Selasa, 06 Desember 2011

tugas pengganti kuliah resume buku


RESUME TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas pengganti kuliah
mata kuliah Teknologi Pendidikan
Dosen Pengampu: Sigit Purnomo



E:\logo-uin-suka-baru-warna.jpg














Disusun Oleh:
Eko Wahyudi      (08470184)

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALI JAGA
YOGYAKARTA
2011

C. PERSEPSI DAN BELAJAR

A. Pengertian persepsi
1.      Konsep Dasar Persepsi
Persepsi adalah awal dari segala macam kegiatan belajar yang bisa terjadi pada setiap kesempatan, disengaja atau tidak . Menurut Fleming dan Levie mempercayai persepsi sebagai suatu proses penerimaan informasi yang rumit, yang diterima atau diakstraksi manusia dari lingkungan. Persepsi termasuk penggunaan indra manusia.
2.      Persepsi visual
Secara khusus, Riebe 1994 menyatakan pentingnya persepsi visual sangat berperan karena proses ini menunjukkan kemamuan-kemampuan  seseorang untuk mengikuti, menyadari, menyerap arti, atau makan dari tampilan visual disekitarnya secara selektif.
B. Prinsip Dasar Persepsi
Beberapa prinsip dasar persepsi yang penting diketahui yaitu (Fleming and Levie, 1978):
1. Persepsi bersifat relatif
2. Persepsi bersifat selektif
3. Persepsi dapat diatur
4. Persepsi bersifat subyektif
5. Persepsi seseorang atau kelompok berfariasi.
C. Peranan Persepsi
Persepsi sdalam belajara berpengaruh terhadap:
·        Daya ingat
·        Pembentukan konsep
·        Pembinaan sikap
D. ORGANISASI BELAJAR: REDEVINISI dan IMPLEMENTASINYA dalam MANAJEMEN
1.  Pendahuluan
Menjawab tantangan persaingan bisnis dalam era globalisasi dan liberalisasi, setiap perusahaan dituntut untuk memiliki keunggulan kompetitif untuk mengelola pengetahuan melalui proses belajar. Pada taun 190-an, organisasi belajar membekali organsisasi perusahaan dengan basis pengetahuan dalam rangka memenangkan persingan.

2. Mengapa organisasi belajar?
Yusuf Adi Miarso mengemukakan beberapa alasan:
a. Mengandalkan tenaga kerja yang terdidik.
b.Mengembangkan organisasi yang lebih berorientasi pada lingkungan dan gerakan masyarakat informasi.
c. Organsisasi lebih banyak memerlukan tenaga kerja yang berpengetahuan.
3.  Definisi dan Karakteristik Organisasi Belajar.
a. Bepikir sistem
b.Penguasaan pribadi.
c. Pola mental.
d.Visi bersama
e. Belajar beregu.
4.      Manfaat Organisasi Belajar bagi Manajemen
Ditinjau dari perkembangan manajemen kontemporer, maka organnisasi belajar secara konseptual turut memberikan kontribusi bagi manajemen.
Tahun 1980-an, Organisasi belajar lebih memperkenalkan kepada Total Quality Manajemenb yang menekankan pada perbaikan mutu yang berkesinambungan, kemudian pada tahun 1990-an, Reengineering Benchmarking yang bertujuan untuk perbaikan manajemen bisnis.
5.      Kendala Implementasi Organisasi Belajar dalam Manajemen
Lahteenmaki (1999) menyampaikan beberapa kritik terhadap konsep organisasi belajar yaitu:
a. Ketiadaan klarifikasi dan multiplisitas dari devinisi
b.Ketiadaan eksplanasi yang rinci tentang implementasi sistem organisasi belajar
c. Ketiadaan eksplanasi bagaimana mengintegrasikan sistem organisasi belajar.
Kegagalan yang disebabkan oleh organisasi belajar yang menurut hasil penelitian Lahteenmaki (1999) antara lain:
a.  Kurang mempertimbangkan perasaan ketidak pastian dan kecemasan dari kariawan dalam menghadapi persaingan dan perubahan lingkungan.
b.Situasi pekerjaan yang kurang keperdayaan
c.       Kurang umpan balik, motivasi, diskusi, dan pemberdayaan.
d.      Kurang memberikan tanggungjawab bagi seluruh kariawan untuk belajar.
e.       Tidak ada keterkaitan antara organisasi belajar dan strategi SDM.

