mencapai angka/nilai baik dan untuk itu berusaha segenap tenaga. Angka yang baik itu bagi mereka merupakan motivasi yang kuat. 2) Memberi hadiah / reward Hadiah memang dapat membangkitkan motivasi bila setiap orang mempunyai harapan untuk memperolehnya. 3) Menciptakan kompetisi Kompetisi atau saingan baik kompetensi yang bersifat individual maupun kelompok dapat digunakan sebagai alat untuk mendorong belajar siswa. 4) Menunjukkan pentingnya tugas Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras adalah sebagai salah satu bentuk motivasi belajar yang cukup penting. 5) Memberikan ulangan Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan, oleh karena itu memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. 6) Memberitahukan hasil yang telah dicapai Pekerjaan yang segera diketahui hasilnya akan membawa pengaruh yang besar bagi siswa untuk lebih giat lagi dalam belajar, apalagi kalau terjadi kemajuan, siswa akan bersemangat untuk belajar dengan harapan hasil dari belajarnya akan terus meningkat dan berhasil dengan baik. 7) Memberi pujian dan hukuman Siswa yang sukses dan berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, perlu di beri pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus motivasi yang baik. Dengan adanya pujian yang diberikan secara tepat akan memupuk suasana belajar yang menyenangkan dan menumbuhkan gairah belajar pada siswa. 8) Hukuman Hukuman sebagai reinforcement yang negatif kalau diberikan secara tepat dan bijak dapat menjadi alat motivasi. Oleh karena itu, guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman. 9) Menumbuhkan hasrat untuk belajar Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga akan menjadikan hasil yang lebih baik. 10) Minat Motivasi sangat erat kaitannya dengan unsur minat. Motivasi muncul karena ada kebutuhan dan minat adalah merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar akan berjalan lancar kalau disertai minat. Guru juga dapat mengembangkan motivasi belajar pada siswa di dalam kelas yaitu dengan cara: a) Motivasi tugas Motivasi tugas adalah motivasi yang ditimbulkan oleh tugas-tugas yang ditetapkan baik oleh guru maupun oleh siswa. Siswa yang memiliki motivasi tugas menunjukkan keterlibatan dan ketekunan yang tinggi dalam menyelesaikan tugas-tugas belajarnya. b) Motivasi aspirasi Motivasi aspirasi yang tinggi tumbuh dengan subur kalau siswa memiliki perasaan sukses. Perasaan gagal dapat meghancurkan aspirasi siswa dalam belajar. Oleh karena itu, konsep yang harus ditanamkan oleh guru kepada siswa adalah bahwa kesuksesan atau kegagalan itu ditentukan oleh sebuah usaha bukan oleh kemampuan atau kecerdasan. c) Motivasi afiliasi Motivasi afiliasi adalah dorongan untuk melaksanakan kegiatan belajar dengan sebaik-baiknya, karena ingin diterima dan diakui oleh orang lain. Dalam hal ini, guru di tuntut untuk memberikan perhatian penuh terhadap peningkatan usaha dan hasil belajar yang ditampilkan oleh siswa. d) Motivasi penguatan Motivasi ini dapat ditimbulkan melalui diagram kemajuan belajar siswa, memberikan komentar setiap kertas ulangan dan pemberian penghargaan. Guru hendaknya menjauhi pemahaman bahwa pemberian angka/nilai sebagai sumber utama dalam meningkatkan motivasi penguatan, karena menitikberatkan pada pemberian angka dalam memotivasi belajar siswa akan menimbulkan persaingan yang tidak sehat di dalam kelas. e) Motivasi yang diarahkan oleh diri sendiri Motivasi yang diarahkan oleh diri sendiri sangat berkesan dalam meningkatkan belajar siswa, karena siswa akan menunjukkan tingkah laku yang mandiri dalam belajar. Dengan demikian, guru hanya perlu memberikan pelayanan yang sesuai dengan tuntutan aktivitas belajar siswa. 2. Tinjauan Prestasi Dalam suatu teori motivasi yang dikemukakan oleh McCelland terpusat pada suatu kebutuhan yakni kebutuhan berprestasi. McCelland mengatakan bahwa manusia pada hakikatnya mempunyai kemampuan untuk berprestasi di atas kemampuan orang lain. Selanjutnya McCelland mengatakan bahwa setiap orang mempunyai keinginan untuk melakukan karya yang berprestasi atau yang lebih baik dari karya orang lain. Dalam pada itu McCelland mengatakan ada tiga kebutuhan manusia, yakni 1) kebutuhan untuk berprestasi, 2) kebutuhan untuk berafiliasi, 3) kebutuhan kekuasaan. Ketiga kebutuhan ini terbukti merupakan unsur-unsur yang amat penting dalam menentukan prestasi seseorang pekerja. Pendapat lain mengatakan bahwa suatu alasan karakteristik kepribadian anak yang bisa dan banyak dipengaruhi kemunculannya adalah dorongan