6.      Organisasi dan Pengembangan
Gilley dan Maycunich (2000) dalam beyond the learning Organization mengajukan alternatif strategi sebagai evolusi dari Organisasi tradisional, Organisasi belajar, dan akhirnya sampai ke Organisasi perkembangan.
Organisasi belajar ditentukan oleh 2 variable yang penting yaitu:
1.Penekanan pada pertumbuhan dan perkembangan kariawan.
2.Dampak pada perbaruan Organisasi belajar dan kesiapan kompetitif.
7.      Strategi Implementasi Organisasi Belajar dan Pengembangan
Swanson dan Holton (2001) menyimpulkan organisasi belajar sebagai strategi untuk meningkatkan kinerja dipengaruhi oleh faktor belajar, faktor organisasi belajar, dan faktor inovasi, sebagai berikut:
*      Belajar, khususnya perbaikan belajar pada level tim dan organisasi akan meningkatkan inovasi organisasi.
*      Penerimaan strategi organisasi belajar yang sesuai bagi organisasi untuk memasuki pasar dimana inovasi menjadi penggerak kinerja pokok (key performanci driver).
*      Inovasi diharapkan menghasilkan peerbaikan hasil kinerja (performance oucome) yang akan meningkatkan keunggulan kompetitif organisasi.
Watkins dan Marsick dalam Swanson dan Holton (2001) menyarankan bahwa belajar sebagai proses yang berkelanjutan dan menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, keyakinan, dan perilaku.
Maka diperlukan 6 imperatif yang menyerupai 5 disiplin dari Senge yaitu:
1. Menciptakan kesempatan untuk belajar berkelanjutan.
2. Meningkatkan dialog dan penemuan inovatif.
3. Mendorong kolaborasi/kemitraan dan belajar tim.
4. Menyusun sistem untuk terjadinya belajar bersama.
5. Memberdayakan tenaga kerja menuju visi bersama.
6. Membuka hubungan organisasi dengan lingkungannya.
Peran dan tanggungjawab pemimpin menjadi kunci keberhasilan bagi implementasi organisasi belajar dalam manajemen perusahaan. Pada dasarnya belajar merupakan tanggungjawab semua pihak, tetapi pemimpin dapat memberikan bantuan dengan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk mendorong pembelajaran bagi seluruh kariawan.
Untuk menjamin keberhasilan terjadinya transformasi menuju organisasi yang mampu belajara dan berkembang, maka semua pihak dalam organisasi memiliki peran dan tanggungjawab yang sangat penting, mulai dari manajer puncak, manajer lini, sampai dengan kariawan. Manajer puncak perlu memberikan pedoman dan arahan mengenai perubahan, manajer lini membentuk komitmen, mengembangkan struktur dan sistem dan mengupayakan perubahan yang permanen, sedangkan kariawan berupaya memahami visi dan memotivasi diri untuk perubahan.
8.                        Simpulan
Pembelajaran merupakan salah satu faktor yang mendukung perusahaan agar mampu beradabtasi terhadap perubahan lingkungan dan mencapai keunggulan kompetitif melalui peningkatan intlegensi organisasi. Organisasi belajar dapat diimplementasikan untuk perbaikan strategi manajemen dan meningkatkan  efektivitas kinerja, walaupun dalam implementasinya masih ditemukan kendala-kendala seperti keengganan manajemen menerapkan organisasi belajar, keterbatasan sumber daya, dan dana, setrta teknologi informasi. Selain itu kesadaran akan pentingnya belajar masih kurang dan waktu yang terbatas serta komitmen manajemen puncak merupakan kendala menerapkan organisasi belajar di perusahaan.
Untuk mengimplementasikan organsisai belajar dan pengembangan  diperlukan adanya komitmen untuk perubahan yang didukung kepemimpinan yang efektif dan bersikap melayani. Para kariawan juga perlu di dukung untuk memotivasi diri agar dapatdan mau belajar serta tumbuh dan berkembang. Melalui organisasi belajar akan dihasilkan manajer dan kariawan yang memiliki motivasi dan kompetensi tinggi serta berorientasi pada pelanggan, sehingga pada gilirannya mendukung peningkatan kinerja perusahaan.
Kemajuan teknologi informasi canggih khususnya yang berbasis elektronik untuk mengelola pengetahuan dalam organisasi perlu dimanfaatkan secara optimal. Pemanfaat teknologi informasi untuk pengelolaan pengetahuan dalam konteks organisasi belajar dan pengembangan dapat dilakukan antara lain:
a.  Membangun e-literacy dari seluruh kariawan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman akan pentingnya pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.
b. Aplikasi teknologi informasi secara online system dengan menggunakan intranet yang memberikan kemudahan untuk berbagi informasi ke seluruh kariawan.
c. Guna mendukun economic and business literacy kepada seluruh kariawan dan mengomunikasikan visi dan sasaran bisnis perusahaan secara efektif agar dapat belajar membuat keputusan yang lebih baik.
d.Untuk lebih mendaya gunakn fungsi-fungsi organisasi belajar dan pengembangan dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi manajemen perusahaan.
e. Kebijakan manajemen yang menerapkan teknologi informasi untuk komunikasi perlu disosialisasikan kepada seluruh kariawan.

E BRAIN-BASED SCAFFOLDED, INSTUCTION: SEBUAH PENDEKATAN INTEGRATIF DALAM PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBANTUAN KOMPUTER
            Pembelajaran dewasa ini menghadapi dua tantangan. Tantangan yang pertama datang dari adanya perubahan persepsi tentang belajar itu sendiri. Tantangan kedua datang dari adanya teknologi informasi yang berkembang sangat luas. Konstruktivisme padadasarnya telah menjawab tantangan-tantangan yang datang.
            Pembaruan teori belajar melalui nation konstruktivisme adanya kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi keduanya berjalan saling memperkuat. Gagasan dan prisip-prinsip yang ada pada nation konstruktivisme ini memiliki implikasi yang begitu eksplisit tentang perlunya lingkugan belajar yang didukung oleh teknologi. Pemanfaatan teknologi yang tidak tepat maka akan menghasilkan lingkungan belajar yang tidak produktif, belajar akan terjadi secara optimal bila dilakukan alignment antara teknologi yang digunakan dan pemrosesan informasi di otak.
1. Model Pembelajaran Berbantuan Komputer
Model pembelajaran gagne didasarkan pada hierarki keterampilan yang di organisasikan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Prinsip-prinsip yang dapat digunakan dalam mengembangkan pembelajaran ini:
(1.    Rancangan instruksional harus memperhatikan aspek pengalaman dan konteks yang dapat menarik minat dan kemampuan belajar setiap pembelajar.
(2.    Rancangan instruksional harus terstruktur sehingga mudah dicerna.
(3.    Rancangan instruksional harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat memfasilitasi proses ekstrapolasi.
Pembelajaran berbantuan komputer akan mampu menciptakan lingkungan belajar yang bersifat adaptif baik terhadap tingkat pemahaman awal maupun terhadap preferensi belajar setiap pembelajar.
2.      Brain Based Scaffolded Instruction
Brain based scafolded instruction ini dirancang terdiri dari:
(1.    Belajar memerlukan kesiapan pembelajar dalam menerima informasi-informasi baru disamping diperlukannya lingkungan belajar yang kondusif.
(2.    Menyediakan opsi-opsi belajar yang beragam yang tidak saja memungkinkan pembelajar menarik hubungan antara pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya dengan informasi baru, lebih dari itu mampu mengakomodasi learning prefences yang ada pada setiap individu pembelajar.
(3.    Menyediakan kemudahan belajar secara sekuensial baik melalui proses yang terbiming maupun belajar secara mandiri.
(4.    Menyediakan berbagai tugas-tugas yang menantang dan bersifat ill problem sehingga diharapkan mampu menumbuhkan kreativitas dalam memecahkan berbagai masalah yang bersifat kontekstual.
F. ORGANISASI BELAJAR: KONSEP, ASUMSI, TIPOLOGI, DAN KOMPETENSI
a. Konsep Organisasi Belajar
Pembelajaran organisasi mengajarkan kemampuan untuk menghasilkan dan menggeneralisasikan gagasan baru dengan kuat. Dekapan asumsi tentang organisasi belajar:
1.Organisasi belajar tidak hanya memfokuskan pada belajar tapi juga memenuhi tujuan.
2.Oganisasi mengikuti sebuah logika sistem.
3.Pembelajaran organisasi berkaitan dengan pembelajaran individu.
4.Pembelajaan merupakan rangkaian kesatuan, mulai dari yang dangkal, sampai pada hal yang substansial.
5.Pembelajaran datang lewat kegagalan-kegagalan kecil.
6.Pembelajaran sering mengikuti serangkaian proses yang dapat diprediksi.
7.Organisasi belajar melalui dua sumber dasar yaitu pengalaman langsung dan pengalaman orang lain.
8.Organisasi belajar untuk mencapai dua tujuan yaitu mengeksplorasi lingkungan baru atau mengeksploitasi kesempatan yang ada.
b. Tipologi Gaya Belajar Organisasi
Gaya pemelajaran dasar yang sudah di identifikasi secara empiris yaitu eksperimentasi, akuisisi kompetensim, benchmarking, dan perbaikan terus-menerus. Tipologi ini menggabungkan dimensi pengalaman langsung dengan pengalaman orang lain dan juga eksplorasi dengan eksploitasi.
c.Kompetensi pada Organisasi Belajar.
Steven Ten Have menyatakan bahwa manajemen pengetahuan yang berhasil dalam organisasi memerlukan 4 kompetensi pembelajaran untuk mengelola arus pengetahuan dalam sebuah organisasi yaitu:
·  Penyerapan pengetahuan dari luar.
·  Penyebaran pengetahuan ke dalam
·  Penciptaan pengetahuan di dalam
·  Eksploitasi pengetahuan dalam produk dan jasa.
D. PEMERATAAN HASIL BELAJAR
1. Fenomena Belajar Mandiri.                 
Belajar mandiri merupakan salah satu model yang diterapkan di kelas konvensional.
Moel belajar mandiri terdiri dari tiga model:
a.       Sistem belajar terbuka (SBT), sistem belajar ini merupakan proses belajar mandiri yang dirancang tanpa mengindahkan prasyarat umum dan akademik seperti batasan usia, pendidikan sebelumnya, seperti layaknya belajar di kelas konvensional.
b.      Belajara jarak jauh (BJJ), antara dan penyaji materi terpisah oleh jarak, sehingga perlu ada upaya tertentu untuk mengatasinya.
c.       Belajar mandiri di organisasi: Flexible learning dan belajar berasas sumber yang merupakan proses belajar yang memanfaatkan sumber belajar yang tersedia sebagaimana dibutuhkan oleh peserta didik.
Proses belajar mandiri mengubah peran guru atau instruktur menjadi fasilitator atau perancang proses belajar.