prestasi pada anak, sebagaimana dikemukakan juga oleh Singgih D Gunarsa dalam bukunya yang berjudul (Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan keluarga), menyatakan: jadi dalam batas-batas tertentu dorongan berprestasi adalah suatu yang ada yang menjadi ciri-ciri kepribadian seorang anak, sesuatu mengenai apa yang ada dan dibawa dari lahir. Kemudian lanjutnya: sesuatu yang ditumbuhkan, dikembangkan, hasil dari mempelajari melalui interaksi dengan lingkungan. Beberapa pendekatan yang dapat membangkitkan aspirasi dan ambisi berprestasi pada anak, antara lain: a. Menanamkan cara bernalar aktif sedini mungkin pada anak. b. Biasakan anak belajar mandiri. c. Menciptakan lingkungan yang kondusif. d. Mengembangkan jiwa kompetitif pada anak. e. Mengembangkan rasa percaya diri anak. f. Mengembangkan mutu pergaulan pada anak. Selain pendekatan di atas ada juga faktor yang mempengaruhi belajar siswa: a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa (kecerdasan/inteligensi, sikap, bakat, minat dan motivasi). b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa. Dengan demikian, jelaslah bahwa banyak sekali cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Hanya yang penting bagi guru adanya bermacam-macam motivasi itu dapat dikembangkan dan diarahkan untuk dapat melahirkan hasil belajar yang bermakna. c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Faktor-faktor di atas sering berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain, sehingga karena pengaruh faktor-faktor di atas muncul siswa-siswa yang high-achievers (berprestasi tinggi) dan under-achievers (berprestasi rendah) atau gagal sama sekali. Untuk memperoleh hasil belajar anak yang optimal dan prestasi yang membanggakan, serta mendapatkan kecakapan yang benar-benar di butuhkan anak setelah melalui proses mengikuti sekolah dalam kehidupan nyata dalam masyarakat, sejak dini harus dikembangkan dan dibiasakan berpikir logis dan sistematis pada anak setiap melakukan kegiatan belajarnya. Metode berpikir logis dan sistematis juga dapat diartikan sebagai usaha penyusunan jalan pikiran yang terarah berdasarkan kaidah-kaidah pembenaran secara obyektif untuk mencari hakikat pengertian dari obyek yang dipelajari dalam suatu rangkaian pembentukan kecakapan. 3. Tinjauan tentang Bimbingan Konseling a. Pengertian Bimbingan Konseling Secara etimologis BK terdiri atas dua kata yaitu: bimbingan (guidance) dan konsling dari kata (counseling). Makna bimbingan guidance berarti bimbingan atau tuntunan atau pertolongan. Konseling merupakan prooses pertemuan tatap muka atau hubungan atau relasi timbal balik antara pembimbing (konselor) dengan klien siswa. Dalam proses pertemuan atau hubungan timbal balik tersebut terjadi dialog atau pembicaran yang disebut dengan wawancara konseling. b. Tujuan Bimbingan Konseling Menurut M. Hamdan Bakran Adz Dzaky merinci tujuan bimbingan dan konseling dalam Islam sebagai berikut: 1) Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan, dan kebersihan jiwa dan mental. 2) Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan kesopanan tingkah laku yang dapat memberikan manfaat baik pada diri sendiri, lingkungan keluarga, sekolah, atau madarasah, lingkungan kerja, maupun lingkungan sosial dan alam sekitarnya. 3) Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi (tasammukh), kesetiakawanan, tolong menolong dan kasih sayang. 4) Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga muncul dan berkembang keinginan berbuat taat kepada-Nya, ketulusan mematuhi perintah-Nya, serta ketabahan menerima ujian-Nya. 5) Untuk menghasilkan potensi Illahiyah, sehingga dengan potensi itu individu dapat melakukan tugas-tugasnya sebagai kholifah dengan baik dan benar, dapat dengan baik menanggulangi berbagai persoalan hidup, dan dapat memberikan kemanfaatan dan keselamatan bagi lingkunganya pada berbagai aspek kehidupan. Sedangkan menurut Cribbin tujuan BK adalah: 1) Pengembangan diri secara maksimal yaitu memberikan arahan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal. 2) Arah diri yang sepenuhnya yaitu siswa dirahkan pada sikap mental dan kehidupan yang lebih baik. 3) Memahami diri siswa diarahkan untuk bisa memahami kelebihan dan kekurangannya. 4) Membuat keputusan dan jabatan. 5) Penyesuaian yaitu siswa diarahkan untuk mampu menyesuaikan diri dengan lingkunganya. 6) Belajar yang optimum di sekolah. c. Fungsi BK 1) Fungsi Pencegahan Untuk mencegah timbulnya masalah pada diri siswa sehingga mereka terhindar dari berbagai masalah yang dapat menghambat perkembanganya. 