A.E-LEARNING UNTUK PENDIDIKAN KHUSUSNYA PENDIDIKAN JARAK JAUH DAN APLIKASINYA DI INDONESIA
E-learning merupakan suatu teknologi informasi yang relatif baru di Indonesia.E-learning terdiri dari dua bagian yaitu E yang merupakan singkatan dari elektronik dan learning yang merupakan pembelajaran.
Penggunaan teknologi E-learning sebenarnya bisa diipakai untuk pendidikan tatap muka atau pendidikan jarak jauh tergantung dari kepentingannya.

Satu hal yang perlu diperhatikan sebelum seseorang memanfaatkan internet untuk pembelajaran yaitu melakukan analisis kelayakan untuk menjawab apakah memang memerlukan E-learning.
Penggunaan E-learning dalam pembelajaran telah disiapkan secara baik dan kualitas penyelenggaraannya juga baik, masyarakat belum bisa menerimanya karena mereka menganggap cara-cara pendidikan konvensional dianggap lebih baik. Untuk itu selalu   diperhatikan masalah akuntabilitas dalam menggunakan teknologi informasi tersebut.
B. PERANAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN DALAM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
1. Perlunya perubahan paradikma pendidikan luar sekolah
Bagi negara maju, dan negara berkembang tertentu perkembangan ilmu, pengetahuan dan teknologi serta sistem informasi yang begitu pesat mendorong paksa berbagai aspek “suprasistem sosialnya”, khususnya sistem pendidikannya untuk mengubah visi, misi, dan strateginya secara revolusioner. Revolusi pendidikan berarti secara totalitas menjabarkan konsep teknologi pendidikan (TP) dalam berbagai bentuk dan tingkatan implementasinya, sehingga efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya yang ketersediaannya sangat terbatas dapat tercapai, dan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dapat disediakan. Di Hungaria, perkembangan implementasi TP pada jalur sekolah dan luar sekolah dibedakan menjadi dua tahap evolusi yaitu. Yang pertama dekade dimana suplementasi pendidikan terhadap pendidikan sekolah terjadi dengan sangatt cepat, hal ini dipahami sebagai bentuk kontribusi pendidikan luar sekolah (PLS). Yang kedua ditandai dengan melemahnya peran sekolah formal dan membesarnya partisipasi pada pendidikan nonreguler yang mempunyai peserta belajar lebih banyak daripada jumlah peserta yang terdaftar di sekolah
Dilihat d ari karakteristik TP dan PLS ternyata cukup banyak persamaan antar keduanya dan terbukti secara empirik bahwa PLS meerupakan salah satu bentuk implementasi dari konsep TP.
Komponen pendidikan
Teknologi Pendidikan
Pendidikan Luar Sekolah
1.Persepsi terhadap sasaran didik
1.                                                            ada dua kelompok:
a. individu yang memiliki waktu penuh untuk belajar.
b. indivudu yang memiliki waktu belajar terbatas
2. individu yang:
a. mandiri dan potensial
b. mampu dan lebih efektif dalam belajar mandiri.
c. unik yang berbeda satu dengan lainnya
a. induvidu
1. individu yang:
a. sebagian besar waktunya untuk bekerja.
b. mampu mengatur diri
c. mampu dan lebih senang belajar mandiri
d. tidak suka diintervensi dalam menentukan waktu belajarnya
2. metode pembelajaran yang tepat
Mengutamakan metode-metode non-konvensional, antara lain: belajar mandiri, belajar kelompok/ diskusi, belajar jarak jauh.
Karena kesibukannya, maka belajar mandiri, kelompok diskusi, jarak jauh dan studi kasus lebih tepat digunakan
3. sumber belajar
1.      berbentuk media pendidikan .
2.      disusun berdasarkan karakteristik peserta didik
Mengutamakan media pendidikan , seperti tv, radio,dll
4.Tenaga pendidik
Guru adalah tutor yang berfungsi sebagai pembimbing
Tutor dan instruktur yang berfungsi sebagai: pembimbing , pembina, motivator.
5. tempat belajar
Sangat fleksibel: bisa disekolah dan diluar sekolah
Sangat fleksibel: bisa dalam setting sekolah bisa dimana saja
6. waktu belajar
Sangat fleksibel: karena menekankan pada belajar mandiri dengan media pendidikan
Sangat fleksibel: sesuai dengan kesepakatan dan kesiapan belajar
7. lama belajar
Menganut teoti belajar tuntas
Menganut teori mastery learning: tidak terpaku pada batas waktu yang kaku


8. Penilaian hasil belajar
1.keterlibatan peserta belajar dalam penilaian sangat besar.
2. menekankan pada penilaian oleh peserta belajar
2. menekankan pada penilaian oleh peserta sendiri