2) Fungsi Pemahaman Dalam memberikan pemahaman tentang diri klien atau siswa beserta permasalahanya dan juga lingkunganya oleh klien itu sendiri dan oleh pihak-pihak yang membantunya (pembimbing). 3) Fungsi Penentasan Upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan melalui pelayanan bimbinghan dan konseling, pada hakekatnya meerupakan upaya pengentasan. 4) Fungsi Pemeliharaan. Menurut Prayitno dan Erman Amti (1999) fungsi pemeliharaan berarti memelihara segala sesuatu yang baik (positif) yang ada pada diri individu (siswa), baik hal itu merupakan pembawaan maupun hasil-hasil perkembangan yang telah dicapai. 5) Fungsi Penyaluran. Melalui fungsi ini pelayanan bimbingan dan konseling berupaya mengenali masing-masing siswa secara perorangan, selanjutnya memberikan bantuan menyalurkan ke arah kegiatan atau program yang dapat menunjang tercapainya perkembangan yang optimal. 6) Fungsi Penyesuaian. Membantu terciptanya penyesuaian antara siswa dengan lingkunganya. 7) Fungsi Pengembangan Dalam fungsi ini hal-hal yang sudah baik (positif) pada diri siswa dijaga agar tetap baik, dimantapkan dan dikembangkan. 8) Fungsi Perbaikan Fungsi ini siswa yang memiliki masalah yang mendapat prioritas untuk diberikan bantuan, sehingga diharapkan masalah yang dialami oleh siswa tidak terjadi lagi pada masa yang akan datang. 9) Fungsi Advokasi Fungsi ini adalah membantu peserta didik untuk memperoleh pembelaan atas hak dan atau kepentingan yang kurang mendapat perhatian . d. Asas-Asas Bimbingan Konseling 1) Rahasia yaitu menuntut dirahasiakan segenap data dan keterangan tentang peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketehui oleh orang lain. 2) Sukarela, yaitu menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan peserta didik (klien) dalam mengikuti layanan berupa kegiatan yang diperlukan baginya 3) Terbuka, yaitu menghendaki agar peserta didik yang menjadi sasaran layanan yang bersifat terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembagan dirinya. 4) Kegiatan, yaitu menghendaki agar peserta didik yang nenjadi sasaran layanan berpartisifasi secara aktif di dalam penyelenggaran layanan/kegiatan bimbingan. 5) Mandiri, yaitu menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling. 6) Kini, yaitu menghendaki agar obyek sasaran layanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan peserta didik klien dalam kondisinya sekarang. 7) Dinamis, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran layanan klien yang sama kehendaknya selalu bergerak maju, tidak menoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangan dari waktu ke waktu. 8) Terpadu, yaitu asas bimbingan yang konseling menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis dan terpadu. 9) Harmonis, yaitu menghendaki agar segenap layanan kegiatan bimbingan dan konseling berdasarkan pada nilai norma yang ada. 10) Ahli, yaitu menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. 11) Alih tangan kasus, yaitu menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. 12) Tut Wuri Handayani, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana yang mengayomi, mengembangan keteladanan, memberikan rangsangan dan dorongan serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada perserta didik (klien) untuk maju. F. Metode Penelitian Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Jenis Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di MTs YAKETUNIS KOTA YOGYAKARTA, oleh karena itu penelitian ini digolongkan dalam penelitian lapangan dimana yang menjadi obyeknya adalah tentang motivasi siswa MTs YAKETUNIS KOYA YOGYAKARTA terhadap prestasi belajar siswa. 2. Metode Penentuan Subyek Metode penentuan subyek sering disebut sebagai metode penentuan sumber data. Maksud dari sumber data penelitian adalah subyek dari mana data itu diperoleh. Subyek penelitian ini adalah guru BK dan siswa MTs YAKETUNIS KOTA YOGYAKARTA, yang menekankan obyek penelitian tentang motivasi belajar siswa, maka secara operasional penelitian ini membutuhkan metode penentuan subyek yaitu penelitian dengan purposive sampling, yaitu untuk menjaring sebanyak mungkin informasi yang dijadikan dasar bagi rancangan dan teori yang muncul. Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah : a. Kepala MTs YAKETUNIS KOTA YOGYAKARTA b. Satu Guru BK MTs YAKETUNIS KOTA YOGYAKARTA c. Delapan Siswa kelas VIII MTs YAKETUNIS KOTA YOGYAKARTA 3. Pendekatan Penelitian Adapun pendekatan penelitian yang digunakan peneliti adalah pendekatan psikologi pendidikan karena motivasi merupakan salah satu dari faktor psikologis yang dapat memberi landasan dan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan belajar. Motivasi juga sangat erat kaitannya dengan minat yang ada dalam keadaan psikis anak didik. Peneliti akan membahas tentang motivasi belajar pada siswa di MTs YAKETUNIS. 4. Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang cukup dan jelas sesuai dengan permasalahan penelitian, peneliti menggunakan metode pengumpulan data yaitu meliputi : a. Metode Observasi Metode observasi dalam pengumpulan data dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang ada dalam objek yang akan diteliti (diselidiki). Penulis melakukan pengamatan secara langsung untuk mendapatkan data yang diperlukan. Dalam penelitian ini metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data antara lain : 1) Mengamati kegiatan guru dan siswa, baik di dalam proses belajar mengajar maupun di luar kegiatan pembelajaran. 2) Mengamati lokasi penelitian dan lingkungan yang sekitar MTs YAKETUNIS untuk mendapat data tentang gambaran umum lokasi penelitian. 3) Mengamati sarana prasarana yang menunjang pada proses pembelajaran serta hal-hal lain yang relevan dengan penelitian ini. b. Metode Interview / Wawancara Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan data dan informasi yang dilakukan dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan dibandingkan dengan tujuan penelitian. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang latar belakang sejarah berdirinya dan perkembangan sekolah serta untuk mendapatkan informasi tentang usaha-usaha guru BK dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Dalam hal ini yang menjadi responden adalah pengurus yayasan, kepala sekolah, dan guru BK MTs YAKETUNIS KOTA YOKYAKARTA. c. Metode Dokumentasi Metode ini merupakan pengambilan data berdasarkan dokumentasi yang dalam arti sempit berarti kumpulan data verbal dalam bentuk tulisan. Penulis mengunakan metode dokumentasi untuk mendapatkan data tentang letak geografis, jumlah guru dan karyawan, keadaan siswa dan keadaan sarana prasarana. 5. Metode Analisis Data Setelah data terkumpul, untuk selanjutnya data tersebut diklasifikasikan dan dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif analitik, yaitu metode yang digunakan untuk suatu data yang terkumpul, kemudian disusun, dijelaskan dan dianalisa. a. Deskriptif analitik non statistik, analisis ini menggunakan data yang bersifat kualitatif yaitu data dianalisis dengan menggunakan metode pembahasan : 1) Induktif : yaitu cara berpikir dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa yang konkrit, kemudian ditarik generalisasi yang mempunyai sifat umum. Metode ini dipakai untuk menganalisa data khusus yang mempunyai persamaan sehingga menjadi suatu kesimpulan. 2) Deduktif : yaitu cara-cara berpikir untuk mengambil kesimpulan dengan berangkat dari hal atau peristiwa yang umum menuju pada hal yang khusus. Di samping itu analisis data juga disebut proses pengorganisasian dan mengurutkan data kedalam pola, kategori dan satuan dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Dalam rangka menganalisis data-data yang diperoleh dari hasil penelitian, maka di sini diterapkan metode analisis data kualitatif. Dalam analisis data tersebut digunakan teknik analisis deskriptif kualitatif yaitu analisis data yang memberikan predikat pada variable yang diteliti sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Sedangkan analisis data dari hasil penelitian ini, dilakukan berdasar analisis deskriptif, sebagaimana yang dikembangkan oleh Mile dan Huberman. Analisis tersebut terdiri dari tiga alur analisis yang berinteraksi yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. a. Reduksi Data Reduksi data yaitu proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data kasar, yang muncul dari catatan-catatan tertulis dari lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menggolongkan, mengarahkan dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga dapat ditarik kesimpulan data verifikasi. b. Penyajian Data Penyajian data disini dibatasi sebagai sekumpulan informasi yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data dalam skripsi ini merupakan penggambaran seluruh informasi tentang bagaimana upaya yang dilekukan guru BK untuk menumbuhkan motivasi belajar siswanya. c. Penarikan Kesimpulan Dari kumpulan makna setiap kategori, penulis berusaha mencari esensi dari setiap tema yang disajikan dalam