II. Kontribusi PLS dalam pengembangan pendidikan nasional / SDM
Di Indonesia, PLS memiliki sejarah yang sangat panjang dan sejalan dengan sejarah tersebut nama PLS berubah-ubah terus. Sejak PLS dinamai pendidikan masyarakat, kemudian berubah menjadi PLS dan sekarang dinamai Pendidikan Nonformal. Sesuai dengan fungsi PLS yaitu sebagai, suplemen, dan komplemen pendidikan sekolah, PLS mempunyai cakupan garapan yang sangat luas.
Secara umum, manfaat PLS antara lain ialah:
1.      Mempercepat program wajib belajar pendidikan dasar.
2.      Memperluas dan menciptakan lapangan kerja.
3.      Terhadap jalur sekolah dapat menjadi suplemen, komplemen, dan subtitusinya.
4.      Menyiapkan tenaga kerja terampil dan siap kerja.
5.      Membentuk manusia mandiri dan percaya diri.
6.      Mencegah urbanisasi.
7.      Memberantas buta huruf.
III. Masalah Implementasi TP dalam PLS
·                                Pemanfaatan media massa
Media massa khususnya TV dan media cetak menstinya lebih banyak atau dapat dimanfaatkan untuk program-program pendidikan, namun kenyataannya media massa tersebut lebih banyak didominasi oleh tayangan dan gambar tentang kekerasan, mudahnya memperoleh narkoba, dan lain-lain.
·                                Tutorial
Tutorial merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat tua dan sudah dilakukan sejak zaman Yunani dan Romawi. Belajar pada jalur PLS lebih menekankan pada peran belajar tutorial, kelompok, dan mandiri sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan secara konseptual sangat positif. Namun karena tutor bukan seseorang yang khusus, didik sebagai tutor akan tetapi guru yang merangkap tutor sehingga kemampuannya terbatas. Dengan demikian dalam PLS sebagian besar tutor belum memenuhi kualivikasi teknis sebagai tutor yang berdampak pada metode yang digunakannya.
·                                Pengembangan program kurang memadai
Pengembangan kualitas dan kuantitas program PLS masih sangat terbatas hal ini terjadi karena desain program dan ketentuan lainnya masih tetap sama seperti dulu sehingga semakin tidak menarik minat masyarakat karena tidak sesuai dengan perkembangan kebutuhan masyarakat dan perkembangan berbagai faktor yang terkait denga kedua program tersebut.
·                                Anggaran PLS
PLS dalam hal ini sangat memerlukan SDM pengelola yang handal dan anggaran PLS yang layak, karena sejak tahun 1994 anggaran PLS sangat minim, sehingga tidak memungkinkan untuk dapat memberikan kontribusi yang optimal seperti yang diharapkan.

C. MENGENALI ARTI, FUNGSI, DAN MANFAAT TELEMATIKA

1.      arti telematika
Merucuk pada penggunaan dikalangan masarakat telematika Indonesia (mastel), telematika berarti paduan atau pembauran (konvergensi) antara teknology informasi, teknology telekomunikasi, termasuk siaran radio maupun televisi dan multimedia.

2. Fungsi telematika
Fungsi pertama yaitu penyampaian informasi, maka melalui komunikasi orang menjadi lebih berpengetahuan karena bertambahnya perbendaharaan informasi, menjadi lebih pintar.
Fungsi kedua berkomunikasi adalah sebagai sarana kontak sosial dalam hidup bermasarakat.
Fungsi ketiga teknology akan menimbulkan perubahan-perubahan struktural dalam masarakat.
3. manfaat telekomunikasi
4. Dampak penggunaan sarana telematika pada masarakat
Manfaat akibat penggunaan sarana telematika bukan hanya terdapat pada pihak-pihak yang berkomunikasi, tetapi meluas pada masarakat sekitarnya, karena tujuan komunikasi itu juga termasuk untuk menunjang kemajuan masarakat pada umumnya. Sevcara umum kemudahan komunikasi akann meningkatkan kinerja usaha, menghemat biaya, dan memperbaiki kualitas produk, tetapi masarakat juga mendapat manfaat ekonomis dan peningkatan kualitas hidup.
Menjawab kebutuhan pendidikan nasional
Perluasan akses pendidikan dan peningkatan kualitas SDM
Dalam umurnya yang hampir 20 tahun, Universitas terbuka telah membuktikan bahwa sistem pendidikan jarak jauh sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional, mampu menyediakan akses pendidikan berkualitas bagi mahasiswa yang tersebar di seluruh Indonesia.
Pada awal UT di dirikan persepsi masyarakat terhadap UT pada khususnya, dan sistem pendidikan jarak jauh pada umumnya, tidak selalu positif. Bahkan ada akademisi yang mempertanyakan faliditas SPJJ sebagai sistem pendidikan, karena beranggapan bahwa SPJJ hanya berguna untuk pembelajaran tingkat kognitif dasar seperti mengingat atau menghafal.
      Melalui mahasiswa yang memperoleh akses pendidikan tingkat melalui UT dan alumni, hasil yang diperoleh dampaknya akan mempengaruhi lingkungan yang lebih luas, tidak terbatas hanya pada peningkatan kualitas dari alumni saja, tetapi juga pada perkembangan masyarakat sekitarnya.
Universitas Terbuka dan Persatuan Nasional
Disamping memperluas akses pendidikan tinggi, UT juga mempunyai satu kontribusi yang unik yaitu menciptakan sense of belonging secara nasional dalam diri  masyarakat yang sedang dan pernah mengikuti pendidikan di UT, juga bagi pengelola program UT di seluruh Propinsi Indonesia.
Otonomi Daerah yang dengan sistem desentralisasi dan dekonsentrasi yang diberlakukan di Indonesia saat ini, membawa berkah berupa pemberdayaan daerah, sekaligus bibit disintregasi bangsa yang berbahaya.
Program pendidikan UT diikuti oleh mahasiswa yang tersebar dari Aceh sampai Papua. Melalui 33 kantor UPBJJ di seluruh provinsi, penyelenggaraan program pendidikan dilakukan dengan berpedomanan asas profesionalisme dan kualitas.
      Latar belakang mahasiswa UT sangat beragam, dari segi umur, jenis pekerjaan dan lingkungan geografis.Dari segi pekerjaan, dapat ditemukan mahasiswa yang bekerja sebagai pedagang di pasar tradisional, direktur perusahaan berskala nasional, pegawai pemerintah, guru, TNI dan polri. Mereka tersebar di seluruh wilayah Indonesia dengan profesi beragam, tetapi mempunyai hubungan dan ikatan yang sama, yaitu sebagai mahasiswa UT.
Penyelenggaraan Pendidikan
      Sebagai perguruan tinggi terbuka, dan jarak jauh, sistem pendidikan di Universitas Terbuka menggunakan paket bahan ajar untuk dipelajari oleh mahasiswa secara mandiri. Paket bahan ajar ni terdiri dari bahan tercetak yang dilengkapi dengan program audio atau video sebagai kelengkapan bahan tercetak atau bersifat integratif denga bahan tercetak.
         Pendekatan tim yang digunakan dalam pengembangan paket belajar ini lebih memberikan kemungkinan untuk menghasilkan kualitas yang lebih baik, karena melibatkan keahlian yang relevan dan beragam. Pengembangan bahan ajar biasanya melibatkan ahli subtansi (materi), instructional designer, evaluator, ahli media, dan dikoordinasikan oleh seorang program koordinator.
         Dalam perkembangan terakhir, untuk melengkapi bahan ajar UT mengembangkan Web-based supplementary material, berupa kasus, materi pengayaan dan sejenisnya, yang bebas diakses mahasiswa yang terdaftar melalui alamat http://www.ut.ac.id.
         Sistem belajar di Universitas Terbuka menuntut sikap kemandirian dalam belajar yang berdisiplin, aktif, dan berinisiatif secara pribadi untuk mencari jalan keluar dari berbagai hambatan dalam proses belajar, tanpa tergantung kepada tuntutan atau rangsangan eksternal.
         Dalam proses pembelajaran tutorial dan kelompok belajar digunakan untuk membantu kelancaran belajar mahasiswa. Disamping tutorial tatap muka, tutorial melalui telepon, dan komunikasi internet (dikenal sebagai tutorial elektronik) dimanfaatkan secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan mahasiswa.
Penilaian hasil belajar mahasiswa dilakukan berupa pemberian tugas mandiri dan ujian akhir semester.
Peningkatan Kualitas Pelayanan
         Dalam perkembangannya kemudian, seiring dengan tuntutan masyarakat untuk memperoleh pelayanan yang lebih baik, Universitas Terbuka telah menyusun strategi pengembangan menyeluruh yang integratif dan berkesinambungan, yang dituangkan sebagai ‘tiga pilar pengembangan’. Tiga pilar pengembangan ini mencakup peningkatan kualitas akademik, peningkatan partisipasi mahasiswa dan peningkatan manajemen internal.
         Strategi pengembangan ini dituangkan ke dalam langkah-langkah yang sistematis, yang secara bertahap, menjadi pijakan peningkatan kualitas menyeluruh. Sistem ini disebut sebagai sistem jaminan kualitas (simintas = quality assurance system), yang dikembangkan berdasarkan pokok-pokok pikiran tentang kualitas yang dihasilkan oleh Asian Association of Open Universities (AAOU).
         Indikator kualitas pada pendidikan jarak jauh berbeda dengan pada sistem pendidikan konvensional (tatap muka). Hal tersebut dapat dimengerti mengingat delivery system yang berbeda. Secara umum ‘kualitas’ dalam kedua sistem tersebut dapat dikategorikan sebagai kualitas akademik dan kualitas administrasi. Tetapi rinciannya berbeda. Sebagai contoh, pada pendidikan jarak jauh kualitas bahan ajar diukur melalui keakuratan materi dan strategi penyajian/penulisannya. Indikator ini penting mengingat bahan ajar dapat dikatakan ‘menggantikan’ peran guru, dan mejadi sumber utama dalam proses belajar mahasiswa. Sedangkan pada sistem tatap muka, kualitas akademik mungkin diukur, salah satunya, dari kualitas dosen itu sendiri dalam mengelola kegiatan belajar-mengajar di kelas.
         Saat ini telah dihasilkan deskripsi berbagai tugas pekerjaan di Universitas Terbuka berupa 90 dokumen tentang sistem dan prosedur (sisdur) kerja, yang dikelompokkan sebagaimana 3 pilar pengembangan.
         Apabila berbagai pedoman ini diibaratkan sebagai “tools” maka supaya efektif perlu “nyawa” untuk menggerakkannya, yaitu budaya kerja dan semangat seluruh jajaran pengelola UT. Budaya kerja yang mengutamakan kualitas ini akan menjadi ‘pelumas’ untuk melancarkan roda pelaksanaan pekerjaan di Universitas Terbuka.
Standar Kualitas
         Bagian kesepuluh, ayat 31, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 yang mengatur Pendidikan Nasional, secara khusus menjelaskan tentang Pendidikan jarak jauh. Ayat ini menjelaskan bahwa pendidikan jarak jauh diselenggarakan pada berbagai jalur, jenjang, dan jenis pendidikan, menggunakan berbagai bentuk dan modus, yang didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai standar nasional pendidikan.
         Dalam undang-undang tersebut disebutkan pula penggunaan sistem pendidikan jarak jauh untuk semua jenjang pendidikan. Dengan demikian semakin terbuka luaslah kesempatan untuk menyelenggarakan pendidikan jarak jauh oleh berbagai institusi pendidikan lain. Hal ini patut disambut dengan gembira, karena diharapkan akan semakin mempercepat terlaksananya ‘education for all’ bagi warga negara Indonesia. Yang menjadi tantangan bagi seluruh penyelenggara pendidikan jarak jauh adalah bagaimana memenuhi ‘standar pendidikan nasional’ sebagaimana dipersyaratkan oleh undang-undang  tersebut.
Pemanfaatan Teknologi Untuk Pembelajaran
         Dalam era “knowledge development and management” dan dengan semaikm merebaknya teknologi informasi dan komunikasi, pengembangan dan peningkatan sumber daya manusia diperhadapkan dengnan tantangan baru, yang dapat membantu mempercepat upaya peningkatan SDM tersebut, tetapi dapat pula menjadi hambatan apabila tidak dikaji dan direncanakan dengan baik.
         Pengadaan, penyediaan, dan penggunaan teknologi dalam bentuk jaringan ICT menjadi penting dan bermakna, karena ICT merupakan alat utama yang terbuka luas untuk mengembangkan, memperoleh, dan menggunakan pengetahuan sebagai landasan pengembangan diri yang efektif.
         Dalam pengalaman Universitas Terbuka menggunakan sarana ICT untuk melakukan komunikasi dengan mahasiswa dan menyediakan  forum belajar bersama bagi mahasiswa. Pada masyarakat yang tinggal di kota-kota besar di Jawa sudah menikmati sarana akses internet dengan keandalan dan kecepatan akses yang memadai. Sedangkan fasilitas internet di kota besar lain di luar pulau Jawa, kalaupun tersedia, kecepatan akses sangat lambat, sehingga menjadi mahal.
         Persepsi sosial dan kultural yang positif terhadap ICT sebagai sarana pengembangan diri, dan keandalan sistem teknologi yang tersedia luas, diharapkan perkembangan manusia Indonesia sebagai pengguna ICT akan berkembang pesat.
Prospek Kedepan Dan Tantangan
         Universitas Terbuka perlu menata dengan baik sistem ICT untuk mendukung berbagai kebutuhan yang bersifat akademis maupun administratif. Langkah ini merupakan investasi kedepan yang dapat menentukan arah perkembangan UT lebih lanjut. Untuk mendukung tujuan akademis, pembangunan sistem ICT akan digunakan untuk menyediakan akses belajar melalui jaringan digital yang luas dan fleksibel, dan dengan mengintegrasikan model pembelajaran baru dalam bentuk virtual university.
Upaya Pengembangan                                             
1.      Menjadikan program UT menjadi lebih relevan dengan kebutuhan massyarakat.
2.      Membina kerjasama yang baik dengan pemerintah daerah.
3.      Mencapai pengakuan sebagai pendidikan unggulan.
4.      Melakukan kerjasama internasional.
5.      Mempunyai rencana jangka panjang untuk mendukung keberlangsungan.


245 TAHUN SLTP TERBUKA
A. Tujuan  SMP Terbuka
       Tujuan dari sistem SMP Terbuka adalah sebagai salah satuupaya atau subsistem pendidikan pada jenjang SLTP untuk membantu lulusan SD dan MI yang karena faktor sosial, ekomomis, geogravis, waktu, dan lain-lain tidak dapat melanjutkan
pendidkan pada  jenjang  SLTP reguler.
B. Komponen sistem SMP Terbuka
1. Siswa
2. Kurikulum
3. Proses Pembelajaran
4. Bahan dan fasilistas belajar
5. Tenaga Kependidikan
6. Penilaian Hasil Belajar
Karakteristik Siswa dan Mata Pelajaran
1.      Karakteristik Siswa
a.       Kehidupan sehari-hari
         Menurut guru pamong, 63,6% siswa membantu orang tua dan 22,7% membantu bekerja untuk mendapatkan upah. Sebanyak 6,1% siswa bekerja sendiri untuk mendapatkan upah, dan yang tidak bekerja 7,6%. Lain lagi dengan pengakuan dari siswa sendiril. Lebih dari tiga perempat (84,6%) dari siswa mengaku bekerja membantu orang tua. Sisanya, masing-masing mengaku membantu orang tua bekerja untuk mendapatkan upah (6,1%), bekerja sendiri untuk mendapatkan upah (3,2%), dan mengaku tidak bekerja (6,1%)
No
Jenis Pekerjaan
Pamong
Siswa
1
2
3
4
Membantu orang tua
Membantu bekerja untuk mendapat upah
Bekerja sendiri untuk mendapatkan upah
Tidak ada pekerjaan
63,6%
22,7%
6,1%
7,6%
84,6%
6,1%
3,2%
6,1%    
100,0%
100,0%

         Pada tabel diatas, informasi dan guru pamong sedikit berbeda dengan siswa. Hal ini bisa dimaklumi karena 18,33% Guru Pamong bertempat tinggal lebih dari 4 km dari TKB. Sedangkan siswa pada umumnya bertempat tinggal disekitar TKB. Ini berarti sebagian Guru Pamong tidak tahu persis kehidupan siswa sehari-hari.
b.      Sosial ekonomi
         Keadaan sosial ekonomi siswa diantaranya dapat dilihat dari pendidikan, pekerjaan, kepemilikan, dan lingkungan kesehatan. (BPS, 1993: 33-36)
1.      Pendidikan
         Selain sekolah di SMP Terbuka, 38% siswa mengikuti pendidikan di Pesantren. Ada pula yang sekolah di Madrasah Tsanawiah (10,1%) dan mengikuti kursus-kursus (10,1%). Kurang dari seperdua (41,8%) tidak jelas sekolah dimana selain di SMP Terbuka. Penyebaran siswa SMP Terbuka berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel berikut.
Prosentase siswa SMP Terbuka sesuai usia

No
Usia atau umur
Frekuensi
Porsen (%)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
11 tahun
12 tahun
13 tahun
14 tahun
15 tahun
16 tahun
17 tahun
18 tahun
19 tahun

7 orang
6 orang
9 orang
71 orang
97 orang
32 orang
17 orang
8 orang
4 orang
2,8
2,4
3,6
28,3
38,6
12,7
6,8
3,2
1,6



         Pada tabel tersebut tampak bahwa 70,5 % siswa dalam usia sekolah 13-15 tahun, dibawah 13 tahun 5,2%, dan diatas 15 tahun 24,3%. Data tersebut menunjukkan bahwa keberadaan SMP Terbuka sangat mendukung pencapaian wajar 9 tahun.
         Latar belakang pendidikan dan jenis pekerjaan orang tua siswa akan mewarnai karakteristik atau profil siswa. Menurut kepala sekolah umumnya latar belakang pendidikan orang tua siswa SMP Terbuka adalah: (1) Tidak lulus SD/MI 42,3%, (2) Lulus SD/MI 42,7%, (3) Lulus SLTP 10%, dan lulus SLTA 5%.
2.      Pekerjaan
         Dilihat dari jenis pekerjaan, 73,7% orang tua siswa adalah petani, buruh, 15%, nelayan 5%, wiraswasta/karyawan swasta 5,3%, dan pegawai negeri 1%.
3.      Kepemilikan
         Lebih dari tiga perempat (85,6%) dari siswa SMP Terbuka tinggal di rumah sendiri. Sisanya masing-masing tinggal pada rumah seea/kontrak 5,2%, rumah kakek/ nenek 5,6%, dan tinggal pada rumah paman/bibi 3,6%.
4.      Lingkungan dan Kesehatan
         Menurut 40,5% siswa, mereka mempunyai rumah yang terdiri dari 2 kamar tidur. Rumah yang tiga kamar tidur dimiliki oleh 27,8% siswa, lebih dari 3 kamar tidur 16,7% dan yang hanya 1 kamar tidur 15,1%.
C. Geografis
         Menurut 44,4% siswa, mereka bertempat tinggal lebih dari 6 km dari SMP induk. Hanya 25,1% siswa yang bertempat tinggal 0-2 km dari SMP induk. Siswa lain bertempat tinggal 2,1-4 km (21,7%) dan 4,1-6 km (20,9%).
2.      Karakteristik Matapelajaran
         Menurut siswa matapelajaran yang sulit adalah bahasa Inggris (63%),  matematika (21%), fisika (13,4%), biologi (2,2%).
Siswa mengatakan bahwa matapelajaran itu sulit disebabkan oleh:
1.      Waktu tatap muka yang kurang (69%).
2.      Materinya sangat sulit (34,5%).
3.      Modulnya tidak jelas (23,9%).
4.      Modulnya kurang gambar atau kurang menarik (6,7%).
         Sedangkan guru bina menambahkan faktor lain yaitu media yang kurang (22,9%).
         Dari persepsi menunjukkan bahwa hakekat belajar mandiri (dengan modul) belum dipahami oleh siswa. Menurut guru pamong dan guru bina penyebabnya adalah:
  1. Masih cukup banyak siswa yang belum mampu membaca lancar dan memahami isi modul terutama pada kelas satu.
  2. Siswa sulit menyesuaikan diri dari kebiasaan mendengarkan langsung penjelasan guru menjadi belajar mandiri.
         Untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut telah dilakukan usaha oleh guru bina guru pamong maupun siswa. Menurut guru bina usaha tersebut antara lain memberikan tambahan dengan mengerjakan soal-soal (68,8%). Selain itu kesulitan siswa dibaahas secara tuntas pada waktu pelajaran (51,1%). Usaha lain yang dilakuan adalah menambah jam pelajaran (27,1%) dan memberikan bimbingan khusus secara perorangan (24,3%).
D. Perkembangan SMP Terbuka
1. Perkembangan Jumlah Lokasi
         SMP Terbuka mulai dirintis tahun 1979/1980 di lima lokasi yaitu Kalianda Lampung Selatan, Plumbon-Jawabarat, Adiwerna-Jawatengah, Kalisat-Jawatimur, dan Terara-NTB. Kelima lokasi SMP Terbuka tersebut diresmikan oleh mentri pendidikan dan kebudayaan  Daoed Joesoef secara simbolik pada 24 Juli 1979 di SMP Adiwerna Jawatengah.
         Awal pelita lima atau 1989/1990 SMP Terbuka dikembangkan lebih banyak lagi. Pada awal 1996/1997 SMP Terbuka yang beroperasi sejumlah 956 lokasi. Hingga tahun 2000 jumlah SLTP Terbuka yang beroperasi sebanyak 2870 lokasi.
2.Perkembangan Pola Pembelajaran
         Dalam melaksanakan proses pembelajaran melalui tatap muka, belajar kelompok, dan mandiri dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:
a.             Alternatif I, pola tatap mukaa di SLTP Induk
b.            Alternatif II, pola tatap muka kombinasi di SLTP Induk dan di TKB
c.             Alternatif III, pola tatap muka guru kunjung
d.            Alternatif IV, pola temuwicara melalui radio interaktif.
3.      Daerah Penyebaran
         Dilihat dari kondisi geografis SLTP Terbuka berada pada salah satu kelompok sebagai berikut:
(1.    Daerah kepulauan
(2.    Daerah terpencil
(3.    Daerah pedesaan
(4.    Daerah perkotaan
(5.    Daerah dengan lingkungan khusus (pondok pesantren).
         Dari kondisi kegiatan ekonomi, maka letak SLTP Terbuka berada pada salah satu kelompok sebagai berikut:
*            Daerah industri
*            Daerah pertanian
*            Daerah perikanan
*            Daerah perdagangan
4.      Program Keterampilan
         Pada tahun 2000/2001 mulai dirintis program keterampilan di 198 lokasi. Setiap lokasi mendapat dana sebesar 30 juta. Pada tahun 2001/2002 program tersebut dikembangkan lagi ke 892 lokasi. Jadi keseluruhannya terdapat 1000 lokasi.
         Pada tahun 2002/2003 ke 1000 lokasi tersebut dikucurkan dana 30 juta.

E. PELANGI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
         Teknologi pendidikan mengandung 4 komponen utama yaitu:
1.            Teori dan praktik.
2.            Desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan penilaian.
3.            Proses dan sumber.
4.            Untuk keperluan belajar.
         Pengembangan model pembelajan central untuk anak usia dini dicoba, dikaji, dan dikembangkan melalui tulisan “pengembangan kurikulum berbasis kompetensi melalui penerapan model pembelajaran central”
         Bagian terakhir dari pelangi teknologi pendidikan merupakan pengalaman seorang praktisi teknologi pendidikan yang banyak berkecimpung dalam dunia pertelevisian.

EDUKASI NET PEMBELAJARAN BERBASIS INTERNET: TANTANGAN DAN PELUANGNYA
1.            Internet sebagai media pembelajran
         Berdasarkan pada penelitan dan pengalaman yang telah dilakukan dibanyak negara maju internet untuk media pembelajran dilakukan dalam tiga bentuk (Haughey, 1998) yaitu:
-   Web course, penggunaan internet untuk keperluan pembelajaran dimana seluruh bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, dan ujian disampaikan melalui internet. Siswa dan guru  secara terpisah namun komunikasinya tetap berjalan setiap saat.
-   Web centric course, dimana bahan belajar diskusi, konsultasi, penugasan, dan latihan melalui internet, sedangkan ujian dan sebagian konsultasi, diskusi, dan latihan dilakukan secara tatap muka.
-   Web enhanced course, pemanfaatan internet untuk pendidikan, untuk menunjang peningkatan kualitas kegiatan belajar mengajar di kelas. Kegiatan ini masih ada tatap muka di kelas.
2.Edukasinet sebagai situs pembelajaran berbasis internet
Edukasinet merupakan situs pembelajaran yang menyediakan bahan belajar berbasis web yang bersifat interaktif serta menyediakan fasilitas komunikasi antara pengajar dengan peserta didik dan dengan sumber belajar yang lain.
Berbeda dengan situs nasional yang sifatnya terbuka situs lokal, sekolah dirancang untuk melayani keperluan sekolah baik aspek manajemen, persyaratan mengikuti matapelajaran, jadwal pelajaran, staf pengajar, pengumuman, prestasi siwa, dan lain-lain.
3 Manfaat edukasinet
Manfaatnya sebagai berikut:
a. Siswa dan guru dapat memperoleh sumber belajar yang sesuai dengan kurikulum
b.Guru dengan siswa atau siswa dengan siswa dapat melakukan diskusi melalui forum diskusi dapat mengirim atau menerima informasi melalui miling list.
c. Guru dan siswa dapat mendownloat materi pelajaran yang diperlukan
d.Sumber belajar dapat diakses dari mana dan kapan saja.
3.Fasilitas EdukasiNet dan Perkembangannya Sampai Saat Ini
                  Saat ini, fasilitas edukasinet baru mencakup materi pokok yang berisi matapelajaran, sajian khusus, forum, uji kompetensi, download, dan search engine.
                  Untuk topik matapelajaran sajiannya meliputi kompetensi yang diharapkan, tutorial, atau penjelasan materi, simulasi, latihan, dan tes. Pada fitur sajian khusus disediakan informasi aktual tentang ilmu pengetahuan populer. Sedangkan pada forum tersedia milis, email, dan forum diskusi. Pada  fitur uji kemampuan disediakan soal-soal matapelajaran. Sedangkan untuk menyimpan file atau mencetak materi pada edukasinet disediakan fasilitas download. Untuk search engine disediakan pula untuk mencari topik-topik tertentu secara tepat dengan cara mengetik kata yang diinginkan.
4. Pola Pemanfaatan EdukasiNet
Situs edukasinet dapat dimanfaatkan oleh siapa saja dan dengan cara yang sangat berfariasi dan fleksibel, tergantung pada situasi dan kondisi sekolah dan guru yang bersangkutan. Namun untuk membantu para guru dibentuk beberapa pola dalam pemanfaatan berikut ini:
-   Pola pemanfaatan di lab komputer
-   Pola pemanfaatan di kelas
-   Pola penugasan
-   Pola pemanfaatan individual
5.      Infastruktur
                  Infastruktur merupakan aspek yang tidak kalah penting dalam menunjang keberhasilan pendayagunaan ICT untuk pendidikan.Tantangan dalam bidang infastruktur bukan hanya masalah penetrasiPSTN yang sangat rendah namun juga masalah kecepatan akses. Rata-rata akses internet kita yang bisa dilakukan masih sekitar 15 KBPS. Dan angka tersebut akan semakin rendah pada jam-jam sibuk.
6.      SDM dalam Bidang ICT
                  Tantangan dalam ICT salah satunya yaitu ketersediaan SDM yang mampu menguasai ICT. Karena dalam mendayagunakan ICT sekolah juga harus menyediakan SDM yang akan merancang, mengembangakn, mengoperasikan, dan merawat sarana prasarana tersebut.
7.      Kurikulum
                  Hingga saat ini belum ada kurikulum ICT resmi untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah, karena hingga saat ini pengembangan kurikulum tersebut yang dilakukan pusat kurikulum Balit Bang Depdiknas belum juga selesai.
8.      Peluang
                  Selain berbagai hal yang merupakan tantangan keberhasilan ICT untuk pendidikan, masih ada beberapa peluang untuk mencapai keberhasilan pemanfaatan edukasinet tersebut. Peluang tersebut antara lain:
v     Kecenderungan penggunaan internet yang semakin tinggi
v     Perkembangan jaringan sekolah
v     Otonomi daerah
v     Kegiatan lain yang menunjang

PENDIDIKAN UNTUK SEMUA (PUS) DAN SEMUA UNTUK PENDIDIKAN (SUP)
  1. Pendidikan untuk Semua
                  Istilah pendidikan untuk semua mulai digunakan pada waktu kawasan Asia Pasifik menyusun program yang disebut APPEAL (Asia Pasific Programme of Education For All). Dipicu oleh pengalaman APPEAL selama tiga tahun maka UNESCO, UNICEF, World Bank dan UNFPA menyelenggarakan konferensi dunia tentang pendidikan untuk semua. Ada 6 tujuan untuk menyukseskan program pendidikan untuk semua yaitu:
·        Perluasan perawatan anak sejak kecil dan berbagai kegiatan pengembangan
·        Kesempatan semesta (universal) akan penamatan pendidikan dasar
·        Perbaikan hasil hasil belajar
·        Mengurangi tingkat buta huruf orang dewasa
·        Perluasan penyediaan pendidikan dasar dan latihan keterampilan esensial bagi pemuda dan orang dewasa
·        Baik perorangan maupun keluarga semakin meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan nilai yanb dimilikinya.
  1. PUS Harus dengan SUP
v     Forum pendidikan dunia
                  Sesudah pelaksanaan PUS diseluruh dunia selama 10 tahun maka diselenggarakan suatu penilaian yang menyeluruh. Hasil dari seluruh penilaian tersebut dibawa dan dibicarakan di forum pendidikan dunia (World Education forum) di Dakar, Senegal, pada 26-28 April 2000.
v     Enam Tujuan PUS
-         Memperluas dan memperbaiki keseluruhan perawatan dan pendidikan anak usia dini
-         Menjamin bahwa menjelang tahun 2015 semua anak khususnya perempuan dan minoritas etnik akan mendapat akses menyelesaikan pendidikan dasar yang bebas dan wajib dengan kualitas yang baik.
-         Menjamin bahwa kebutuhan belajar semua manusia baik muda maupun dewasa akan terpenuhi.
-         Mencapai perbaikan 50% pada tingkat keniraksaraan orang dewasa menjelang tahun 2015.
-         Menghapus disparitas gender di pendidikan dasar dan menengah menjelang tahun 2015.
-         Memperbaiki semua aspek kualitas pendidikan dan menjamin keunggulannya.
v     Duabelas Strategi untuk Meraih Tujuan PUS
-         Mengarahkan komitmen politik nasional dan internasional yang kuat bagi PUS
-         Mempromosi kebijakan PUS dalam kerangka sektor yang berlanjut dan terpadu baik.
-         Menjamin keikut sertaan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan pendidikan.
-         Mengembangkan sistem pengaturan dan manajemen pendidikan yang tanggap, partisipatori, dan akuntabel.
-         Memenuhi kebutuhan pendidikan bagi yang dilanda pertikaian, bencana alam, dan ketidak stabilan.
-         Melaksanakan strategi terpadu untuk persamaan gender.
-         Melaksanakan program pendidiakn untuk memerangi HIV dan AIDS.
-         Menciptakan lingkungan sumerdaya pendidikan yang aman, sehat, inklusif, dan adil yang kondusif.
-         Meningkatkan status, moral, dan profesionalisme guru.
-         Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi yang baru.
-         Secara stematis memantau kemajuan kearah tujuan dan strategi PUS pada tingkat nasional, regional, dan internasional.
-         Membangun diatas mekanisme yang sudah ada guna mempercepat pendidikan untuk semua.
v     Dua Prinsip Pendidikan
                  Komisi internasional UNESCO menyampaikan pendidikan yang harus dilaksanakan atas dasar dua prinsip yaitu:
                  Prinsip pertama: pendidikan atau pembelajaran berlangsung sepanjang hayat (lifelong education, lifelong learning).
Prinsip kedua: pendidikan mempunyai empat pilar yaitu:
(1.    Belajar mengetahui termasuk belajar bagaimana belajar.
(2.    Belajar berbuat.
(3.    Belajar menjadi seseorang.
(4.    Belajar hidup bersama, hidup dengan orang lain.

APLIKASI TEKNOLOGI PENDIDIKAN PADA ANAK USIA DINI PENGEMBANGAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SENTRA UNTUK MENGEMBANGKAN MULTI KECERDASAN