teks naratif yang berupa fokus penelitian. Setelah analisis dilakukan, maka penulis dapat menyimpulkan hasil penelitian yang menjawab rumusan masalah yang telah ditetapkan oleh penulis. Dari hasil pengolahan dan penganalisisan data ini kemudian diberi interpretasi terhadap masalah yang pada akhirnya digunakan penulis sebagai dasar untuk menarik kesimpulan. G. Sistematika Pembahasan Sistematika penyusunan skripsi ini diuraikan dalam bentuk bab yang berdiri sendiri namun saling berhubungan antara bab satu dengan bab lainnya dan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Dari masing-masing bab tersebut terbagi menjadi beberapa sub bab yang saling berhubungan. Dengan cara demikian diharapkan akan terbentuk suatu sistem penulisan yang mana akan terlihat suatu sistem yang runtut. Untuk lebih memudahkan pemahaman tentang masalah yang ada dalam skripsi ini maka penulis membuat sistematikanya sebagai berikut : Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian D. Telaah Pustaka. E. Landasan Teori F. Metode Penelitian G. Sistematika Pembahasan Bab II Gambaran Umum MTs YAKETUNIS Danonetaran Mantrijeron Yogyakarta A. Letak Geografis B. Sejarah Singkat Berdirinya C. Struktur Organisasi D. Kurikulum E. Keadaan Guru dan Siswa F. Sarana dan Prasarana. Bab III UPAYA GURU BK DALAM MENINGKATKAN MOTIFASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI MTS YAKETUNIS, YOGYAKARTA. Dalam bab ketiga ini berisi tentang kegiatan guru BK dalam meningkatkan motivasi belajar pada siswa di MTs YAKETUNIS Yogyakarta, yang terdiri atas : a. pembahasan tentang pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada bidang studi bimbingan konsling. b. motivasi belajar siswa pada bidang studi belajar. c. peningkatan motivasi belajar siswa pada bidang studi oleh guru BK. d. hasil upaya guru bimbingan konsling dalam meningkatkan motivasi belajar siswa MTS YAKETUNIS Yogyakarta. Bab IV Penutup A. Kesimpulan B. Saran-saran C. Kata Penutup Daftar Pustaka Daftar Riwayat Hidup Lampiran-Lampiran DAFTAR PUSTAKA A.M Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Ali Usman M. 1989. Hadits Qudsi Pola Pengembangan Akhlah Muslim. Bandung : CV Diponegoro Arikunto Suharsimi. 1990. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Arikunto Suharsimi. 1991. Prosedur Penelitian Menurut Pendekatan Praktis. Jakarta : Rineka Cipta Barnadib Imam. 1988. Dasar-Dasar Pendidikan Perbandingan. Yogyakarta : Institut Press Dirganuarsa Singgih. 1978. Pengantar Psikologi. Jakarta : Mutiara Internet, situs.www.google.com Kuntjaraningrat. 1997. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia, Pustaka Utama. Meles Metew B. Dkk. 1993. dkk., Analisa Data Kualitatif. Jakarta : UI-Press Mulyasa E. 2003. Manejemen Berbasis Sekolah. Bandung : Remaja Rosdakarya Nasution,S. 1986. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Bandung : Jemmars Partanto Pius A. dan M. Dahlan Al Barry. 1994. Kamus Ilmiah Populer . Surabaya : Arloka Pasal 1 Undang Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) Dan Penjelasannya Pasaribu I.L. dan B. Simanjuntak. 1989. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Tarsito. Poerwodarminto W.J.S.1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Rahman Abror Abd. 1993. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Tiara Wacana Rahman Hibana S. Bimbingan dan Konseling Pola 17, Sudjana, Nana. CBSA dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Surya Hendra. 2003. Kiat Anak Belajar dan Berprestasi. Jakarta : Elex Media Komputindo Suryabrata Sumardi. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rajawali Syakur Nico. 1988. Pengalaman dan Motivasi Beragama. Yogyakarta : Kanisius Syukur Dister Nico. 1982. Pengalaman dan Motivasi Beragama. Jakarta : Leppanas Tabrani R A. 1994. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Rosdakarya. Tauhied H. Abu dan Drs. H. Mangun Budiyanto. 1990. Beberapa Aspek Pendidikan Islam. Yogyakarta : Sekretariat Ketua Jurusan Fakultas Tarbiyah Tim Penyusun Pusat dan Pengembangan Bahasa. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia . Jakarta : Balai Pustaka. Tohirin. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan di Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta : PT Raja Grapindo Persada. Winkel WS. 1978. Psikologi pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta : PT Gramedia Winkel,W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Gramedia Yusuf Syamsu & A. Juntika Nurihsan. 2006. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar